PLN Minta Suntikan Dana Rp8 T pada 2016
A
A
A
JAKARTA - PT PLN (Persero) akan kembali meminta suntikan dana melalui Penyertaan Modal Negara (PMN) pada 2016 sebesar Rp8 triliun.
Direktur Utama PLN Sofyan Basir menjelaskan, suntikan dana tersebut untuk memenuhi kebutuhan pendanaan proyek listrik 35.000 mega watt (MW).
"Mudah-mudahan dalam waktu singkat yang Rp5 triliun pertama (tahun ini) cair. Tahun depan kita minta Rp8 triliun," ujar dia di kantornya, Jakarta, Rabu (22/7/2015).
Sofyan menyebutkan, keseluruhan dana yang dibutuhkan untuk mendanai proyek ambisi Jokowi ini sekitar Rp70 triliun. Sebanyak Rp15 triliun dari total kebutuhan akan diperoleh lewat PMN.
"Sama tahun depan sudah Rp13 triliun. Rp2 triliun lagi tahun berikutnya (2017) bertahap," jelas dia.
Mantan direktur utama Bank BRI ini menambahkan, perseroan tidak mencari sumber pendanaan melalui mekanisme penerbitan obligasi, melainkan dana diperoleh dari laba ditahan dan pinjaman.
"Pinjaman jangka panjang dari China Development Bank (CDB) dan bank pembangunan di Eropa, lalu Jepang. Plafonnya berkisar antara USD1-USD3 miliar," pungkasnya.
Tenornya sendiri berjangka panjang. Untuk bank pembangunan bisa 30 tahun. Sedangkan CDB 10 tahun.
Direktur Utama PLN Sofyan Basir menjelaskan, suntikan dana tersebut untuk memenuhi kebutuhan pendanaan proyek listrik 35.000 mega watt (MW).
"Mudah-mudahan dalam waktu singkat yang Rp5 triliun pertama (tahun ini) cair. Tahun depan kita minta Rp8 triliun," ujar dia di kantornya, Jakarta, Rabu (22/7/2015).
Sofyan menyebutkan, keseluruhan dana yang dibutuhkan untuk mendanai proyek ambisi Jokowi ini sekitar Rp70 triliun. Sebanyak Rp15 triliun dari total kebutuhan akan diperoleh lewat PMN.
"Sama tahun depan sudah Rp13 triliun. Rp2 triliun lagi tahun berikutnya (2017) bertahap," jelas dia.
Mantan direktur utama Bank BRI ini menambahkan, perseroan tidak mencari sumber pendanaan melalui mekanisme penerbitan obligasi, melainkan dana diperoleh dari laba ditahan dan pinjaman.
"Pinjaman jangka panjang dari China Development Bank (CDB) dan bank pembangunan di Eropa, lalu Jepang. Plafonnya berkisar antara USD1-USD3 miliar," pungkasnya.
Tenornya sendiri berjangka panjang. Untuk bank pembangunan bisa 30 tahun. Sedangkan CDB 10 tahun.
(izz)