Pertamina Bantah Untung Rp30 Ribu/Tabung

Jum'at, 21 Agustus 2015 - 16:28 WIB
Pertamina Bantah Untung...
Pertamina Bantah Untung Rp30 Ribu/Tabung
A A A
JAKARTA - PT Pertamina (Persero) membantah bahwa perseroan meraup keuntungan Rp30.000 per tabung dari penjualan elpiji 12 kg. Bahkan, perseroan justru selama periode 2013-2014 menderita kerugian dari penjualan gas biru tersebut.

Hal ini menanggapi pernyataan Indonesia Corruption Watch (ICW) yang menyatakan bahwa perseroan meraup keuntungan Rp30.000 per tabung dari penjualan elpiji 12 kg. Sebab, dalam hitungan ICW, harga keekonomian elpiji 12 kg yang dijual Pertamina kemahalan Rp30.000 per tabung dari harga keekonomian yang wajar.

Vice President Corporate Communication Pertamina Wianda Pusponegoro menuturkan, pada periode Agustus 2015 perseroan mengalami keuntungan dari penjualan elpiji 12 kg. Sebab, harga CP Aramco kini turun menjadi sekitar USD385 per metrik ton (MT).

"‎Sejauh ini kita lihat dengan harga CP Aramco, kan baru Agustus ini turun. Kita sudah mendapatkan keuntungan, tapi saya nyatakan keuntungan Pertamina tidak sebesar Rp30.000 per tabung. Jadi lebih rendah dari itu," katanya saat ditemui di JCC, Jakarta, Jumat (21/8/2015).

Dia menegaskan, keuntungan yang diraup perseroan saat ini tidak sampai Rp30.000 per tabung. Bahkan, keuntungannya dipastikan tidak sampai Rp15.000 per tabung.

‎"Saya tidak merilis memang‎ angka (keuntungan) pastinya. Tapi memang lebih rendah dari Rp30.000/tabung. Kita bisa yakinkan itu. Bahkan tidak sampai setengahnya (dari Rp30.000). Karena tentunya, kita juga ada biaya-biaya lain yang dikeluarkan, jadi tidak mungkin sampai Rp30.000/tabung," tutur Wianda.

Menurutnya, perseroan tidak dapat memastikan ke depannya akan terus mendapatkan keuntungan atau kembali rugi dari penjualan elpiji 12 kg. Sebab, hal ini tergantung perkembangan harga CP Aramco. Terlebih hingga saat ini perseroan belum melakukan penyesuaian harga sejak April 2015.

"Sama seperti analogi antara harga minyak mentah dengan harga keekonomian BBM. Karena potensinya bisa gain bisa lost tergantung selisih harga antara harga jual dan CP Aramco," tandasnya.

Sebelumnya, Wianda mengungkapkan bahwa komposisi perhitungan harga gas elpiji 12 kg yang digunakan Pertamina berbeda dengan yang digunakan ICW. Hal tersebut menjadi perbedaan paling mendasar dan menjadikan perhitungan ICW lebih murah ketimbang Pertamina.

Untuk diketahui, perhitungan harga keekonomian elpiji yang digunakan ICW mengacu pada harga kontrak CP Aramco untuk bulan berjalan, dengan komposisi dari propane 50% dan butane 50% dengan rumus: harga patokan+margin agen+PPN. Sementara mekanisme harga patokan elpiji dihitung dengan rumus: CP Aramco+USD68,64/MT+1,88% CP Aramco+Rp1.750/kg.

"ICW gunakan komposisi propane butane 50:50, kami komposisi menghitung propane 42% dan butane 58%," katanya saat dihubungi Sindonews di Jakarta, Kamis (20/8/2015).

Selain itu, sambung Wianda, perhitungan ICW mengacu pada nilai tukar beli rata-rata BI pada bulan berjalan. Sementara perseroan mengacu pada kurs tengah dolar Amerika Serikat (USD).

Sayangnya, dia enggan menjelaskan lebih rinci mengenai rumusan yang digunakan perseroan dalam penentuan harga elpiji 12 kg. "Kami gunakan kurs tengah dolar bukan kurs beli dolar. Itu perbedaan yang paling mendasar," imbuh dia.
(izz)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6793 seconds (0.1#10.140)