Hipmi Minta Pengusaha Pemula Dipermudah
A
A
A
JAKARTA - Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) terus memperjuangkan agar suku bunga kredit usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) bisa di bawah 10%.
Untuk itu, Hipmi mendesak agar undangundang pengusaha pemula segera diterbitkan sebagai upaya perbaikan kebijakan dan aturan bagi UMKM khususnya pemula. Menurut Ketua Umum Hipmi Bahlil Lahadalia, UMKM selalu menjadi tumpuan, bahkan di saat krisis ekonomi. Tidak ada cara lain untuk menjaga kedaulatan ekonomi selain menjaga dan menggerakkan UMKM.
Namun, hingga kini UMKM masih dihadapkan pada kesulitan, terutama terkait akses permodalan atau kredit berbunga rendah. ”Tidak adil ketika bunga kredit usaha 12- 13%, tapi UMKM dikenai 23- 24%. UMKM ini semua pribumi, sangat tidak elok kalau tidak dilindungi. Kita minta subsidi bunga,” ujar Bahlil di sela-sela acara forum diskusi Hipmi di Jakarta baru-baru ini.
Menurut Bahlil, Hipmi memperjuangkan agar bunga bagi UMKM bisa single digit, yaitu maksimum 9% supaya UMKM tidak terbebani biaya yang makin tinggi dan pada akhirnya produknya bisa berdaya saing. Lebih lanjut dia mengatakan, di Indonesia jumlah pengusaha baru sekitar 1,3% dari populasi dari kondisi ideal 2%.
Angka ini lebih kecil dibanding negara tetangga seperti Singapura (7%), Malaysia (4,5%) dan Thailand (5%). ”Kita masih kekurangan sekitar 1,5 juta pengusaha lagi,” sebut pengusaha asal Papua itu. Menurut Bahlil, salah satu penyebab kurangnya minat orang Indonesia untuk menjadi pengusaha adalah masalah regulasi yang terkadang rumit dan menyulitkan.
Dia mencontohkan, pengusaha pemula yang hendak mengajukan kredit usaha sudah dihadapkan pada aturan perbankan yang ketat. ”Syaratnya harus ada neraca tiga tahun terakhir, rekening koran enam bulan terakhir. Dari mana? Mulai usaha saja belum. Ini kan artinya aturan mengajarkan kita menjadi bangsa pembohong. Kalau model seperti ini terus berarti kita tidak mampu menerjemahkan revolusi mental,” gugatnya.
Hipmi meminta adanya perubahan regulasi yang bisa memudahkan dan mendorong tumbuhnya pengusaha- pengusaha baru. ”Untuk itulah Hipmi mendorong adanya undang-undang pengusaha pemula,” ungkapnya.
Pada kesempatan yang sama, Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah menyatakan dukungannya atas pengembangan UMKM. Bangsa ini memerlukan pengusaha yang makin lama makin banyak dan makin kuat. ”Kalau pengusahanya sedikit, penopang ekonomi tidak ada. Makanya saya dukung. Pokoknya untuk UMKM kita harus ‘ugal-ugalan’ (habis-habisan didukung),” katanya.
Direktur Bank BRI Muhammad Irfan mengatakan, pemerintah menyalurkan kredit usaha rakyat (KUR) yang cocok untuk usaha pemula dan yang belum bankable . Bunga KUR saat ini berkisar 12%. ”Tahun depan pemerintah sudah janji akan turunkan bunganya jadi 9%,” sebutnya.
Menurut Irfan, dari Rp500 triliun kredit yang disalurkan BRI, sekitar 75 persennya ada di UMKM. Dia mempersilakan pelaku UMKM mendatangi kantor-kantor BRI dan memilih produk atau jenis kredit yang paling sesuai. ”Ada puluhan produk yang cocok untuk UMKM. Bunganya ada yang di bawah 10%,” ujarnya.
Inda susanti
Untuk itu, Hipmi mendesak agar undangundang pengusaha pemula segera diterbitkan sebagai upaya perbaikan kebijakan dan aturan bagi UMKM khususnya pemula. Menurut Ketua Umum Hipmi Bahlil Lahadalia, UMKM selalu menjadi tumpuan, bahkan di saat krisis ekonomi. Tidak ada cara lain untuk menjaga kedaulatan ekonomi selain menjaga dan menggerakkan UMKM.
Namun, hingga kini UMKM masih dihadapkan pada kesulitan, terutama terkait akses permodalan atau kredit berbunga rendah. ”Tidak adil ketika bunga kredit usaha 12- 13%, tapi UMKM dikenai 23- 24%. UMKM ini semua pribumi, sangat tidak elok kalau tidak dilindungi. Kita minta subsidi bunga,” ujar Bahlil di sela-sela acara forum diskusi Hipmi di Jakarta baru-baru ini.
Menurut Bahlil, Hipmi memperjuangkan agar bunga bagi UMKM bisa single digit, yaitu maksimum 9% supaya UMKM tidak terbebani biaya yang makin tinggi dan pada akhirnya produknya bisa berdaya saing. Lebih lanjut dia mengatakan, di Indonesia jumlah pengusaha baru sekitar 1,3% dari populasi dari kondisi ideal 2%.
Angka ini lebih kecil dibanding negara tetangga seperti Singapura (7%), Malaysia (4,5%) dan Thailand (5%). ”Kita masih kekurangan sekitar 1,5 juta pengusaha lagi,” sebut pengusaha asal Papua itu. Menurut Bahlil, salah satu penyebab kurangnya minat orang Indonesia untuk menjadi pengusaha adalah masalah regulasi yang terkadang rumit dan menyulitkan.
Dia mencontohkan, pengusaha pemula yang hendak mengajukan kredit usaha sudah dihadapkan pada aturan perbankan yang ketat. ”Syaratnya harus ada neraca tiga tahun terakhir, rekening koran enam bulan terakhir. Dari mana? Mulai usaha saja belum. Ini kan artinya aturan mengajarkan kita menjadi bangsa pembohong. Kalau model seperti ini terus berarti kita tidak mampu menerjemahkan revolusi mental,” gugatnya.
Hipmi meminta adanya perubahan regulasi yang bisa memudahkan dan mendorong tumbuhnya pengusaha- pengusaha baru. ”Untuk itulah Hipmi mendorong adanya undang-undang pengusaha pemula,” ungkapnya.
Pada kesempatan yang sama, Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah menyatakan dukungannya atas pengembangan UMKM. Bangsa ini memerlukan pengusaha yang makin lama makin banyak dan makin kuat. ”Kalau pengusahanya sedikit, penopang ekonomi tidak ada. Makanya saya dukung. Pokoknya untuk UMKM kita harus ‘ugal-ugalan’ (habis-habisan didukung),” katanya.
Direktur Bank BRI Muhammad Irfan mengatakan, pemerintah menyalurkan kredit usaha rakyat (KUR) yang cocok untuk usaha pemula dan yang belum bankable . Bunga KUR saat ini berkisar 12%. ”Tahun depan pemerintah sudah janji akan turunkan bunganya jadi 9%,” sebutnya.
Menurut Irfan, dari Rp500 triliun kredit yang disalurkan BRI, sekitar 75 persennya ada di UMKM. Dia mempersilakan pelaku UMKM mendatangi kantor-kantor BRI dan memilih produk atau jenis kredit yang paling sesuai. ”Ada puluhan produk yang cocok untuk UMKM. Bunganya ada yang di bawah 10%,” ujarnya.
Inda susanti
(bbg)