BRI Raih Laba Bersih Rp11,8 T
A
A
A
JAKARTA - PT Bank Rakyat Indonesia (persero) Tbk (BRI) hingga enam bulan pertama tahun ini meraih laba bersih Rp11,8 triliun. Angka tersebut naik tipis dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Rp11,72 triliun.
Direktur Utama BRI Asmawi Syam mengatakan peningkatan laba bersih perseroan didorong pendapatan, terutama interest income atau pendapatan bunga yang mencapai Rp39,9 triliun. ”Pendapatan bunga tumbuh 18,4% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Komponen pendapatan bunga memberikan kontribusi sebanyak 86,4% dari total pendapatan yang diraih,” ujar dia saat paparan kinerja perseroan di Jakarta kemarin.
Sumber pendapatan lainnya, lanjut dia, disumbangkan dari pendapatan nonbunga yang mencapai Rp5,6 triliun atau tumbuh 46,9% dari periode yang sama sebelumnya. Adapun kenaikan pendapatan nonbunga BRI tersebut didominasi oleh peningkatan fee base income yang tumbuh 32,4% menjadi Rp3,5 triliun. ”Pertumbuhan tertinggi terjadi pada transaksi e-banking yang tumbuh sebesar 80,4% menjadi Rp778,1 miliar secara year on year,” ujarnya.
Adapun pertumbuhan total aset BRI, ungkap Asmawi, didominasi aset produktif yang juga turut memberikan pengaruh positif pada raihan total pendapatan dan laba bersih BRI, yakni dari Rp621,9 triliun pada enam bulan pertama tahun ini menjadi Rp747,7 triliun pada tahun sebelumnya, atau meningkat 20,2%.
Sementara itu, total kredit yang sudah disalurkan hingga akhir Juni 2015 mencapai Rp503,6 triliun, tumbuh 9,7% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Kredit di segmen mikro mencatat pertumbuhan sebesar 15,0% menjadi Rp165,8 triliun, sedangkan kredit di segmen ritel tumbuh 11,8% menjadi Rp187,3 triliun.
”Adapun kredit di segmen menengah turun tipis 2,9% menjadi Rp18,9 triliun, dan kredit korporasi naik 2,8% menjadi Rp131,5 triliun, di mana kredit korporasi tersebut mayoritas disalurkan ke badan usaha milik negara (BUMN) lainnya,” ujarnya. Terkait kualitas kredit, ungkap Asmawi, pertumbuhan kredit sepanjang enam bulan pertama tahun ini tetap diimbangi dengan rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) yang terjaga, di mana NPL netto tercatat sebesar 0,6% dan NPL gross sebesar 2,3%.
Dari sisi penghimpunan dana pihak ketiga (DPK), lanjutnya, BRI juga mencatat pertumbuhan sebesar 17,3%, yakni dari Rp488,4 triliun menjadi Rp573,1 triliun pada enam bulan pertama tahun ini. Sementara itu, PT Bank CIMB Niaga Tbk meraih pendapatan operasional konsolidasi (tidak diaudit) sebesar Rp6,72 triliun, tumbuh 1,5% year-onyear (YoY), dengan laba bersih sebesar Rp176 miliar untuk periode enam bulan pertama tahun ini.
Presiden Direktur CIMB Niaga Tigor M Siahaan mengatakan, kinerja CIMB Niaga yang melemah pada semester pertama 2015 berhubungan dengan keadaan ekonomi yang melambat serta situasi usaha yang menantang. ”Penurunan laba bersih dibandingkan tahun sebelumnya terjadi karena adanya kenaikan beban pencadangan dari sektor batu bara dan sektor lain yang terkait dengan batu bara,” ujarnya dalam keterangan tertulisnya kemarin.
Tigor menjelaskan, di tengah tantangan ekonomi, sejumlah bisnis unggulan perseroan menunjukkan peningkatan, tecermin dari naiknya pendapatan bunga bersih sebesar 8,5%, sejalan dengan peningkatan kredit untuk semua segmen pasar dan nasabah.
”Meskipun tidak terjadi peningkatan kinerja dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, dengan kemajuan yang dicapai dibanding kuartal sebelumnya, prospek pada semester kedua 2015 kami perkirakan akan lebih baik seiring tumbuhnya bisnis unggulan kami secara berkesinambungan dan membaiknya tingkat pencadangan.
