China Siapkan Rp74 Triliun untuk KA Cepat
A
A
A
JAKARTA - Pemerintah segera memutuskan pemenang proyek kereta api cepat rute Jakarta-Bandung. Saat ini dua negara yakni Jepang dan China bersaing mendapatkan proyek ambisius tersebut.
Penentuan pemenang proyek transportasi tersebut akan diumumkan menyusul selesainya studi kelayakan (feasibility study) yang diserahkan China kepada pemerintah. ”Kami akan mengkaji dalam dua minggu ini. Keputusan pemerintah akan diumumkan dalam dua minggu ke depan. Mungkin bisa lebih cepat,” kata Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) Andrinof Chaniago di Jakarta kemarin.
Dia mengatakan, sementara ini Bappenas hanya menyampaikan kepada Pemerintah China bahwa perencanaan proyek kereta api cepat harus dilakukan secara menyeluruh. Dalam setiap proyek infrastruktur, pemerintah meminta kepada investor untuk memperhatikan perumahan rakyat, alih fungsi lahan pertanian, dan fasilitas publik. ”Jadi, harus terintegrasi,” ujarnya.
Andrinof mengungkapkan, dalam proposalnya, China menyiapkan investasi sebesar USD5,5 miliar atau setara Rp74 triliun yang seluruhnya dibiayai oleh swasta tanpa meminta jaminan apa pun kepada pemerintah. Selain itu, Pemerintah China menyanggupi proses konstruksi akan dilakukan mulai September 2015, selesai dalam tiga tahun (2018).
Andrinof mengakui, proposal China lebih unggul dibanding dengan Jepang. Selain tanpa menggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), China juga akan menggeser titik awal proyek menjadi lebih panjang yakni dari Stasiun Gedebage, Bandung. Begitu pula dengan di Jakarta, yang digeser dari awalnya di Halim Perdanakusuma menjadi di Stasiun Gambir. ”Tapi, tentu nanti kita pertimbangkan semuanya,” ucapnya.
Dia menyebut, pemerintah akan melihat berbagai aspek, seperti sisi biaya, kandungan lokal, teknologi, dan lain-lain. Mengenai kualitas, Andrinof mengatakan, Pemerintah China telah berpengalaman membangun 17.000 kilometer jalur rel kereta api, di mana 9.000 di antaranya adalah rel kereta api cepat. ”Dan, itu menjadi yang terbesar di dunia,” kata dia.
Sementara, Menteri Pembangunan Nasional dan Komisi Reformasi China Xu Shaosi secara terang-terangan meminta dukungan kepada Bappenas untuk kerja sama pembangunan kereta api cepat ini. Dia pun mengaku siap menampung masukan pemerintah dalam membangun proyek tersebut.
Ihwal kualitas produk China di negara lain, Shaosi mengatakan, hal ini sudah menjadi bahasan di kalangan internal pemerintah China. Dia pun mengakui, selama 10 tahun kerja sama Sino-Indonesia di bidang infrastruktur, ada beberapa masalah terkait kinerja investor dari China
”Jujur, memang ada (proyek) yang bermasalah dengan berbagai alasan, tapi tetap ada tanggung jawabnya, maka diharapkan ke depan kerja sama bisa diperkuat untuk mencegah hal-hal tersebut tidak terjadi lagi. Kerja sama ke depan akan mementingkan kualitas,” tandasnya.
Rahmat fiansyah
Penentuan pemenang proyek transportasi tersebut akan diumumkan menyusul selesainya studi kelayakan (feasibility study) yang diserahkan China kepada pemerintah. ”Kami akan mengkaji dalam dua minggu ini. Keputusan pemerintah akan diumumkan dalam dua minggu ke depan. Mungkin bisa lebih cepat,” kata Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) Andrinof Chaniago di Jakarta kemarin.
Dia mengatakan, sementara ini Bappenas hanya menyampaikan kepada Pemerintah China bahwa perencanaan proyek kereta api cepat harus dilakukan secara menyeluruh. Dalam setiap proyek infrastruktur, pemerintah meminta kepada investor untuk memperhatikan perumahan rakyat, alih fungsi lahan pertanian, dan fasilitas publik. ”Jadi, harus terintegrasi,” ujarnya.
Andrinof mengungkapkan, dalam proposalnya, China menyiapkan investasi sebesar USD5,5 miliar atau setara Rp74 triliun yang seluruhnya dibiayai oleh swasta tanpa meminta jaminan apa pun kepada pemerintah. Selain itu, Pemerintah China menyanggupi proses konstruksi akan dilakukan mulai September 2015, selesai dalam tiga tahun (2018).
Andrinof mengakui, proposal China lebih unggul dibanding dengan Jepang. Selain tanpa menggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), China juga akan menggeser titik awal proyek menjadi lebih panjang yakni dari Stasiun Gedebage, Bandung. Begitu pula dengan di Jakarta, yang digeser dari awalnya di Halim Perdanakusuma menjadi di Stasiun Gambir. ”Tapi, tentu nanti kita pertimbangkan semuanya,” ucapnya.
Dia menyebut, pemerintah akan melihat berbagai aspek, seperti sisi biaya, kandungan lokal, teknologi, dan lain-lain. Mengenai kualitas, Andrinof mengatakan, Pemerintah China telah berpengalaman membangun 17.000 kilometer jalur rel kereta api, di mana 9.000 di antaranya adalah rel kereta api cepat. ”Dan, itu menjadi yang terbesar di dunia,” kata dia.
Sementara, Menteri Pembangunan Nasional dan Komisi Reformasi China Xu Shaosi secara terang-terangan meminta dukungan kepada Bappenas untuk kerja sama pembangunan kereta api cepat ini. Dia pun mengaku siap menampung masukan pemerintah dalam membangun proyek tersebut.
Ihwal kualitas produk China di negara lain, Shaosi mengatakan, hal ini sudah menjadi bahasan di kalangan internal pemerintah China. Dia pun mengakui, selama 10 tahun kerja sama Sino-Indonesia di bidang infrastruktur, ada beberapa masalah terkait kinerja investor dari China
”Jujur, memang ada (proyek) yang bermasalah dengan berbagai alasan, tapi tetap ada tanggung jawabnya, maka diharapkan ke depan kerja sama bisa diperkuat untuk mencegah hal-hal tersebut tidak terjadi lagi. Kerja sama ke depan akan mementingkan kualitas,” tandasnya.
Rahmat fiansyah
(ftr)