Daerah Harus Dorong Diversifikasi Industri
A
A
A
BALIKPAPAN - Pemerintah daerah (pemda) diharapkan secepatnya mendorong diversifikasi industri guna mengurangi ketergantungan pada komoditas. Langkah itu diperlukan untuk menjaga keberlanjutan pertumbuhan ekonomi di daerah.
Besarnya ketergantungan daerah pada komoditas menyebabkan melambatnya perekonomian ketika harga komoditas tengah anjlok seperti belakangan ini. Kawasan Sumatera dan Kalimantan merupakan wilayah yang paling terkena imbas atas jatuhnya harga komoditas nonmigas, yang ditandai perlambatan pertumbuhan ekonomi di dua daerah tersebut.
”Sumatera dan Kalimantan kondisinya sama. Dua daerah ini sangat tergantung pada komoditas. Faktor eksternal sangat besar. Faktor China masih sangat dominan sebagai merupakan pembeli terbesar komoditas pertambangan Indonesia. Kami optimistis di kuartal pertama tahun depan akan ada perbaikan harga komoditas meskipun tidak akan signifikan seperti dulu,” kata Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Mirza Adityaswara di Balikpapan, Kalimantan Timur, kemarin.
Dia menjelaskan, pertumbuhan ekonomi di sebagian daerah di kedua wilayah itu pada kuartal II/2015 mengalami perlambatan yang cukup signifikan. Pertumbuhan ekonomi Kalimantan Timur misalnya, mengalami kontraksi sebesar 0,25% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Kondisi yang sama juga dialami Riau dengan pertumbuhan ekonomi - 2,6%.
Sementara, secara nasional, pada kuartal II/2015 perekonomian juga melambat, hanya tumbuh 4,67%. Mirza mengatakan, penyebab jatuhnya harga komoditas nonmigas, seperti batu bara, minyak sawit mentah (crude palm oil /CPO), dan karet yang menjadi andalan sejumlah daerah diakibatkan oleh perlambatan perekonomian China.
Karena itu, menurut dia, meski ada harapan permintaan akan kembali meningkat, harga komoditas cukup sulit menanjak ke level di tahun 2007 maupun 2010. Sebab, perekonomian China diperkirakan tidak akan tumbuh kembali seperti pada periode tersebut. ”Tidak mungkin mengharapkan ekonomi China kembali ke 12%. Idealnya mereka akan di level 7,5%. Lebih baik kita realistis. Bahwa harga komoditas nonmigas akan naik dari level sekarang sangat mungkin, tetapi tidak signifikan,” ungkapnya.
Karena itu, dia berharap pemerintah daerah segera melakukan diversifikasi sektor usaha, seperti pengembangan sektor manufaktur dan sektorsektor baru yang potensial, serta mulai mengurangi ketergantungan pada komoditas. ”Di Kalimantan misalnya, sektor pariwisata potensial dikembangkan yang ditunjang dengan infrastruktur. Butuh komitmen dan waktu untuk mengurangi ketergantungan terhadap komoditas,” ujarnya.
Sementara, di acara Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) yang bertema ”Mempercepat Pembangunan Infrastruktur Energi untuk Mendukung Pertumbuhan Ekonomi yang Berkelanjutan” di Balikpapan kemarin, Gubernur BI Agus Martowardojo menyatakan optimismenya akan perbaikan ekonomi di semester kedua tahun ini.
Dia meyakini belanja pemerintah yang cukup signifikan akan mendorong pertumbuhan. Terkait dengan itu, pada rapat koordinasi dengan pemerintah pusat dan daerah yang rencananya dilakukan pada Selasa (12/8), dia menyatakan bahwa BI akan berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait untuk menumbuhkan keyakinan pasar dengan kebijakan-kebijakan konkret pada dua kuartal ke depan.
”Kita melihat di semester dua kunci pertumbuhan yang lebih baik adalah government spending, khususnya infrastruktur,” ujar Agus. BI masih meyakini pertumbuhan ekonomi pada semester II/2015 mampu menembus 5%. Agus mengatakan, seandainya di semester kedua ini reformasi struktural, termasuk upaya untuk pencairan anggaran di pemerintah daerah maupun pusat bisa direalisasikan, maka perekonomian pasti dapat didorong. Selain itu, BI akan menyiapkan kebijakan dan koordinasi untuk merealisasikan hal itu.
”Kita juga lihat investasi, sebab hal ini akan membantu,” tambahnya. Kemarin, dalam kunjungan ke Bontang, Kalimantan Timur, BI meluncurkan tiga program yaitu pembangunan instalasi pengelolaan air minum di Pulau Gusung. Pulau Gusung yang ditinggali 77 kepala keluarga (KK), atau sekitar 300 penduduk dewasa dan anakanak, masih mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan air bersih.
