RI Gandeng AS Bangun Megaproyek 35.000 MW
A
A
A
JAKARTA - Pemerintah menggandeng negeri Paman Sam Amerika Serikat (AS) dalam megaproyek kelistrikan 35.000 megawatt (MW).
Kerja sama government to government (g to g) ini sebagai upaya pemerintah menyukseskan megaproyek tersebut dalam jangka waktu lima tahun ke depan. Kerja sama itu ditandai dengan penandatanganan kerja sama nota kesepahaman (memorandum of understanding/ MoU) antara kedua belah pihak bertempat di Gedung Pusat PLN, Jakarta, kemarin.
Indonesia diwakili Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said sedangkan AS diwakili Duta Besar untuk Indonesia Robert O Blake serta dihadiri segenap jajaran direksi PT PLN (persero).
”Kita semua tahu ini adalah tugas yang tidak ringan dan butuh dukungan dari berbagai pihak, khususnya bagi negara yang punya minat dan kemampuan. Amerika merupakan salah satu negara maju yang kemampuannya sudah teruji di ketenagalistrikan dan sudah lama kita diskusi, kemudian kita materialkan dalam bentuk MoU,” ujar Sudirman.
Menurut dia, kerja sama ini membuka peluang kepada perusahaan AS turut serta bergabung berinvestasi dalam program pembangkit 35.000 MW khususnya untuk pembangkit berbasis energi baru dan terbarukan (EBT). Kerja sama ini mencakup tidak hanya antar-unit pemerintahan, namun juga perusahaan swasta di AS turut berinvestasi pembangkit di Indonesia.
”Salah satu yang menonjol di sini adalah kita ingin memberikan porsi yang lebih besar dalam membangun EBT. Termasuk membangun center of excellence renewable energy ,” tandasnya.
Said mengungkapkan, belum ada nilai investasi yang tertera dalam kerja sama ini akan tetapi ke depan akan terealisasi lebih konkret kerja sama business to business (b to b) antara perusahaanperusahaan di AS dengan Indonesia. ”Kita sudah kunjungan ke National Renewable Energy Laboratory di AS. Selebihnya akan ada kerja sama b to b antara kita dengan pelaku bisnis di sektor listrik,” kata dia.
Pada kesempatan sama, Duta Besar AS untuk Indonesia Robert O Blake menyampaikan dukungannya kepada Pemerintah Indonesia dalam menyelesaikan pembangunan megaproyek pembangkit listrik 35.000 MW.
Dukungan AS itu diwujudkan dengan membentuk power working group yang terdiri dari 52 perusahaan independen pemerintah AS dan terdapat juga 11 agensi AS yang akan bekerja sama dengan pemerintah dan PLN. ”Perusahaan di sektor listrik ini terdiri dari independen pemerintah AS baik perusahaan yang bekerja di energi bersih, engineering , keuangan, dan terkait khsusus dengan energi,” ucapnya.
Dia mengatakan, kerja sama ini berjalan secara berkesinambungan dalam beberapa tahun ke depan demi mewujudkan suksesnya megaproyek 35.000 MW untuk mendukung pertumbuhan ekonomi nasional. ”Ini adalah langkah awal dari working group dan kerja sama ini akan berkelanjutan beberapa tahun ke depan dalam rangka mendukung tujuan program Presiden Jokowi meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan mengentaskan masyarakat dari kemiskinan,” jelasnya.
Direktur PLN Amin Subekti mengatakan bahwa pelaku usaha di AS lebih besar akan berinvestasi di sektor gas dan EBT. Dalam portofolio proyek pembangkit 35.000 MW disebutkan, 13.000 MW dari gas, 20.000 dari batu bara, dan 3.700 MW dari renewable energy atau EBT. Lebih lanjut Amin menyampaikan, gas yang terkontrak untuk pembangkit baru di Gorontalo sebesar 100 MW dan Grati di Jawa Timur 450 MW, sedangkan yang lain masih dalam pengkajian.
Artinya, bagi perusahaan AS yang ingin bergabung untuk ikut membangun pembangkit berbasis gas masih ada kesempatan untuk bergabung. ”Tinggal kompetisi harganya saja nanti, bagus atau tidak,” pungkasnya.
