Perbankan Kembangkan Layanan Digital

Kamis, 10 September 2015 - 11:32 WIB
Perbankan Kembangkan Layanan Digital
Perbankan Kembangkan Layanan Digital
A A A
JAKARTA - Perhimpunan Bank-Bank Umum Nasional (Perbanas) meminta pelaku industri perbankan mengembangkan layanan digital. Pengembangan layanan digital diyakini bisa memperluas akses keuangan kepada masyarakat.

Pernyataan tersebut disampaikan Ketua Umum Perbanas Sigit Pramono dalam pembukaan Indonesia Banking Expo (IBEX) 2015 yang digelar 9-11 September 2015 di Jakarta Convention Center (JCC). Acara yang dibuka langsung oleh Presiden Jokowi tersebut mengambil tema Perbankan Digital .

IBEX 2015 juga dihadiri oleh Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo, Ketua Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Muliaman D Hadad, dan direksi perbankan nasional. ”Tahun 2015 merupakan tahun kelima Perbanas menyelenggarakan IBEX. Sama seperti penyelenggaraan tahuntahun sebelumnya, Perbanas ingin menjadikan IBEX sebagai ajang pertukaran ide antara masyarakat dan pelaku industri perbankan dalam mengembangkan perbankan digital untuk memperluas akses keuangan kepada masyarakat,” ujar Sigit di Jakarta kemarin.

Sigit menuturkan, sejalan dengan program pemerintah untuk meningkatkan literasi keuangan masyarakat Indonesia, perbankan digital menjadi salah satu terobosan yang mampu menjawab dan menjadi sarana mencapai tujuan tersebut. ”Oleh karena itu, diskusi yang melibatkan para pemangku kepentingan yakni regulator dan pelaku perbankan diharapkan akan menghasilkan terobosan- terobosan bermanfaat untuk peningkatan literasi keuangan masyarakat Indonesia, khususnya yang berada di wilayah tertinggal,” ujar Sigit.

Sementara, Direktur Utama BTN Maryono menjelaskan, BTN tahun ini ditunjuk sebagai koordinator penyelenggaraan IBEX 2015. Menurut dia, yang menjadi isu penting dan strategis pada IBEX kali ini adalah terobosan baru pada dunia perbankan tentang dukungan terhadap program pemerintah dalam meningkatkan literasi keuangan masyarakat Indonesia melalui digital perbankan. ”Kami mendukung atas ide dan gagasan tentang perbankan digital menjadi concern penyelenggaraan IBEX 2015,” katanya.

Maryono menambahkan, BTN telah melangkah ke digital banking atas dasar kemajuan teknologi informasi dan tuntutan layanan pelanggan. Kebutuhan pelanggan sangat banyak dan perlu didukung oleh layanan yang cepat oleh perbankan. ”Kami telah siap memberikan layanan digital banking ini. Dengan pembukaan rekening e- KTP yang cukup menggunakan waktu tidak lebih dari 4 menit,” jelas dia.

Layanan berbasis digital banking ini, lanjut dia, akan diteruskan pada rekening genggam, portal pembayaran semua jenis ticketing dari yang saat ini sudah dapat dilayani untuk tiket kereta api. ”Menyusul pembayaran untuk tiket pesawat udara, kapal laut, dan lainnya. Kami akan terus berupaya untuk mengembangkan IT untuk mendukung digital banking yang mendukung layanan produk BTN berbasis digital banking ,” tegas Maryono.

Ketua Steering Committee IBEX 2015 Irman A Zahiruddin mengatakan, era digital dunia perbankan tidak terhindarkan lagi dan Indonesia diramalkan akan mengalami transformasi besar di seluruh aspek sosial dan ekonominya, termasuk di dalamnya industri jasa keuangan khususnya perbankan.

