Yang Sudah Berlalu Tak Perlu Disesali
A
A
A
Suatu ketika, ada seorang pemuda yang mendapat warisan dari orang tuanya. Karena tergolong keluarga sederhana, ia hanya mendapat sedikit uang dan beberapa buah buku.
Sebelum meninggal, ayahnya berpesan, ”Anakku, bukubuku ini adalah harta yang tak terhingga nilainya. Ayah berikan kepadamu, baca dan pelajarilah. Mudah-mudahan kelak nasibmu bisa berubah lebih baik. Dan ini sedikit uang, pakailah untuk menyambung hidup dan bekerjalah dengan rajin untuk menghidupi dirimu sendiri.” Tak berapa lama, uang yang ditinggalkan pun habis terpakai.
Sejenak ia melongok bukubuku peninggalan ayahnya. Ia teringat pesan dari orangtuanya agar belajar dari buku tersebut. Namun karena malas, ia mengambil jalan pintas. Bukubuku itu dijualnya kepada teman yang mau membeli karena kasihan. Sebagai gantinya, ia mendapatkan beras untuk makan sehari-hari. Beberapa saat kemudian, si pemuda harus mulai bekerja kasar demi menyambung hidup.
Yang membuatnya heran, teman yang dulu membeli bukunya, kini hidupnya kelihatan nyaman dan semakin maju. Karena penasaran ingin tahu, apa yang membuat teman tadi bisa berhasil hidupnya, dia mendatangi dan bertanya. Meski sempat tidak mau membuka rahasia, setelah didesak dan kasihan melihat nasib si pemuda, akhirnya si teman mulai b e r s i kap terbuka.
” Sebenarnya , aku sangat terbantu dengan buku yang kamu jual padaku. Dulu aku beli buku itu karena merasa iba kepadamu. Kubiarkan saja berdebu di sudut kamar. Suatu hari, iseng karena ingin tahu, kubaca dan ternyata, wah ... isinya bagus sekali, sebuah pelajaran hidup yang luar biasa!” ”Bukan itu saja,” sambung temannya.
”Di dalam buku itu terselip pesan, agar si pembaca setelah menguasai isi buku tersebut mau praktik dengan sungguh-sungguh. Bagiku, sungguh aku beruntung aku mendapat buku itu dari mu. Lihat, hidupku jadi berubah. Sebenarnya, dari mana buku-bukumu itu berasal?” Mendengar cerita temannya itu, si pemuda sangat menyesal. Harta peninggalan ayahnya ternyata jauh lebih berharga dari yang ia kira. Karena malas membaca, kini ia hanya jadi orang yang hidup ala kadarnya.
”Buku itu sebenarnya warisan dari orangtuaku. Jujur, aku malas membacanya dan tidak tahu kalau ayahku menyimpan pesan yang sangat berharga. Sungguh aku menyesal. Teman, boleh aku pinjam kembali bukubuku itu untuk memulai hidupku yang baru? Agar aku bisa mengubah hidupku menjadi lebih baik.”
Pembaca yang Luar Biasa
Demikianlah, banyak hal yang kadang tak kita mengerti dari pilihan-pilihan yang kita jalani. Sering mengundang penyesalan, seperti si pemuda dalam kisah di awal tulisan ini. Tetapi bagi kita yang mau belajar, setiap kegagalan, setiap kesalahan pasti punya nilai pembelajaran. Maka, ada ungkapan ”hal yang sudah berlalu tak perlu disesali”. Sudah sepatutnya kata-kata bijak tadi kita jadikan pegangan hidup, jika hari ini kita gagal, kita siap bangkit lagi! Mari, jangan sesali yang sudah berlalu, jangan pula takut pada masa depan.
Kita belajar dari banyak kesalahan dan segala ketidaknyamanan, untuk mengambil pilihan hari ini sebagai dasar pijakan meraih keberhasilan yang lebih membanggakan. Tetap berjuang! ??Salam sukses luar biasa!
Sebelum meninggal, ayahnya berpesan, ”Anakku, bukubuku ini adalah harta yang tak terhingga nilainya. Ayah berikan kepadamu, baca dan pelajarilah. Mudah-mudahan kelak nasibmu bisa berubah lebih baik. Dan ini sedikit uang, pakailah untuk menyambung hidup dan bekerjalah dengan rajin untuk menghidupi dirimu sendiri.” Tak berapa lama, uang yang ditinggalkan pun habis terpakai.
Sejenak ia melongok bukubuku peninggalan ayahnya. Ia teringat pesan dari orangtuanya agar belajar dari buku tersebut. Namun karena malas, ia mengambil jalan pintas. Bukubuku itu dijualnya kepada teman yang mau membeli karena kasihan. Sebagai gantinya, ia mendapatkan beras untuk makan sehari-hari. Beberapa saat kemudian, si pemuda harus mulai bekerja kasar demi menyambung hidup.
Yang membuatnya heran, teman yang dulu membeli bukunya, kini hidupnya kelihatan nyaman dan semakin maju. Karena penasaran ingin tahu, apa yang membuat teman tadi bisa berhasil hidupnya, dia mendatangi dan bertanya. Meski sempat tidak mau membuka rahasia, setelah didesak dan kasihan melihat nasib si pemuda, akhirnya si teman mulai b e r s i kap terbuka.
” Sebenarnya , aku sangat terbantu dengan buku yang kamu jual padaku. Dulu aku beli buku itu karena merasa iba kepadamu. Kubiarkan saja berdebu di sudut kamar. Suatu hari, iseng karena ingin tahu, kubaca dan ternyata, wah ... isinya bagus sekali, sebuah pelajaran hidup yang luar biasa!” ”Bukan itu saja,” sambung temannya.
”Di dalam buku itu terselip pesan, agar si pembaca setelah menguasai isi buku tersebut mau praktik dengan sungguh-sungguh. Bagiku, sungguh aku beruntung aku mendapat buku itu dari mu. Lihat, hidupku jadi berubah. Sebenarnya, dari mana buku-bukumu itu berasal?” Mendengar cerita temannya itu, si pemuda sangat menyesal. Harta peninggalan ayahnya ternyata jauh lebih berharga dari yang ia kira. Karena malas membaca, kini ia hanya jadi orang yang hidup ala kadarnya.
”Buku itu sebenarnya warisan dari orangtuaku. Jujur, aku malas membacanya dan tidak tahu kalau ayahku menyimpan pesan yang sangat berharga. Sungguh aku menyesal. Teman, boleh aku pinjam kembali bukubuku itu untuk memulai hidupku yang baru? Agar aku bisa mengubah hidupku menjadi lebih baik.”
Pembaca yang Luar Biasa
Demikianlah, banyak hal yang kadang tak kita mengerti dari pilihan-pilihan yang kita jalani. Sering mengundang penyesalan, seperti si pemuda dalam kisah di awal tulisan ini. Tetapi bagi kita yang mau belajar, setiap kegagalan, setiap kesalahan pasti punya nilai pembelajaran. Maka, ada ungkapan ”hal yang sudah berlalu tak perlu disesali”. Sudah sepatutnya kata-kata bijak tadi kita jadikan pegangan hidup, jika hari ini kita gagal, kita siap bangkit lagi! Mari, jangan sesali yang sudah berlalu, jangan pula takut pada masa depan.
Kita belajar dari banyak kesalahan dan segala ketidaknyamanan, untuk mengambil pilihan hari ini sebagai dasar pijakan meraih keberhasilan yang lebih membanggakan. Tetap berjuang! ??Salam sukses luar biasa!
(ars)