Oleh sebab itu, kami yakin bahwa non-performing loan (NPL) bruto sebesar 4,28% per 30 Juni 2015 akan terus menurun secara bertahap ke depannya,” paparnya. Tigor menambahkan, total aset mencapai Rp245,24 triliun per 30 Juni 2015, atau meningkat sebesar 9,1%, CIMB Niaga mempertahankan posisinya sebagai bank terbesar kelima di Indonesia dari sisi aset.
Hal ini seiring dengan meningkatnya jumlah kredit bruto yang disalurkan sebesar 9,8% menjadi Rp180,82 triliun per 30 Juni 2015. Dia memaparkan, kredit di segmen korporasi menca-tatkan pertumbuhan tertinggi yaitu sebesar 23,4% menjadi Rp58,09 triliun, diikuti kredit UMKM yang naik 7,9% menjadi Rp35,94 triliun, dan kredit konsumer tumbuh 6,9% menjadi Rp51,25 triliun.
Adapun kredit di segmen komersial mengalami penurunan sebesar 2,1% menjadi Rp35,54 triliun yang disebabkan oleh menurunnya kredit investasi sebesar 9,1%. Tigor menjelaskan, dalam penyaluran kredit korporasi, kredit modal kerja meningkat 51,3% menjadi Rp25,29 triliun, sedangkan kredit investasi tumbuh 8,0%.
Personal loans tumbuh paling tinggi di segmen konsumer dengan peningkatan sebesar 30,6% menjadi Rp2,45 triliun, yang disusul dengan outstanding kartu kredit yang naik 27,1% menjadi Rp5,72 triliun. Adapun di kredit UMKM,kredit mikro berhasil tumbuh 16,2% menjadi Rp3,07 triliun per 30 Juni 2015. Kredit UMKM memberikan kontribusi sebesar 20,0% terhadap total kredit CIMB Niaga.
Adapun rasio kredit bermasalah (non-performing loan /NPL) bruto CIMB Niaga tercatat sebesar 4,28% per 30 Juni 2015, meningkat tahun sebelumnya sebesar 2,97%. Kenaikan tersebut berasal dari segmen perbankan korporasi, komersial, dan UMKM yang masingmasing meningkat 350 bps, 120 bps, dan 40 bps menjadi masing-masing 6,9%, 5,3% dan 2,7%.
Hafid Fuad
Direktur Utama BRI Asmawi Syam mengatakan peningkatan laba bersih perseroan didorong pendapatan, terutama interest income atau pendapatan bunga yang mencapai Rp39,9 triliun. ”Pendapatan bunga tumbuh 18,4% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Komponen pendapatan bunga memberikan kontribusi sebanyak 86,4% dari total pendapatan yang diraih,” ujar dia saat paparan kinerja perseroan di Jakarta kemarin.
Sumber pendapatan lainnya, lanjut dia, disumbangkan dari pendapatan nonbunga yang mencapai Rp5,6 triliun atau tumbuh 46,9% dari periode yang sama sebelumnya. Adapun kenaikan pendapatan nonbunga BRI tersebut didominasi oleh peningkatan fee base income yang tumbuh 32,4% menjadi Rp3,5 triliun. ”Pertumbuhan tertinggi terjadi pada transaksi e-banking yang tumbuh sebesar 80,4% menjadi Rp778,1 miliar secara year on year,” ujarnya.
Adapun pertumbuhan total aset BRI, ungkap Asmawi, didominasi aset produktif yang juga turut memberikan pengaruh positif pada raihan total pendapatan dan laba bersih BRI, yakni dari Rp621,9 triliun pada enam bulan pertama tahun ini menjadi Rp747,7 triliun pada tahun sebelumnya, atau meningkat 20,2%.
Sementara itu, total kredit yang sudah disalurkan hingga akhir Juni 2015 mencapai Rp503,6 triliun, tumbuh 9,7% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Kredit di segmen mikro mencatat pertumbuhan sebesar 15,0% menjadi Rp165,8 triliun, sedangkan kredit di segmen ritel tumbuh 11,8% menjadi Rp187,3 triliun.
