Cinemaxx Akan Luncurkan 2.000 Layar Bioskop
A
A
A
JAKARTA - Lippo Group Indonesia melalui anak usahanya, PT Cinemaxx Global Pasifik (Cinemaxx), akan meluncurkan 2.000 layar bioskop senilai USD1 miliar.
Untuk membiayai proyek tersebut, Lippo akan memanfaatkan pendanaan dari Deutsche Bank senilai USD100 juta. Adapun pembangunannya akan dilakukan secara bertahap dalam kurun waktu 10 tahun ke depan.
Direktur Lippo dan CEO Cinemaxx Brian Riady mengatakan, untuk merealisasikan 2.000 unit layar bioskop tersebut akan dibangun 300 kompleks bioskop di 85 kota di Indonesia. ”Ini akan membuat Cinemaxx sebagai rantai bioskop terbesar dan paling komprehensif di Indonesia. Kami memproyeksikan perseroan akan meraup pendapatan sebesar USD500 juta pada 2020 dan USD1 miliar pada 2024,” kata Brian dalam pernyataan tertulisnya kemarin.
Demi memuluskan ekspansinya, perseroan juga menunjuk Rothschild sebagai penasihat keuangan bagi Lippo Group. Lippo menargetkan, dalam tiga tahun ke depan dapat melakukan penawaran umum saham perdana atau initial public offering (IPO). ”Penawaran ini akan memberikan kesempatan bagi investor guna memanfaatkan dinamika pembelanjaan konsumen menengah dan atas yang cepat berkembang di Indonesia,” imbuhnya.
Managing Director and Head of Capital Markets and Treasury Solutions Deustche Bank Indira Citrarini mengatakan, aksi korporasi tersebut merupakan kesempatan untuk berinvestasi di tengah pertumbuhan konsumen Indonesia.
”Kami gembira mengumumkan dan menyukseskan penawaran ini. Kami terkesan dengan track record Lippo dalam membangun perusahaan terkait konsumen yang sukses di Indonesia,” Tambahnya.
Direktur Rothschild Claire Suddens-Spiers mengatakan, industri sinema di Indonesia tertinggal jauh jika dilihat dari kontribusi pendapatan film-film box office yang masih di bawah USD300 juta per tahun. Demikian juga jumlah layar bioskop yangtersedia masihminimyakni kurang dari 1.000 unit. ”Mereka (Lippo Group) telah membangun fondasi yang kuat untuk membangun bisnis sinema nasional dan kami gembira mengerjakan proyek ini,” katanya.
Executive Director, Media Partners Asia Vivek Couto menambahkan, industri sinema di Indonesia mempunyai potensi besar untuk berkembang dari tahap sangat awal saat ini. Dibandingkan dengan negara-negara lain di wilayahnya, Indonesia sangat kekurangan layar bioskop dan hanya memiliki 3,7 layar per sejuta orang dibandingkan dengan 39,9 layar di Singapura.
”Ini digabungkan dengan meningkatnya konsumen kelas menengah yang haus hiburan, urbanisasi yang bertambah, dan industri film lokal yang berkembang. Ini akan membuat kisah Cinemaxx sangat menarik,” jelasnya.
Sementara itu, President of International Cinema and Content Advisory Firm Artisan Gateway Rance Pow menambahkan, pasar sinema di seluruh Asia dan ASEAN berkembang pesat dimana sebagian besarnya digerakkan oleh permintaan konsumen yang besar untuk hiburan modern.
Dia menjabarkan, di China misalnya, saat ini di negara itu memiliki lebih dari 27.000 layar, naik signifikan dibandingkan dengan lima tahun lalu yang hanya ada 6.250 layar bioskop. Adapun penjualan tiket bioskop nasional di China dapat mencapai USD6,8 triliun di 2015.
