Dolar Perkasa, Harga Mobil Belum Naik
A
A
A
Nilai tukar dolar yang terus menguat dalam beberapa bulan terakhir membuat para pelaku usaha harus mengatur ulang strategi bisnisnya. Mereka mau tidak mau mesti menyesuaikan budget agar proses bisnis tetap berlangsung.
Demikian juga di industri automotif dengan unsur impornya masih relatif tinggi, terutama bagi agen pemegang merek (APM) yang tidak memiliki fasilitas produksi di Tanah Air. Namun, dengan kondisi pasar kendaraan bermotor yang sedang lesu, tampaknya pihak APM harus menahan diri meski rupiah terus loyo. Direktur Marketing PT Ford Motor Indonesia (FMI) Christian Abraham Gandawinata mengatakan akan terus memantau pergerakan kurs dolar Amerika Serikat (AS).
Dia mengakui nilai tukar dolar memang berpengaruh pada penentuan harga jual produk Ford. ”Namun kan tidak hanya dolar variabel untuk menentukan harga. Jadi, sementara kita pertahankan kebijakan harga sekarang sambil terus melihat situasi,” ujar Christian di sela-sela pameran Gaikindo Indonesia International Auto Show(GIIAS) 2015di Indonesia Convention Exhibition (ICE) BSD City, Tangerang Selatan, Banten. Dia mengakui, pasar automotif nasional memang sedang lesu.
Hal ini juga dirasakan Ford Motor Indonesia. Meski demikian, Christian tetap optimistis masih ada peluang pada semester kedua tahun ini. Dia melihat belanja pemerintah dan instansiinstansi tetap ada untuk Ford. Sementara, di sektor industri seperti pertambangan, perkebunan dan perminyakan, memang diakuinya sedang slowdown. ”Ya kita tahu pertambangan kini sedang lesu, demikian juga perkebunan. Tapi kami tetap optimistis dengan produk baru yang sudah kami keluarkan di GIIASkali ini,” ujarnya.
APM lainnya, Porsche Indonesia, juga tidak akan buru-buru menaikkan harga jual kendati nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat kini berada di atas Rp14.000, tertinggi sejak krisis 1998. Managing Director Porsche Indonesia Christoph Choi menyebutkan, berubahnya harga jual tidak melulu karena faktor nilai tukar dolar AS terhadap rupiah. Namun, ada beberapa hal lainnya seperti impor duty atau pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM) dan lain-lain.
”Pada intinya kami berusaha untuk tidak menaikkan harga sekuat mungkin dan tetap mengikuti regulasi dari pemerintah,” ucap Christoph Choi. Lain dengan nilai tukar, kenaikan PPnBM yang juga dilakukan pemerintah pada beberapa waktu lalu sangat berdampak pada harga jual Porsche di Indonesia. Pabrikan mobil asal Jerman ini terpaksa harus mengerek harga untuk semua model hingga 10%.
Meski begitu, Porsche Indonesia tetap memiliki strategi agar penjualannya tetap maksimal. Salah satu caranya dengan mengikuti pameran automotif seperti ini dan mengadakan program pemasaran lain, seperti parade test driveyang akan dilakukan pekan depan di Sirkuit Internasional Sentul, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Yanto kusdiantono/ wahyu sibarani
Demikian juga di industri automotif dengan unsur impornya masih relatif tinggi, terutama bagi agen pemegang merek (APM) yang tidak memiliki fasilitas produksi di Tanah Air. Namun, dengan kondisi pasar kendaraan bermotor yang sedang lesu, tampaknya pihak APM harus menahan diri meski rupiah terus loyo. Direktur Marketing PT Ford Motor Indonesia (FMI) Christian Abraham Gandawinata mengatakan akan terus memantau pergerakan kurs dolar Amerika Serikat (AS).
Dia mengakui nilai tukar dolar memang berpengaruh pada penentuan harga jual produk Ford. ”Namun kan tidak hanya dolar variabel untuk menentukan harga. Jadi, sementara kita pertahankan kebijakan harga sekarang sambil terus melihat situasi,” ujar Christian di sela-sela pameran Gaikindo Indonesia International Auto Show(GIIAS) 2015di Indonesia Convention Exhibition (ICE) BSD City, Tangerang Selatan, Banten. Dia mengakui, pasar automotif nasional memang sedang lesu.
Hal ini juga dirasakan Ford Motor Indonesia. Meski demikian, Christian tetap optimistis masih ada peluang pada semester kedua tahun ini. Dia melihat belanja pemerintah dan instansiinstansi tetap ada untuk Ford. Sementara, di sektor industri seperti pertambangan, perkebunan dan perminyakan, memang diakuinya sedang slowdown. ”Ya kita tahu pertambangan kini sedang lesu, demikian juga perkebunan. Tapi kami tetap optimistis dengan produk baru yang sudah kami keluarkan di GIIASkali ini,” ujarnya.
APM lainnya, Porsche Indonesia, juga tidak akan buru-buru menaikkan harga jual kendati nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat kini berada di atas Rp14.000, tertinggi sejak krisis 1998. Managing Director Porsche Indonesia Christoph Choi menyebutkan, berubahnya harga jual tidak melulu karena faktor nilai tukar dolar AS terhadap rupiah. Namun, ada beberapa hal lainnya seperti impor duty atau pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM) dan lain-lain.
”Pada intinya kami berusaha untuk tidak menaikkan harga sekuat mungkin dan tetap mengikuti regulasi dari pemerintah,” ucap Christoph Choi. Lain dengan nilai tukar, kenaikan PPnBM yang juga dilakukan pemerintah pada beberapa waktu lalu sangat berdampak pada harga jual Porsche di Indonesia. Pabrikan mobil asal Jerman ini terpaksa harus mengerek harga untuk semua model hingga 10%.
Meski begitu, Porsche Indonesia tetap memiliki strategi agar penjualannya tetap maksimal. Salah satu caranya dengan mengikuti pameran automotif seperti ini dan mengadakan program pemasaran lain, seperti parade test driveyang akan dilakukan pekan depan di Sirkuit Internasional Sentul, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Yanto kusdiantono/ wahyu sibarani
(ars)