Pertamina Investasi Kilang TPPI Rp2,86 Triliun
A
A
A
JAKARTA - PT Pertamina (persero) menargetkan kilang PT Trans Pasific Petroleum Indotama (TPPI) di Tuban Jawa Timur mulai berproduksi bahan bakar minyak (BBM) Oktober 2015.
Vice President Corporate Communication Pertamina Wianda Pusponegoro mengatakan, investasi yang diperlukan untuk menyiapkan operasional kilang TPPI sebesar USD200 juta atau setara Rp2,86 triliun (kurs Rp14.300/USD).
Hal itu dihitung berdasarkan belanja modal dalam tiga bulan ke depan dengan kapasitas produksi sebesar 80.000 barel per hari (bph).
“Kita lihat capex-nya mungkin kalau operasional untuk tiga bulan ke depan diperkirakan USD200 juta untuk persiapan,” ungkap dia di Jakarta, Senin (14/9/2015).
Menurut dia, kapasitas produksi awal dari kilang TPPI akan dimulai pada level 200.000 bph, kemudian secara bertahap ditingkatkan menjadi 50.000-55.000 bph.
Sementara untuk pasokan bahan baku, pemerintah akan mengalokasikan kondensat bagian negara yang mana telah sesuai dengan spesifikasi kilang TPPI.
“Untuk feed stock Pertamina tentu saja membutuhkan dukungan dari pemerintah terkait dengan alokasi kondensat bagian negara untuk keperluan produksi TPPI,” kata dia.
Lebih lanjut Wianda menjelaskan bahwa pasokan kondensat diperoleh dari produksi dalam negeri karena spesifikasinya telah sesuai dengan kondensat lokal.
“Dukungan pemerintah sangat diperlukan agar kilang TPPI dapat kembali beroperasi normal sesuai arahan dari pemerintah,” kata dia.
Setelah beroperasi normal diharapkan TPPI dapat mencicil utangnya kepada Pertamina secara bertahap.
“Kan TPPI masih punya utang ke pertamina yang masih dicicil. Harapannya tiga bulan ke depan saat proses produksi secara simple-nya mulai bisa mencicil. Skema seperti apa nanti juga ditentukan bersama karena masih ada pemegang saham yang lain,” ujar Wianda.
Dia mengatakan, setelah kunjungan Menteri BUMN Rini Soemarno, Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto dan Direktur Pengolahan Pertamina Rachmad Hardadi ke Kilang TPPI Tuban, Jawa Timur beberapa waktu lalu, hasilnya adalah TPPI diarahkan untuk gasoline mode memproduksi BBM, khususnya gasoline yang yang porsi impornya masih tinggi.
“Selain itu, Pertamina juga diminta untuk mengambil alih kilang TPPI,” kata dia.
Bersamaan dengan itu, Pertamina juga merilis fasilitas pengolahan teranyar, yakni Residual Fluid Catalytic Cracking (RFCC) di Kilang Cilacap, Jawa Tengah telah menjalani commissioning sebelum beroperasi pada Oktober mendatang.
Vice President Corporate Communication Pertamina Wianda Pusponegoro mengatakan, investasi yang diperlukan untuk menyiapkan operasional kilang TPPI sebesar USD200 juta atau setara Rp2,86 triliun (kurs Rp14.300/USD).
Hal itu dihitung berdasarkan belanja modal dalam tiga bulan ke depan dengan kapasitas produksi sebesar 80.000 barel per hari (bph).
“Kita lihat capex-nya mungkin kalau operasional untuk tiga bulan ke depan diperkirakan USD200 juta untuk persiapan,” ungkap dia di Jakarta, Senin (14/9/2015).
Menurut dia, kapasitas produksi awal dari kilang TPPI akan dimulai pada level 200.000 bph, kemudian secara bertahap ditingkatkan menjadi 50.000-55.000 bph.
Sementara untuk pasokan bahan baku, pemerintah akan mengalokasikan kondensat bagian negara yang mana telah sesuai dengan spesifikasi kilang TPPI.
“Untuk feed stock Pertamina tentu saja membutuhkan dukungan dari pemerintah terkait dengan alokasi kondensat bagian negara untuk keperluan produksi TPPI,” kata dia.
Lebih lanjut Wianda menjelaskan bahwa pasokan kondensat diperoleh dari produksi dalam negeri karena spesifikasinya telah sesuai dengan kondensat lokal.
“Dukungan pemerintah sangat diperlukan agar kilang TPPI dapat kembali beroperasi normal sesuai arahan dari pemerintah,” kata dia.
Setelah beroperasi normal diharapkan TPPI dapat mencicil utangnya kepada Pertamina secara bertahap.
“Kan TPPI masih punya utang ke pertamina yang masih dicicil. Harapannya tiga bulan ke depan saat proses produksi secara simple-nya mulai bisa mencicil. Skema seperti apa nanti juga ditentukan bersama karena masih ada pemegang saham yang lain,” ujar Wianda.
Dia mengatakan, setelah kunjungan Menteri BUMN Rini Soemarno, Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto dan Direktur Pengolahan Pertamina Rachmad Hardadi ke Kilang TPPI Tuban, Jawa Timur beberapa waktu lalu, hasilnya adalah TPPI diarahkan untuk gasoline mode memproduksi BBM, khususnya gasoline yang yang porsi impornya masih tinggi.
“Selain itu, Pertamina juga diminta untuk mengambil alih kilang TPPI,” kata dia.
Bersamaan dengan itu, Pertamina juga merilis fasilitas pengolahan teranyar, yakni Residual Fluid Catalytic Cracking (RFCC) di Kilang Cilacap, Jawa Tengah telah menjalani commissioning sebelum beroperasi pada Oktober mendatang.
(rna)