”Adapun kredit di segmen menengah turun tipis 2,9% menjadi Rp18,9 triliun, dan kredit korporasi naik 2,8% menjadi Rp131,5 triliun, di mana kredit korporasi tersebut mayoritas disalurkan ke badan usaha milik negara (BUMN) lainnya,” ujarnya. Terkait kualitas kredit, ungkap Asmawi, pertumbuhan kredit sepanjang enam bulan pertama tahun ini tetap diimbangi dengan rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) yang terjaga, di mana NPL netto tercatat sebesar 0,6% dan NPL gross sebesar 2,3%.
Dari sisi penghimpunan dana pihak ketiga (DPK), lanjutnya, BRI juga mencatat pertumbuhan sebesar 17,3%, yakni dari Rp488,4 triliun menjadi Rp573,1 triliun pada enam bulan pertama tahun ini. Sementara itu, PT Bank CIMB Niaga Tbk meraih pendapatan operasional konsolidasi (tidak diaudit) sebesar Rp6,72 triliun, tumbuh 1,5% year-onyear (YoY), dengan laba bersih sebesar Rp176 miliar untuk periode enam bulan pertama tahun ini.
Presiden Direktur CIMB Niaga Tigor M Siahaan mengatakan, kinerja CIMB Niaga yang melemah pada semester pertama 2015 berhubungan dengan keadaan ekonomi yang melambat serta situasi usaha yang menantang. ”Penurunan laba bersih dibandingkan tahun sebelumnya terjadi karena adanya kenaikan beban pencadangan dari sektor batu bara dan sektor lain yang terkait dengan batu bara,” ujarnya dalam keterangan tertulisnya kemarin.
Tigor menjelaskan, di tengah tantangan ekonomi, sejumlah bisnis unggulan perseroan menunjukkan peningkatan, tecermin dari naiknya pendapatan bunga bersih sebesar 8,5%, sejalan dengan peningkatan kredit untuk semua segmen pasar dan nasabah.
”Meskipun tidak terjadi peningkatan kinerja dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, dengan kemajuan yang dicapai dibanding kuartal sebelumnya, prospek pada semester kedua 2015 kami perkirakan akan lebih baik seiring tumbuhnya bisnis unggulan kami secara berkesinambungan dan membaiknya tingkat pencadangan.
Oleh sebab itu, kami yakin bahwa non-performing loan (NPL) bruto sebesar 4,28% per 30 Juni 2015 akan terus menurun secara bertahap ke depannya,” paparnya. Tigor menambahkan, total aset mencapai Rp245,24 triliun per 30 Juni 2015, atau meningkat sebesar 9,1%, CIMB Niaga mempertahankan posisinya sebagai bank terbesar kelima di Indonesia dari sisi aset.
Hal ini seiring dengan meningkatnya jumlah kredit bruto yang disalurkan sebesar 9,8% menjadi Rp180,82 triliun per 30 Juni 2015. Dia memaparkan, kredit di segmen korporasi menca-tatkan pertumbuhan tertinggi yaitu sebesar 23,4% menjadi Rp58,09 triliun, diikuti kredit UMKM yang naik 7,9% menjadi Rp35,94 triliun, dan kredit konsumer tumbuh 6,9% menjadi Rp51,25 triliun.
Adapun kredit di segmen komersial mengalami penurunan sebesar 2,1% menjadi Rp35,54 triliun yang disebabkan oleh menurunnya kredit investasi sebesar 9,1%. Tigor menjelaskan, dalam penyaluran kredit korporasi, kredit modal kerja meningkat 51,3% menjadi Rp25,29 triliun, sedangkan kredit investasi tumbuh 8,0%.
Personal loans tumbuh paling tinggi di segmen konsumer dengan peningkatan sebesar 30,6% menjadi Rp2,45 triliun, yang disusul dengan outstanding kartu kredit yang naik 27,1% menjadi Rp5,72 triliun. Adapun di kredit UMKM,kredit mikro berhasil tumbuh 16,2% menjadi Rp3,07 triliun per 30 Juni 2015. Kredit UMKM memberikan kontribusi sebesar 20,0% terhadap total kredit CIMB Niaga.
Adapun rasio kredit bermasalah (non-performing loan /NPL) bruto CIMB Niaga tercatat sebesar 4,28% per 30 Juni 2015, meningkat tahun sebelumnya sebesar 2,97%. Kenaikan tersebut berasal dari segmen perbankan korporasi, komersial, dan UMKM yang masingmasing meningkat 350 bps, 120 bps, dan 40 bps menjadi masing-masing 6,9%, 5,3% dan 2,7%.
Hafid Fuad
(bbg)