Penjualan INDF Rp32,63 T
A
A
A
JAKARTA - PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) pada semester I/2015 membukukan penjualan bersih konsolidasi Rp32,63 triliun atau tumbuh 3,7% dibandingkan periode yang sama 2014 yakni Rp31,48 triliun.
Presiden Direktur Indofood Sukses Makmur Anthoni Salim mengatakan, model bisnis perseroan telah memberikan pondasi yang kokoh di tengah perkembangan kondisi makro yang kurang menggembirakan. ”Kami akan terus menjalankan strategi untuk mencapai pertumbuhan yang berkelanjutan, serta menghadapi tantangan ke depannya,” kata Anthoni di Jakarta akhir pekan lalu.
Lebih lanjut dia menjelaskan, kelompok usaha strategi (grup) produk konsumen bermerek (CBP) memberikan kontribusi terbesar yaitu 50% terhadap penjualan neto konsolidasi. Sedangkan, sisanya terdiri atas Bogasari 24%, Agribisnis 18% dan Distribusi 8%. Pada semester I/2015 laba usaha INDF naik tipis sebesar 0,5% menjadi Rp3,85 triliun.
Sedangkan, margin laba usaha turun 40 basis poin menjadi 11,8%, hal ini disebabkan melemahnya kinerja agrobisnis sebagai akibat dari penurunan harga jual ratarata produk sawit. Sementara, laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk juga turun 25,3% menjadi hanya Rp1,73 triliun dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai Rp2,32 triliun.
Kepala Riset NHKSI Reza Priyambada mengatakan, penyebab turunnya laba bersih emiten konsumen dan ritel di semester I/2015 adalah naiknya biaya operasional perusahaan yang tidak diimbangi dengan daya beli masyarakat yang kuat. ”Dolar AS terus menguat, menyebabkan perusahaan meningkatkan harga jual dan biaya operasional meningkat. Tapi karena perlambatan pertumbuhan ekonomi, daya beli masyarakat menurun,” kata Reza saat dihubungi KORAN SINDO di Jakarta kemarin.
Terkait outlook emiten ritel dan konsumer di semester II tahun ini, menurut dia masih dipengaruhi oleh nilai tukar dolar Amerika Serikat (USD) terhadap rupiah dan juga pertumbuhan ekonomi nasional.
Percepatan anggaran infrastruktur dari pemerintah dianggap sebagai stimulus untuk menguatkan mata uang rupiah dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
Heru febrianto
Presiden Direktur Indofood Sukses Makmur Anthoni Salim mengatakan, model bisnis perseroan telah memberikan pondasi yang kokoh di tengah perkembangan kondisi makro yang kurang menggembirakan. ”Kami akan terus menjalankan strategi untuk mencapai pertumbuhan yang berkelanjutan, serta menghadapi tantangan ke depannya,” kata Anthoni di Jakarta akhir pekan lalu.
Lebih lanjut dia menjelaskan, kelompok usaha strategi (grup) produk konsumen bermerek (CBP) memberikan kontribusi terbesar yaitu 50% terhadap penjualan neto konsolidasi. Sedangkan, sisanya terdiri atas Bogasari 24%, Agribisnis 18% dan Distribusi 8%. Pada semester I/2015 laba usaha INDF naik tipis sebesar 0,5% menjadi Rp3,85 triliun.
Sedangkan, margin laba usaha turun 40 basis poin menjadi 11,8%, hal ini disebabkan melemahnya kinerja agrobisnis sebagai akibat dari penurunan harga jual ratarata produk sawit. Sementara, laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk juga turun 25,3% menjadi hanya Rp1,73 triliun dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai Rp2,32 triliun.
Kepala Riset NHKSI Reza Priyambada mengatakan, penyebab turunnya laba bersih emiten konsumen dan ritel di semester I/2015 adalah naiknya biaya operasional perusahaan yang tidak diimbangi dengan daya beli masyarakat yang kuat. ”Dolar AS terus menguat, menyebabkan perusahaan meningkatkan harga jual dan biaya operasional meningkat. Tapi karena perlambatan pertumbuhan ekonomi, daya beli masyarakat menurun,” kata Reza saat dihubungi KORAN SINDO di Jakarta kemarin.
Terkait outlook emiten ritel dan konsumer di semester II tahun ini, menurut dia masih dipengaruhi oleh nilai tukar dolar Amerika Serikat (USD) terhadap rupiah dan juga pertumbuhan ekonomi nasional.
Percepatan anggaran infrastruktur dari pemerintah dianggap sebagai stimulus untuk menguatkan mata uang rupiah dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
Heru febrianto
(ftr)