”Dengan basis populasi yang besar, Indonesia memiliki banyak karakteristik fundamental yang sama seperti China, dan memiliki potensi untuk menjadi industri film dan bioskop yang sangat besar dalam waktu dekat,” ucapnya.
Arsy ani s
Untuk membiayai proyek tersebut, Lippo akan memanfaatkan pendanaan dari Deutsche Bank senilai USD100 juta. Adapun pembangunannya akan dilakukan secara bertahap dalam kurun waktu 10 tahun ke depan.
Direktur Lippo dan CEO Cinemaxx Brian Riady mengatakan, untuk merealisasikan 2.000 unit layar bioskop tersebut akan dibangun 300 kompleks bioskop di 85 kota di Indonesia. ”Ini akan membuat Cinemaxx sebagai rantai bioskop terbesar dan paling komprehensif di Indonesia. Kami memproyeksikan perseroan akan meraup pendapatan sebesar USD500 juta pada 2020 dan USD1 miliar pada 2024,” kata Brian dalam pernyataan tertulisnya kemarin.
Demi memuluskan ekspansinya, perseroan juga menunjuk Rothschild sebagai penasihat keuangan bagi Lippo Group. Lippo menargetkan, dalam tiga tahun ke depan dapat melakukan penawaran umum saham perdana atau initial public offering (IPO). ”Penawaran ini akan memberikan kesempatan bagi investor guna memanfaatkan dinamika pembelanjaan konsumen menengah dan atas yang cepat berkembang di Indonesia,” imbuhnya.
Managing Director and Head of Capital Markets and Treasury Solutions Deustche Bank Indira Citrarini mengatakan, aksi korporasi tersebut merupakan kesempatan untuk berinvestasi di tengah pertumbuhan konsumen Indonesia.
”Kami gembira mengumumkan dan menyukseskan penawaran ini. Kami terkesan dengan track record Lippo dalam membangun perusahaan terkait konsumen yang sukses di Indonesia,” Tambahnya.
Direktur Rothschild Claire Suddens-Spiers mengatakan, industri sinema di Indonesia tertinggal jauh jika dilihat dari kontribusi pendapatan film-film box office yang masih di bawah USD300 juta per tahun. Demikian juga jumlah layar bioskop yangtersedia masihminimyakni kurang dari 1.000 unit. ”Mereka (Lippo Group) telah membangun fondasi yang kuat untuk membangun bisnis sinema nasional dan kami gembira mengerjakan proyek ini,” katanya.
Executive Director, Media Partners Asia Vivek Couto menambahkan, industri sinema di Indonesia mempunyai potensi besar untuk berkembang dari tahap sangat awal saat ini. Dibandingkan dengan negara-negara lain di wilayahnya, Indonesia sangat kekurangan layar bioskop dan hanya memiliki 3,7 layar per sejuta orang dibandingkan dengan 39,9 layar di Singapura.
”Ini digabungkan dengan meningkatnya konsumen kelas menengah yang haus hiburan, urbanisasi yang bertambah, dan industri film lokal yang berkembang. Ini akan membuat kisah Cinemaxx sangat menarik,” jelasnya.
Sementara itu, President of International Cinema and Content Advisory Firm Artisan Gateway Rance Pow menambahkan, pasar sinema di seluruh Asia dan ASEAN berkembang pesat dimana sebagian besarnya digerakkan oleh permintaan konsumen yang besar untuk hiburan modern.
Dia menjabarkan, di China misalnya, saat ini di negara itu memiliki lebih dari 27.000 layar, naik signifikan dibandingkan dengan lima tahun lalu yang hanya ada 6.250 layar bioskop. Adapun penjualan tiket bioskop nasional di China dapat mencapai USD6,8 triliun di 2015.
”Dengan basis populasi yang besar, Indonesia memiliki banyak karakteristik fundamental yang sama seperti China, dan memiliki potensi untuk menjadi industri film dan bioskop yang sangat besar dalam waktu dekat,” ucapnya.
Arsy ani s
(ftr)