BI: Laju Inflasi Tahun Ini Masih Terkendali
A
A
A
JAKARTA - Bank Indonesia (BI) memperkirakan laju inflasi sampai akhir tahun ini masih terkendali pada level 4,69%.
Laju inflasi pada Agustus 2015 tercatat 0,39% atau lebih rendah dari bulan sebelumnya 0,93%, sedangkan secara kumulatif (Januari-Agustus) 2015 mencapai 2,29%.
Untuk itu, inflasi diperkirakan sampai dengan akhir tahun akan berada di level 4,69% atau masih masuk dalam range BI di kisaran 4±1%. Inflasi yang stabil membuat faktor produksi bekerja nyaman, sehingga suku bunga 7,5% masih menjadi stimulus bagi investor.
Kepala Divisi Operasi Valas Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia (BI) Rahmatullah mengungkapkan, melemahnya rupiah beberapa pekan terakhir dipengaruhi oleh fundamental ekonomi dan sentimen.
"Kalau rupiah tetap melemah padahal fundamental cukup baik, artinya masalahnya ada di sentimen," ujarnya di Bandung, Jawa Barat, akhir pekan ini.
Dia menjelaskan, apabila dibanding dengan krisis tahun 1998 silam, fundamental Indonesia saat ini jauh lebih kuat. Pelemahan kurs rupiah jauh lebih dalam pada tahun 1998 dibandingkan 2015.
Pada 1998, pelemahan rupiah mencapai minus 48% di level Rp8.050/USD, sedangkan tahun ini minus 13,4% di level Rp14.000/USD.
Secara historis, dia menambahkan, jika suku bunga acuan Federal Reserve (Fed rate) naik maka dolar Amerika Serikat (USD) akan mereda. Oleh sebab itu, setelah kenaikan Fed rate diharapkan kenaikan USD mereda.
Sejalan dengan itu, dia menuturkan, Bank Indonesia akan berusaha menyesuaikan untuk tidak membuat kepanikan di pasar.
"Volatilitas di semua negara tinggi. Kita tidak menafikan faktor dalam negeri, perekonomian melemah. Kita harus optimistis. Anggaplah ini turbulence karena negara lain optimistis juga," tandasnya.
Di sisi lain, indikator perbankan pada tahun ini juga lebih kuat dibandingkan tahun 1998. Tercatat, capital adequacy ratio (CAR) pada 1998 tercatat minus 15,7%. Sedangkan pada Juni 2015 sebesar 20,1%, sementara nonperforming loan (NPL) pada 1998 mencapai 48,6%.
Menurutnya, angka itu jauh lebih tinggi dibanding Juni 2015 sebesar 2,56%. Namun untuk suku bunga deposito satu bulan pada 1998 sebesar 41,42%, sedangkan pada Juni 2015 berada pada kisaran 7,76%.
Baca:
Laju inflasi pada Agustus 2015 tercatat 0,39% atau lebih rendah dari bulan sebelumnya 0,93%, sedangkan secara kumulatif (Januari-Agustus) 2015 mencapai 2,29%.
Untuk itu, inflasi diperkirakan sampai dengan akhir tahun akan berada di level 4,69% atau masih masuk dalam range BI di kisaran 4±1%. Inflasi yang stabil membuat faktor produksi bekerja nyaman, sehingga suku bunga 7,5% masih menjadi stimulus bagi investor.
Kepala Divisi Operasi Valas Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia (BI) Rahmatullah mengungkapkan, melemahnya rupiah beberapa pekan terakhir dipengaruhi oleh fundamental ekonomi dan sentimen.
"Kalau rupiah tetap melemah padahal fundamental cukup baik, artinya masalahnya ada di sentimen," ujarnya di Bandung, Jawa Barat, akhir pekan ini.
Dia menjelaskan, apabila dibanding dengan krisis tahun 1998 silam, fundamental Indonesia saat ini jauh lebih kuat. Pelemahan kurs rupiah jauh lebih dalam pada tahun 1998 dibandingkan 2015.
Pada 1998, pelemahan rupiah mencapai minus 48% di level Rp8.050/USD, sedangkan tahun ini minus 13,4% di level Rp14.000/USD.
Secara historis, dia menambahkan, jika suku bunga acuan Federal Reserve (Fed rate) naik maka dolar Amerika Serikat (USD) akan mereda. Oleh sebab itu, setelah kenaikan Fed rate diharapkan kenaikan USD mereda.
Sejalan dengan itu, dia menuturkan, Bank Indonesia akan berusaha menyesuaikan untuk tidak membuat kepanikan di pasar.
"Volatilitas di semua negara tinggi. Kita tidak menafikan faktor dalam negeri, perekonomian melemah. Kita harus optimistis. Anggaplah ini turbulence karena negara lain optimistis juga," tandasnya.
Di sisi lain, indikator perbankan pada tahun ini juga lebih kuat dibandingkan tahun 1998. Tercatat, capital adequacy ratio (CAR) pada 1998 tercatat minus 15,7%. Sedangkan pada Juni 2015 sebesar 20,1%, sementara nonperforming loan (NPL) pada 1998 mencapai 48,6%.
Menurutnya, angka itu jauh lebih tinggi dibanding Juni 2015 sebesar 2,56%. Namun untuk suku bunga deposito satu bulan pada 1998 sebesar 41,42%, sedangkan pada Juni 2015 berada pada kisaran 7,76%.
Baca:
(rna)