Kemudian, renovasi sekolah di Kampung Melahing, yaitu kawasan permukiman di wilayah pesisir kota dengan kondisi pasang surut dan pembentukan area hutan kota di Desa Guntung.
Hafid fuad
Besarnya ketergantungan daerah pada komoditas menyebabkan melambatnya perekonomian ketika harga komoditas tengah anjlok seperti belakangan ini. Kawasan Sumatera dan Kalimantan merupakan wilayah yang paling terkena imbas atas jatuhnya harga komoditas nonmigas, yang ditandai perlambatan pertumbuhan ekonomi di dua daerah tersebut.
”Sumatera dan Kalimantan kondisinya sama. Dua daerah ini sangat tergantung pada komoditas. Faktor eksternal sangat besar. Faktor China masih sangat dominan sebagai merupakan pembeli terbesar komoditas pertambangan Indonesia. Kami optimistis di kuartal pertama tahun depan akan ada perbaikan harga komoditas meskipun tidak akan signifikan seperti dulu,” kata Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Mirza Adityaswara di Balikpapan, Kalimantan Timur, kemarin.
Dia menjelaskan, pertumbuhan ekonomi di sebagian daerah di kedua wilayah itu pada kuartal II/2015 mengalami perlambatan yang cukup signifikan. Pertumbuhan ekonomi Kalimantan Timur misalnya, mengalami kontraksi sebesar 0,25% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Kondisi yang sama juga dialami Riau dengan pertumbuhan ekonomi - 2,6%.
Sementara, secara nasional, pada kuartal II/2015 perekonomian juga melambat, hanya tumbuh 4,67%. Mirza mengatakan, penyebab jatuhnya harga komoditas nonmigas, seperti batu bara, minyak sawit mentah (crude palm oil /CPO), dan karet yang menjadi andalan sejumlah daerah diakibatkan oleh perlambatan perekonomian China.
Karena itu, menurut dia, meski ada harapan permintaan akan kembali meningkat, harga komoditas cukup sulit menanjak ke level di tahun 2007 maupun 2010. Sebab, perekonomian China diperkirakan tidak akan tumbuh kembali seperti pada periode tersebut. ”Tidak mungkin mengharapkan ekonomi China kembali ke 12%. Idealnya mereka akan di level 7,5%. Lebih baik kita realistis. Bahwa harga komoditas nonmigas akan naik dari level sekarang sangat mungkin, tetapi tidak signifikan,” ungkapnya.
Karena itu, dia berharap pemerintah daerah segera melakukan diversifikasi sektor usaha, seperti pengembangan sektor manufaktur dan sektorsektor baru yang potensial, serta mulai mengurangi ketergantungan pada komoditas. ”Di Kalimantan misalnya, sektor pariwisata potensial dikembangkan yang ditunjang dengan infrastruktur. Butuh komitmen dan waktu untuk mengurangi ketergantungan terhadap komoditas,” ujarnya.
Sementara, di acara Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) yang bertema ”Mempercepat Pembangunan Infrastruktur Energi untuk Mendukung Pertumbuhan Ekonomi yang Berkelanjutan” di Balikpapan kemarin, Gubernur BI Agus Martowardojo menyatakan optimismenya akan perbaikan ekonomi di semester kedua tahun ini.
Dia meyakini belanja pemerintah yang cukup signifikan akan mendorong pertumbuhan. Terkait dengan itu, pada rapat koordinasi dengan pemerintah pusat dan daerah yang rencananya dilakukan pada Selasa (12/8), dia menyatakan bahwa BI akan berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait untuk menumbuhkan keyakinan pasar dengan kebijakan-kebijakan konkret pada dua kuartal ke depan.
”Kita melihat di semester dua kunci pertumbuhan yang lebih baik adalah government spending, khususnya infrastruktur,” ujar Agus. BI masih meyakini pertumbuhan ekonomi pada semester II/2015 mampu menembus 5%. Agus mengatakan, seandainya di semester kedua ini reformasi struktural, termasuk upaya untuk pencairan anggaran di pemerintah daerah maupun pusat bisa direalisasikan, maka perekonomian pasti dapat didorong. Selain itu, BI akan menyiapkan kebijakan dan koordinasi untuk merealisasikan hal itu.
”Kita juga lihat investasi, sebab hal ini akan membantu,” tambahnya. Kemarin, dalam kunjungan ke Bontang, Kalimantan Timur, BI meluncurkan tiga program yaitu pembangunan instalasi pengelolaan air minum di Pulau Gusung. Pulau Gusung yang ditinggali 77 kepala keluarga (KK), atau sekitar 300 penduduk dewasa dan anakanak, masih mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan air bersih.
Kemudian, renovasi sekolah di Kampung Melahing, yaitu kawasan permukiman di wilayah pesisir kota dengan kondisi pasang surut dan pembentukan area hutan kota di Desa Guntung.
Hafid fuad
(ars)