MNC Bank Siapkan Strategi Antisipasi Risiko Kredit Bermasalah
A
A
A
JAKARTA - PT Bank MNC Internasional Tbk (MNC Bank) menyiapkan strategi untuk mengatasi risiko kredit bermasalah (nonperforming loan/ NPL) seiring tren perlambatan ekonomi nasional yang terus terjadi.
Presiden Direktur MNC Bank Benny Purnomo mengatakan, pihaknya masih optimistis melakukan ekspansi bisnis dengan sangat hati-hati. Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dan masih melemahnya kondisi perekonomian dalam negeri membuat resiko kredit bermasalah perbankan nasional semakin berat.
Namun, perseroan telah menyiapkan strategi untuk mengatasi risiko yang muncul. ”Kami terus ekspansi kredit namun dengan sangat selektif. Kami masih optimistis. Ini terbukti dari aset dan simpanan yang tetap naik meskipun tidak signifikan karena menggunakan prinsip kehati-hatian,” ujar Benny saat ditemui di Jakarta kemarin.
Menurut dia, strategi utamanya ialah dengan semakin selektif untuk menyalurkan kredit hanya kepada nasabah potensial. Benny juga menjelaskan, perseroan telah menghentikan pemberian pinjaman valas kepada nasabah yang menghasilkan pendapatan dalam rupiah.
Nasabah segmen ini disebutnya sangat berisiko di kondisi saat ini. ”Kami beruntung eksposur kredit valas hanya 12% dari total kredit. Dan, kami hanya melayani valas untuk nasabah yang pendapatannya dalam mata uang dolar AS. Sehingga, kecukupan modal atau CAR tidak tergerus signifikan,” ujarnya.
Sebelumnya Otoritas Jasa Keuangan (OJK) optimistis kondisi perbankan masih cukup kuat menghadapi fluktuasi nilai tukar rupiah. Hal ini disampaikan Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Nelson Tampubolon bahwa pihaknya terus memantau dampak pelemahan rupiah terhadap rasio kredit bermasalah bank.
Otoritas masih optimistis industri perbankan masih mampu menahan gejolak nilai tukar baik secara langsung dalam kredit valas ataupun lesunya perekonomian nasional. ”Kita akan terus monitor dampaknya ke NPL perbankan dan dampak lainnya juga. Tapisaya masihyakin, bank nasional masih cukup kuat menghadapi kurs seperti sekarang,” ujar Nelson.
Dia menegaskan, dampak risiko terhadap bank bank BUKU 1 atau 2 belum signifikan. Karena, bank segmen tersebut masih memiliki eksposur valas yang kecil sehingga dampaknya tidak terlalu berisiko bagi industri bank nasional. Posisi NPL gross per Juni masih di level 2,46% dan 1,25% untuk NPL net.
”Jadi, kami masih yakin akan ada di bawah 3% hingga akhir tahun, kecuali ekonomi makro kita merosot sangat dalam. Pasti NPL Perbankan terpengaruh lebih besar. Sedangkan, bank kecil umumnya bukan bank devisa. Kalaupun sudah jadi bank devisa, umumnya tidak punya eksposur valas yang besar,” ujarnya.
Hafid fuad
Presiden Direktur MNC Bank Benny Purnomo mengatakan, pihaknya masih optimistis melakukan ekspansi bisnis dengan sangat hati-hati. Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dan masih melemahnya kondisi perekonomian dalam negeri membuat resiko kredit bermasalah perbankan nasional semakin berat.
Namun, perseroan telah menyiapkan strategi untuk mengatasi risiko yang muncul. ”Kami terus ekspansi kredit namun dengan sangat selektif. Kami masih optimistis. Ini terbukti dari aset dan simpanan yang tetap naik meskipun tidak signifikan karena menggunakan prinsip kehati-hatian,” ujar Benny saat ditemui di Jakarta kemarin.
Menurut dia, strategi utamanya ialah dengan semakin selektif untuk menyalurkan kredit hanya kepada nasabah potensial. Benny juga menjelaskan, perseroan telah menghentikan pemberian pinjaman valas kepada nasabah yang menghasilkan pendapatan dalam rupiah.
Nasabah segmen ini disebutnya sangat berisiko di kondisi saat ini. ”Kami beruntung eksposur kredit valas hanya 12% dari total kredit. Dan, kami hanya melayani valas untuk nasabah yang pendapatannya dalam mata uang dolar AS. Sehingga, kecukupan modal atau CAR tidak tergerus signifikan,” ujarnya.
Sebelumnya Otoritas Jasa Keuangan (OJK) optimistis kondisi perbankan masih cukup kuat menghadapi fluktuasi nilai tukar rupiah. Hal ini disampaikan Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Nelson Tampubolon bahwa pihaknya terus memantau dampak pelemahan rupiah terhadap rasio kredit bermasalah bank.
Otoritas masih optimistis industri perbankan masih mampu menahan gejolak nilai tukar baik secara langsung dalam kredit valas ataupun lesunya perekonomian nasional. ”Kita akan terus monitor dampaknya ke NPL perbankan dan dampak lainnya juga. Tapisaya masihyakin, bank nasional masih cukup kuat menghadapi kurs seperti sekarang,” ujar Nelson.
Dia menegaskan, dampak risiko terhadap bank bank BUKU 1 atau 2 belum signifikan. Karena, bank segmen tersebut masih memiliki eksposur valas yang kecil sehingga dampaknya tidak terlalu berisiko bagi industri bank nasional. Posisi NPL gross per Juni masih di level 2,46% dan 1,25% untuk NPL net.
”Jadi, kami masih yakin akan ada di bawah 3% hingga akhir tahun, kecuali ekonomi makro kita merosot sangat dalam. Pasti NPL Perbankan terpengaruh lebih besar. Sedangkan, bank kecil umumnya bukan bank devisa. Kalaupun sudah jadi bank devisa, umumnya tidak punya eksposur valas yang besar,” ujarnya.
Hafid fuad
(ftr)