Nanang wijayanto
Kerja sama government to government (g to g) ini sebagai upaya pemerintah menyukseskan megaproyek tersebut dalam jangka waktu lima tahun ke depan. Kerja sama itu ditandai dengan penandatanganan kerja sama nota kesepahaman (memorandum of understanding/ MoU) antara kedua belah pihak bertempat di Gedung Pusat PLN, Jakarta, kemarin.
Indonesia diwakili Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said sedangkan AS diwakili Duta Besar untuk Indonesia Robert O Blake serta dihadiri segenap jajaran direksi PT PLN (persero).
”Kita semua tahu ini adalah tugas yang tidak ringan dan butuh dukungan dari berbagai pihak, khususnya bagi negara yang punya minat dan kemampuan. Amerika merupakan salah satu negara maju yang kemampuannya sudah teruji di ketenagalistrikan dan sudah lama kita diskusi, kemudian kita materialkan dalam bentuk MoU,” ujar Sudirman.
Menurut dia, kerja sama ini membuka peluang kepada perusahaan AS turut serta bergabung berinvestasi dalam program pembangkit 35.000 MW khususnya untuk pembangkit berbasis energi baru dan terbarukan (EBT). Kerja sama ini mencakup tidak hanya antar-unit pemerintahan, namun juga perusahaan swasta di AS turut berinvestasi pembangkit di Indonesia.
”Salah satu yang menonjol di sini adalah kita ingin memberikan porsi yang lebih besar dalam membangun EBT. Termasuk membangun center of excellence renewable energy ,” tandasnya.
Said mengungkapkan, belum ada nilai investasi yang tertera dalam kerja sama ini akan tetapi ke depan akan terealisasi lebih konkret kerja sama business to business (b to b) antara perusahaanperusahaan di AS dengan Indonesia. ”Kita sudah kunjungan ke National Renewable Energy Laboratory di AS. Selebihnya akan ada kerja sama b to b antara kita dengan pelaku bisnis di sektor listrik,” kata dia.
Pada kesempatan sama, Duta Besar AS untuk Indonesia Robert O Blake menyampaikan dukungannya kepada Pemerintah Indonesia dalam menyelesaikan pembangunan megaproyek pembangkit listrik 35.000 MW.
Dukungan AS itu diwujudkan dengan membentuk power working group yang terdiri dari 52 perusahaan independen pemerintah AS dan terdapat juga 11 agensi AS yang akan bekerja sama dengan pemerintah dan PLN. ”Perusahaan di sektor listrik ini terdiri dari independen pemerintah AS baik perusahaan yang bekerja di energi bersih, engineering , keuangan, dan terkait khsusus dengan energi,” ucapnya.
Dia mengatakan, kerja sama ini berjalan secara berkesinambungan dalam beberapa tahun ke depan demi mewujudkan suksesnya megaproyek 35.000 MW untuk mendukung pertumbuhan ekonomi nasional. ”Ini adalah langkah awal dari working group dan kerja sama ini akan berkelanjutan beberapa tahun ke depan dalam rangka mendukung tujuan program Presiden Jokowi meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan mengentaskan masyarakat dari kemiskinan,” jelasnya.
Direktur PLN Amin Subekti mengatakan bahwa pelaku usaha di AS lebih besar akan berinvestasi di sektor gas dan EBT. Dalam portofolio proyek pembangkit 35.000 MW disebutkan, 13.000 MW dari gas, 20.000 dari batu bara, dan 3.700 MW dari renewable energy atau EBT. Lebih lanjut Amin menyampaikan, gas yang terkontrak untuk pembangkit baru di Gorontalo sebesar 100 MW dan Grati di Jawa Timur 450 MW, sedangkan yang lain masih dalam pengkajian.
Artinya, bagi perusahaan AS yang ingin bergabung untuk ikut membangun pembangkit berbasis gas masih ada kesempatan untuk bergabung. ”Tinggal kompetisi harganya saja nanti, bagus atau tidak,” pungkasnya.
Nanang wijayanto
(ftr)