Dia menambahkan, dengan mengandalkan infrastruktur dan teknologi informasi yang sudah ada seperti ponsel atau perangkat berbasis internet, perbankan digital akan mampu mengurangi biaya operasional bank dan sekaligus meningkatkan kenyamanan nasabah. ”Hal inilah yang mendasari pemilihan digital banking sebagai tema utama dalam penyelenggaraan IBEX 2015,” ujar Irman.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam sambutannya mengatakan, industri perbankan Indonesia saat ini dalam kondisi yang sangat baik meski dibayangi perlambatan ekonomi. Para bankir meyakinkan Jokowi bahwa tidak ada masalah yang serius terhadap kredit macet, bahkan sebaliknya kredit mengalami pertumbuhan.

”Saya bertanya kepada mereka mengenai kondisi sesungguhnya industri perbankan kita, dan mereka bilang tidak ada yang perlu dikhawatirkan,” tegas Jokowi. Menurut Presiden, perbankan nasional saat ini belum memperluas akses keuangan ke daerah-daerah pelosok dan pulau terpencil. Perlu terobosan agar seluruh masyarakat bisa merasakan akses keuangan. ”Tingkat financial inclusion kita masih rendah, baru 54% populasi penduduk yang mempunyai akses kepada institusi keuangan,” jelasnya.

Total Simpanan Rp4.415 T

Di sisi lain, Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) mencatat nilai total simpanan bulan Juli 2015 mengalami peningkatan dari bulan sebelumnya sebesar Rp3,68 triliun atau 0,08% (MoM). Peningkatan ini menjadikan total simpanan per akhir Juli 2015 mencapai Rp4.415 triliun.

Sekretaris Perusahaan LPS Samsu Adi Nugroho mengatakan, berdasarkan jenis simpanan (giro, tabungan, deposit on call, deposito dan sertifikat deposito), yang memiliki pertumbuhan jumlah rekening paling tinggi adalah deposit on call yaitu 5,81% (MoM). ”Jumlah rekeningnya meningkat, dari 3.564 rekening (Juni 2015) menjadi 3.771 rekening (Juli 2015),” kata Samsu di Jakarta kemarin.

Dia melanjutkan, jumlah rekening simpanan dengan nilai sampai dengan Rp2 miliar menurun sebesar 2,76% (MoM), dari 171.688.846 rekening (Juni 2015) menjadi 166.947.324 rekening (Juli 2015). Sedangkan, jumlah nominal simpanan meningkat sebesar 2,06% (MoM). Per akhir Juni 2015 jumlah nominal simpanan sebesar Rp1.880 triliun meningkat menjadi Rp1.919 triliun (Juli 2015).

Adapun, jumlah rekening simpanan dengan nilai di atas Rp2 miliar menurun sebesar 0,14% (MoM), dari 216.762 rekening (Juni 2015) menjadi 216.449 rekening (Juli 2015). Sementara, Pelaksana Tugas Kepala Eksekutif Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Fauzi Ichsan menambahkan, nilai tukar rupiah yang terus mengalami pelemahan akan berdampak terhadap perekonomian dan kinerja industri perbankan, terutama pada kinerja non performing loan (NPL/kredit bermasalah).

Tetapi, secara keseluruhan kinerja perbankan masih dalam kondisi baik. ”Kalau kita bicara indeks, artinya perbankan masih aman, di mana indikator perbankan, capital adequacy ratio (CAR) masih di 20% dan NPL di level 2,6%,” paparnya. Fauzi menyampaikan, indikator perbankan saat ini jauh lebih baik dibandingkan masa krisis 1998. CAR pada 1998 sebesar minus 15,7% Sedangkan, pada Juni 2015 CAR sebesar 20,1%.

Adapun, NPL pada 1998 mencapai 48,6%, jauh lebih tinggi dibanding NPL Juni 2015 yang sebesar 2,56%. Sementara, suku bunga deposito satu bulan pada 1998 sebesar 41,42% sedangkan pada Juni 2015 berada pada kisaran 7,76%.

Kunthi fahmar sandy/ Rakhmat baihaqi/ant
(ftr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5070 seconds (0.1#10.140)