Dorong Ekspor Produk Busana Berbasis Budaya

Minggu, 30 Agustus 2015 - 11:26 WIB
Dorong Ekspor Produk Busana Berbasis Budaya
Dorong Ekspor Produk Busana Berbasis Budaya
A A A
Pemanfaatan kekayaan budaya lokal dalam dunia mode pakaian akan mengangkat nama Indonesia karena keunikan dan keunggulannya. Salah satu produk busana yang mengangkat kekayaan budaya lokal adalah kain tradisional songket kini tidak hanya dipakai untuk keperluan adat, namun sudah diarahkan ke produk busana.

Wastra tenun Minangkabau tersebut merupakan warisan budaya yang terkenal berkualitas tinggi. Bukan karena keindahan kilau benang emas dalam berbagai motif yang unik, tetapi juga karena fungsi sosial sebagai alat kelengkapan kostum tradisional. Salah satu tenunan yang memiliki sejarah panjang di Sumatera Barat adalah Silungkang.

Songket Silungkang dikenal sebagai sebuah produk peradaban bernilai tinggi yang diminati oleh banyak wisatawan dan telah menjadi salah satu sumber ekonomi yang menopang kehidupan masyarakat dan pariwisata Sawahlunto. Karena itu, sebagai produk busana yang berbasis budaya, pemerintah gencar melakukan ekspor.

Industri busana Indonesia merupakan salah satu industri kreatif yang memberikan kontribusi terhadap PDB sebesar Rp186 triliun (data BPS 2014, PDB atas dasar harga berlaku menurut lapangan usaha). Terkait dengan pengembangan industri mode, Direktorat Jenderal Industri Kecil dan Menengah (IKM) Kementerian Perindustrian (Kemenperin) telah lama menaruh perhatian khusus terhadap pembinaan Tenun Silungkang melalui pembentukan UPT Tekstil, bantuan mesin dan peralatan tenun, serta berbagai pelatihan.

”Tenun khas Sumatera Barat selalu menjadi primadona dalam berbagai pameran karena sarat dengan proses inovasi dan kreativitas. Tenun Silungkang menjadi istimewa, salah satunya pernah mendapatkan penghargaan One Village One Product (OVOP) dari Kementerian Perindustrian,” ujar Dirjen IKM Kemenperin Euis Saedah seusai acara Sawahlunto International Songket Carnival di Kota Sawahlunto, Sumatera Barat, kemarin.

Euis berharap Silungkang dapat terus menjadi inspirasi, tak hanya menjadi objek budaya, tetapi juga dapat menjadi sumber kreasi terutama bagi para desainer dan pelaku industri kreatif. ”Nantinya dapat memberikan kontribusi besar dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat,” harapnya.

Pada kesempatan yang sama, hadir pula Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) AANG Puspayoga yang turut meresmikan Sawahlunto International Songket Carnival. Terkait pelemahan rupiah, Puspayoga mengakui itu pasti ada pengaruhnya terhadap omzet UKM ketika bahan bakunya dari impor. ”Kalau dia tidak beli bahan baku impor, tidak ada masalah.

Kalau ba-han bakunya dengan cara impor tentu akan mengurangi omzet kalau dia tidak pintar mengelolanya,” jawab Puspayoga. Kota Sawahlunto bisa diarahkan menjadi daerah pariwisata. Menurut Puspayoga, Sawahlunto sudah memiliki modal warisan budaya yang beragam, tersmasuk songket Silungkang sebagai daya tarik pariwisata.

”Daerah pariwisata tanpa perajin KUKM sulit berkembang, tapi Sawahlunto punya banyak perajin dan masyarakatnya ramah,” ungkapnya. Selain itu, Sawahlunto layak menjadi kota homestay karena banyaknya penginapan yang dikembangkan masyarakat. Hingga kini sudah lebih dari 100 homestay tersebar di seluruh Kota Sawahlunto. ”Modalnya ada. Ada heritages , ada bangunan-bangunan tua sebagai daya tarik pariwisata. Kemudian ada warisan budaya seperti songket Silungkang,” ujarnya.

Oktiani Endarwati
Sawahlunto
(bbg)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6499 seconds (0.1#10.140)