Nawacita Jokowi Sedang Hadapi Tantangan Eksternal

Selasa, 15 September 2015 - 14:01 WIB
Nawacita Jokowi Sedang Hadapi Tantangan Eksternal
Nawacita Jokowi Sedang Hadapi Tantangan Eksternal
A A A
JAKARTA - Program nawacita yang diusung Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat ini tengah mengalami tantangan eksternal. Tantangan ini berimbas pada realisasi nawacita dan kesejahteraan masyarakat.

Pengamat Ekonomi dari Universitas Atmajaya Agustinus Prasetyantoko mengatakan, ketika nawacita ditulis, kondisi global menjadi momok penting dalam perjalanan menuju nawacita.

"China sekarang masih mengalami perlambatan ekonomi domestik. Bahkan pers-pers asing sulit memproyeksikan apa yang sebenarnya terjadi pada China karena statistiknya susah untuk dipercaya. China saat ini target pertumbuhan ekonominya 7% namun lembaga privat memperkirakan 5% saja. Kalau itu sampai terjadi, sulit bagi kita untuk tumbuh," ujarnya dalam diskusi CORE di Jakarta, Selasa (15/9/2015).

Hal ini, kata dia, berimbas kepada putusan APBN. Menurutnya, penyusunan APBN juga disusun saat situasi global jauh berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya.

"Tantangan paling nyata, di semester kedua 2015 kita menghadapi beberapa tantangan, pertama China, soal kebijakannya yang bisa menganggu stabilitas ekonomi negara berkembang. Imbasnya ke kita. Kemudian recovery secara global akan terganggu bahkan IMF bisa menurunkan pertumbuhan global hanya 3%," terangnya.

Belum lagi, soal isu The Fed yang akan menaikkan Fed Ratenya dalam waktu dekat, kemudian berimbas pada asumsi-asumsi yang mengganggu kestabilan ekonomi domestik dan negara berkembang.

"Mereka tadinya mau menaikkan September, tapi saya rasa pasti enggak akan naik September ini. Kemungkinan akhir tahun atau awal 2016. Tapi isunya sempat membuat gejolak ekonomi. Terakhir soal serapan anggaran yang belum terealisasi dengan baik," ujar dia.

Bila kondisinya seperti ini, selain nawacita menghadapi tantangan besar, pertumbuhan ekonomi Indonesia sampai tahun depan, juga tidak akan terlalu signifikan. Semuanya tergantung dari siklus ekonomi regional.

"Jadi kalau kondisinya seperti itu sampai tahun depan, kita hanya bisa tumbuh enggak lebih dari 5,2%. Kalau sekarang kan 4,7%-4,9%," pungkas Prasetyantoko.
(izz)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4627 seconds (0.1#10.140)