Cadev China Susut Rp554 Triliun karena Devaluasi Yuan

Selasa, 18 Agustus 2015 - 15:00 WIB
Cadev China Susut Rp554 Triliun karena Devaluasi Yuan
Cadev China Susut Rp554 Triliun karena Devaluasi Yuan
A A A
HONG KONG - Survei Bloomberg menunjukkan, cadangan devisa (cadev) China diperkirakan susut sekitar USD40 miliar atau setara Rp554 triliun (kurs Rp13.850/USD) dalam sebulan karena Bank Sentral China (PBoC) melakukan intervensi untuk mendukung yuan.

Berdasarkan perkiraan ahli strategi dan pedagang yang disurvei, total cadangan devisa China menyusut ke USD3,45 triliun pada akhir tahun ini dari posisi akhir Juli sebesar USD3,65 triliun akibat devaluasi yuan yang mengejutkan pasar keuangan. Diperkirakan cadangan devisa China berkisar antara USD3 triliun-USD3,71 triliun.

Survei menunjukkan, mata uang kemungkinan melemah 1,6% menjadi 6,50/dolar Amerika Serikat (USD) di sisa tahun ini.

"Bank sentral akan sering melakukan intervensi di pasar valuta asing dalam tiga bulan ke depan untuk memastikan mata uang stabil. China akan menghabiskan cadangan devisa untuk mencapai tujuan itu," kata analis di Citigroup Inc Ken Peng, seperti dilansir dari Bloomberg, Selasa (18/8/2015).

PBoC membatasi depresiasi yuan untuk mencegah keluarnya modal karena ekonomi mengalami pertumbuhan paling lambat dalam lebih dari dua dekade. Sementara cadangan devisa China telah berkurang USD192 miliar dalam tujuh bulan terakhir, tiga kali lipat lebih besar dari negara lain.

Otoritas moneter membeli yuan melalui bank agen pada pekan lalu untuk menstabilkan nilai tukar setelah devaluasi yuan pada 11 Agustus lalu membuat yuan anjlok paling tajam dalam dua dekade.

Mata uang China melemah 2,9% menjadi 6,3947/USD dalam lima hari perdagangan setelah devaluasi yuan, termasuk penurunan 0,05% pada Senin kemarin. Posisi yuan di PBOC dan lembaga keuangan turun paling dalam pada bulan Juli, menyebabkan bank sentral meningkatkan intervensi untuk mendukung yuan.

"China telah membayar dengan anggaran yang relatif signifikan untuk mempertahankan kekuatan yuan, termasuk mengorbankan ekspor dan menggunakan cadangan devisa. Fundamental ekonomi belum mendukung stabilnya yuan," kata analis China Securities Co Huang Wentao dan Zheng Lingyi.
(rna)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6556 seconds (0.1#10.140)