BI Ngaku Mati-matian Jaga Nilai Tukar Rupiah

Selasa, 18 Agustus 2015 - 17:42 WIB
BI Ngaku Mati-matian Jaga Nilai Tukar Rupiah
BI Ngaku Mati-matian Jaga Nilai Tukar Rupiah
A A A
JAKARTA - Bank Indonesia (BI) mengakui sudah mati-matian menjaga stabilitas nilai tukar rupiah meski saat ini rupiah terus bergerak diangka Rp13.800 per USD dan melebihi batas fundamentalnya atau undervalue.

Deputi Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan, dengan pelemahan rupiah tersebut Bank Indonesia terus berusaha maksimal untuk menjaga stabilitas rupiah sesuai level fundamentalnya.

"Saat ini, kami Bank Indonesia tidak hanya khawatir, Bank Indonesia sudah mati-matian malah dalam menjaga stabilitas nilai tukar rupiah‎," kata Perry di Gedung BI, Jakarta, Selasa (18/8/2015).

Menurutnya, selama ini BI selalu berada di pasar dan melakukan langkah-langkah stabilitas lainnya seperti halnya intervensi merupakan beberapa hal yang terus dilakukannya.

"Kalaupun nilai tukar saat ini bisa menyentuh level Rp13.800 per USD, ini di luar perkiraannya juga," kata dia.

Untuk mengembalikan rupiah ke level fundamentalnya, ada beberapa hal yang akan lebih dioptimalkan BI. Di antaranya, memaksimalkan instrumen Surat Berharga Indonesia (SBI) dan FX Swap.

Dalam kesempatan yang Sama, Gubernur BI agus DW Martowardojo mengatakan, instrumen lain yang juga telah diputuskan dalam Rapat Dewan Gubernur BI kali ini untuk menjaga nilai tukar rupiah‎ adalah ketentuan pembelian valas yang harus menyertakan underlying.

‎"Kita selama ini mengatur yang sampai di atas USD100 ribu dalam sebulan baru pakai underlying, itu kita ubah di atas USD25 ribu dolar, itu harus menyampiakan underlying transaksi dan NPWP, itu nanti akan dikeluarkan dalam bentuk penyesuaian PBI‎," ungkap Agus.

Menganggapi pergerakan nilai tukar rupiah, kata Agus, beberapa angka yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik mengenai neraca perdangan yang surplus, menunjukkan kinerja reformasi pemerintah yang positif‎ dan inflasi juga masih terkendali.

"Jadi tidak seharusnya rupiah itu melemah seperti sekarang ini atau kita sebut sudah tidak sesuai dengan fundamentalnya atau undervalue," tutup dia.
(izz)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6239 seconds (0.1#10.140)