Daya Beli Terjaga Kredit Perbankan Meningkat

Senin, 14 September 2015 - 11:00 WIB
Daya Beli Terjaga Kredit Perbankan Meningkat
Daya Beli Terjaga Kredit Perbankan Meningkat
A A A
MALANG - Berbagai stimulus dalam paket kebijakan pemerintah diharapkan mendorong perekonomian sekaligus permintaan kredit perbankan. Stimulus tersebut diyakini dapat meningkatkan daya beli masyarakat.

Director of Finance and Strategy Bank Mandiri Kartika Wirjoatmodjo mengatakan, instrumen fiskal tidak hanya dilihat sebagai sumber utama penerimaan negara.

Fiskal juga harus bisa membantu meningkatkan konsumsi serta investasi, mengingat kedua variabel tersebut adalah dua dari empat unsur utama pembentuk pertumbuhan ekonomi. ”Kebijakan fiskal akan mendukung percepatan konsumsi dan investasi. Konsumsi kita porsinya 50% lebih dari produk domestik bruto (PDB). Kalau pemerintah bisa menyelamatkan daya beli, dampak ke perekonomian akan sangat besar,” tutur Kartika dalam rangkaian media gathering bersama jurnalis di Malang, Jawa Timur, akhir pekan lalu.

Dia berharap pemerintah juga memperlonggar kebijakan fiskal dari sisi suplai agar masyarakat bisa mendapatkan barang dengan harga yang relatif lebih murah dari sebelumnya. Dari sisi suplai, seperti pengurangan bea impor untuk materi produksi yang tidak bisa diproduksi dalam negeri, sehingga harga barang bisa lebih murah juga. ”Meningkatkan daya beli masyarakat tidak hanya penetrasi ke sisi demand, namun bisa juga lewat sisi suplai,” tambahnya.

Menurut Kartika, jika kedua hal tersebut dijalankan secara bersamaan, kinerja kredit perbankan juga diharapkan ikut menguat. Baik sektor konsumsi maupun kredit produksi. Saat ini industri perbankan perlu mendapat stimulus dari sisi permintaan kredit mengingat kinerjanya sepanjang tahun ini dalam tren menurun.

”Salah satu penyebab kredit turun karena daya beli yang juga menurun. Hal itu perlu distimulasi,” katanya. Komisaris Bank Mandiri Goei Siauw Hong mengatakan saat ini indikator makroekonomi nasional masih tetap stabil, dan pihak perbankan optimistis kondisi industri keuangan akan membaik lebih cepat. Pemerintah memberikan stimulus daya beli masyarakat, hal itu juga akan berpengaruh pada kinerja industri perbankan.

”Tapi pemerintah harus hati-hati juga dalam memberikan kebijakan untuk menstimulasi daya beli masyarakat. Bantuan langsung tunai (BLT) itu bagus, tapi tidak menciptakan produktivitas. Kalau mau, insentif pemerintah lebih ke arah sektor produksi sehingga biaya kebutuhan lebih murah, daya beli masyarakat bisa bergerak naik,” terang Goei dalam kesempatan yang sama.

Menurut dia, tingkat kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) dan juga rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) industri perbankan masih aman. Meskipun masih ada krisis finansial akibat indikator perbankan melambat, levelnya tidak separah tahun 1998. ”Saya tak bisa komparasi berapa perbandingannya, tapi kondisi kini lebih baik dibandingkan 17 tahun yang lalu,” tambahnya.

Seperti yang telah diketahui, sepanjang semester I tahun ini, kredit hanya bertumbuh 10,4%, atau lebih kecil dibandingkan angka tahun kemarin yang sebesar 12,5%. Selain itu, NPL juga meningkat dari 2,16% pada akhir tahun lalu menjadi 2,58% pada semester I tahun ini. Sementara itu, Bank Mandiri di Area Jawa Timur berhasil merealisasikan lebih dari 50% target penyaluran kredit mikro sepanjang tahun ini. Tercatat, hingga akhir semester pertama tahun 2015, perbankan ini membukukan penyaluran kredit mikro mencapai Rp800 miliar, dari target Rp1,5 triliun.

Regional Retail Head Bank Mandiri Jawa III Sugeng Hariadi mengatakan, perolehan tersebut tumbuh 31% dari periode yang sama tahun lalu. Dia optimistis bisa mengejar target tersebut, meskipun di tengah perlambatan ekonomi. Untuk mencapai target tersebut, pihaknya fokus pada segmen unggulan yang selama ini dibiayai, seperti penjual sembako, pemilik indekos, industri rumah tangga, warung makan, dan bengkel.

”Hingga akhir Desember, tinggal Rp700 miliar saja. Harus optimistis target bisa tercapai, meski ekonomi melambat. Kami tetap menyalurkan kredit mikro, namun lebih selektif,” jelas Sugeng. Dia mengungkapkan, Bank Mandiri memiliki potensi yang besar untuk mengembangkan kredit mikro. Hal ini mengingat potensi nasabah usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di Jawa Timur mencapai 4,2 juta nasabah.

”Potensi masih sangat bagus, karena ada potensi nasabah UMKM 4,2 juta nasabah. Nasabah Bank Mandiri baru 115.000 nasabah,” ungkapnya. Saat ini portofolio kredit mikro juga terdorong oleh rencana penyaluran kredit usaha rakyat (KUR). Mandiri akan memberikan bunga yang kompetitif bagi para debiturnya. Saat ini bunga kredit mikro Bank Mandiri berkisar 1-1,5% per bulan dengan rata-rata pinjaman Rp50 juta sampai Rp100 juta per nasabah.

”Tahun ini kami harapkan mampu menyalurkan KUR hingga Rp400 miliar,” jelasnya. Area Head Bank Mandiri Malang Theresia Pratiwi Hastari mencontohkan, kredit nasabahnya bisa dimulai dengan dana yang sangat kecil. Kredit mulai Rp10 juta, namun akhirnya bisnis berkembang dan kini sudah mendapatkan pinjaman jauh lebih besar.

”Nasabah kami contohnya ialah GS4 (Gondosuli 4) Woodcraft yang merupakan satu dari sekian banyak debitur mikro, sekaligus binaan dalam pengembangan usaha. Tercatat, usaha ini ditopang dana oleh Bank Mandiri sejak 2002 lalu,” imbuh Tari. Retno Hastuti menuturkan sudah menjadi debitur mikro Bank Mandiri selama 13 tahun, dia memperoleh banyak keuntungan.

”Selain dapat pinjaman modal untuk mengembangkan usaha, ada berbagai kesempatan untuk mewakili bank sebagai binaan dalam pameran di Inacraft,” ujar Retno di lokasi usahanya.

Portofolio kredit Bank Mandiri sendiri pada semester pertama 2015 mencatat adanya kredit UMKM sebesar Rp15,79 triliun atau memiliki porsi 19,74% dari total kredit tersalurkan sebanyak Rp79,98 triliun. Porsi kredit ini menempati peringkat ketiga setelah kredit korporasi (51%) dan juga komersial (25,77%).

Hafid fuad
(ars)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3463 seconds (0.1#10.140)