Aktivitas Manufaktur China Terkontraksi
A
A
A
BEIJING - Aktivitas manufaktur China mengalami kontraksi pada bulan Agustus, saat indeks resmi turun ke level terendah dalam tiga tahun terakhir, memperjelas perlambatan ekonomi di Negeri Panda.
Biro Statistik Nasional mencatat, indeks pembelian manajer (purchasing managers’ index /PMI) bulan lalu hanya sebesar 49,7. Indeks yang menggambarkan aktivitas sektor industri China tersebut, yang juga dianggap sebagai barometer kunci kesehatan perekonomian negara itu turun dibandingkan Juli lalu sebesar 50. Penurunan juga menjadi kontraksi pertama sejak Februari lalu.
Indeks di atas angka 50 menandai ekspansi, dan sebaliknya di bawah itu berarti penyusutan di sektor manufaktur. Angka PMI bulan Agustus lalu merupakan yang terendah sejak Agustus 2012. Outlook ekonomi China berbalik pesimistis, meski pada kuartal kedua tahun ini masih membukukan pertumbuhan sebesar 7%.
Sejumlah indikator di kuartal ketiga ini memburuk dan gelembung di bursa lokal pun ikut mendorong pasar modal di seluruh dunia bergejolak. ”Volatilitas di pasar finansial global akhir-akhir ini bisa menekan ekonomi riil, dan outlook pesimistis yang ada akhirnya bisa benar-benar terjadi,” kata Kepala Ekonom Caixin Insight Group He Fan, seperti dikutip AFP kemarin.
Bank sentral China pekan lalu memangkas suku bunga acuannya untuk kelima kalinya sejak November dan juga mengurangi jumlah uang kas yang harus disimpan perbankan sebagai stimulus untuk mendorong pertumbuhan. Namun, ekonom ANZ Liu Li-Gang dan Louis Lam dalam penelitiannya menilai, masih dibutuhkan lebih banyak kebijakan fiskal yang proaktif serta pelonggaran finansial guna mendorong perekonomian.
Berdasarkan data manufaktur tersebut, para ekonom dari ANZ juga memperkirakan pertumbuhan ekonomi China pada kuartal ketiga tahun ini hanya akan mencapai 6,4%. Kendati didorong oleh kebijakan-kebijakan yang mendukung, perekonomian China pun diperkirakan hanya akan tumbuh sebesar 6,8% di kuartal terakhir tahun ini.
Sementara, harga komoditas dan pasar modal global kemarin ikut melemah, terdampak oleh buruknya data ekonomi yang dilansir Biro Statistik Nasional China. Kekhawatiran akan memburuknya perekonomian Negeri Panda menjadi semakin meningkat.
Di Eropa FTS Eurofirst 300 dibuka melemah 2,5%. Sementara, London, Frankfurt dan Paris melemah 2,3% hingga 2,5%. Harga minyak mentah pun tercatat kembali tergerus hampir USD1,5/barel.
M faizal
Biro Statistik Nasional mencatat, indeks pembelian manajer (purchasing managers’ index /PMI) bulan lalu hanya sebesar 49,7. Indeks yang menggambarkan aktivitas sektor industri China tersebut, yang juga dianggap sebagai barometer kunci kesehatan perekonomian negara itu turun dibandingkan Juli lalu sebesar 50. Penurunan juga menjadi kontraksi pertama sejak Februari lalu.
Indeks di atas angka 50 menandai ekspansi, dan sebaliknya di bawah itu berarti penyusutan di sektor manufaktur. Angka PMI bulan Agustus lalu merupakan yang terendah sejak Agustus 2012. Outlook ekonomi China berbalik pesimistis, meski pada kuartal kedua tahun ini masih membukukan pertumbuhan sebesar 7%.
Sejumlah indikator di kuartal ketiga ini memburuk dan gelembung di bursa lokal pun ikut mendorong pasar modal di seluruh dunia bergejolak. ”Volatilitas di pasar finansial global akhir-akhir ini bisa menekan ekonomi riil, dan outlook pesimistis yang ada akhirnya bisa benar-benar terjadi,” kata Kepala Ekonom Caixin Insight Group He Fan, seperti dikutip AFP kemarin.
Bank sentral China pekan lalu memangkas suku bunga acuannya untuk kelima kalinya sejak November dan juga mengurangi jumlah uang kas yang harus disimpan perbankan sebagai stimulus untuk mendorong pertumbuhan. Namun, ekonom ANZ Liu Li-Gang dan Louis Lam dalam penelitiannya menilai, masih dibutuhkan lebih banyak kebijakan fiskal yang proaktif serta pelonggaran finansial guna mendorong perekonomian.
Berdasarkan data manufaktur tersebut, para ekonom dari ANZ juga memperkirakan pertumbuhan ekonomi China pada kuartal ketiga tahun ini hanya akan mencapai 6,4%. Kendati didorong oleh kebijakan-kebijakan yang mendukung, perekonomian China pun diperkirakan hanya akan tumbuh sebesar 6,8% di kuartal terakhir tahun ini.
Sementara, harga komoditas dan pasar modal global kemarin ikut melemah, terdampak oleh buruknya data ekonomi yang dilansir Biro Statistik Nasional China. Kekhawatiran akan memburuknya perekonomian Negeri Panda menjadi semakin meningkat.
Di Eropa FTS Eurofirst 300 dibuka melemah 2,5%. Sementara, London, Frankfurt dan Paris melemah 2,3% hingga 2,5%. Harga minyak mentah pun tercatat kembali tergerus hampir USD1,5/barel.
M faizal
(ftr)