Saatnya Tingkatkan Bahan Baku Lokal

Rabu, 02 September 2015 - 09:08 WIB
Saatnya Tingkatkan Bahan Baku Lokal
Saatnya Tingkatkan Bahan Baku Lokal
A A A
JAKARTA - Pelemahan nilai tukar rupiah menjadi momentum untuk meningkatkan ekspor produk jamu dan kosmetik. Selain itu, mahalnya bahan baku impor harus disikapi produsen dengan memanfaatkan bahan baku lokal.

Ketua Umum DPP Perhimpunan Perusahaan dan Asosiasi Kosmetika Indonesia (PPAKI) Putri K Wardani mengatakan, industri kosmetik memang sudah saatnya menggunakan bahan- bahan dari dalam negeri. Menurutnya, kenaikan nilai dolar Amerika Serikat (AS) tidak menguntungkan untuk industri kosmetik yang masih banyak menggunakan bahan baku dari luar negeri.

”Karena nilai tukar yang cukup rendah untuk rupiah, produk- produk luar yang berbasis dolar atau mata uang lainnya menjadi cukup mahal apabila dijual di pasar dalam negeri. Jadi, ini sebenarnya kesempatan bagi kita pelaku usaha nasional untuk meraih kesempatan ini, terutama untuk ekspor,” ujar Putri di Jakarta kemarin.

Putri melanjutkan, saat ini untuk wilayah Asia dan Eropa sedang terkena dampak cukup besar karena krisis ekonomi. Oleh karena itu, pelaku usaha industri kosmetik harus mencari pasar ekspor negara lain yang paling kecil dampaknya terkena krisis. ”Untuk mereka yang banyak mengekspor ke Eropa, Asia, terutama Asia Tenggara, makakrisis ini berdampak karena negaranegara itu yang terkena. Tapi kalau mereka yang ekspor ke Amerika, Timur Tengah, Afrika, mungkin tidak,” tandasnya.

Kementerian Perindustrian menyatakan, pemerintah akan terus mendorong pertumbuhan industri kosmetik dan jamu nasional mulai dari usaha berskala besar, maupun kecil dan menengah. Sesuai dengan Undangundang No 3/2014 tentang Perindustrian, industri kosmetik dan jamu menjadi salah satu industri andalan, yaitu industri prioritas yang berperan besar sebagai penggerak utama (prime mover) perekonomian di masa yang akan datang.

”Industri kosmetik dan jamu terus didorong untuk melakukan ekspor. Hal ini juga menjadi momentum di tengah pelemahan rupiah. Saya kira inilah saatnya investasi di kita. Kita dorong kosmetik berangsur-angsur untuk tidak impor,” ujar Menteri Perindustrian Saleh Husin.

Saleh mengungkapkan, prospek industri kosmetik dan jamu di dalam negeri masih potensial mengingat Indonesia memiliki beragam tanaman herbal yang secara turun-temurun sudah banyak digunakan baik untuk kesehatan maupun kecantikan. Berdasarkan data Kementerian Perindustrian, industri kosmetik dan jamu nasional terus menunjukkan catatan prestasi yang cukup menggembirakan.

Pada 2013 nilai ekspor kosmetik mencapai USD975 juta dan mengalami pertumbuhan sebesar 2,9% pada 2014 menjadi USD1.004 juta. Sedangkan, industri jamu pada 2013 lalu membukukan penjualan sebesar Rp14 triliun dan pada tahun lalu mencapai Rp15 triliun.

Sampai saat ini industri jamu mampu menyerap 15 juta tenaga kerja, di mana 3 juta di antaranya terserap di industri jamu yang berfungsi sebagai obat dan 12 juta lainnya terserap di industri jamu yang telah berkembang ke arah makanan, minuman, kosmetik, spa, dan aroma terapi.

Ketua Dewan Pembina Gabungan Pengusaha Jamu dan Obat Tradisional Indonesia Charles Saerang mengatakan, penggunaan bahan baku lokal tentu menjadi peluang besar produsen jamu untuk meningkatkan produksi. Charles melanjutkan, saat ini negara tujuan ekspor yang dilirik adalah Jepang, India, China. Hal ini karena produk lokal di negara-negara tersebut lebih mahal sehingga menjadi kesempatan bagi produsen dalam negeri untuk dorong ekspor.

Dia menambahkan, saat ini ekspor produk jamu sekitar 5% dari total penjualan yang sebesar Rp15 triliun. Jumlah tersebut masih relatif kecil sehingga momentum pelemahan rupiah bisa menjadi kesempatan yang baik bagi eksportir.

Oktiani endarwati
(ftr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5991 seconds (0.1#10.140)