Ini Jalur Gejolak Ekonomi Dunia Berimbas ke Indonesia
A
A
A
JAKARTA - Menteri Keuangan (Menkeu) Bambang Brodjonegoro mengatakan, ada jalur-jalur gejolak ekonomi dunia yang berimbas ke Indonesia. Jalur-jalur ini menyebabkan banyak negara saling bergantung negara lain.
"Ini sangat sulit untuk suatu negara mengisolasi dirinya dari ekonomi global baik positif atau negatif. Jalur pertama yang paling utama adalah dari segi pasar keuangan, di mana sentimen negatif dari pasar keuangan global langsung berpengaruh negatif pada harga saham kita dan persepsi negatif dari investor," jelasnya di Gedung DPR RI, Selasa (15/9/2015).
Kedua, lanjut dia, soal capital outflow yang besar. Pada 2011-2012 emerging market Indonesia tumbuh luar biasa. Ini karena capital flow larinya ke emerging market.
"Tapi hari-hari ini, capital flow seolah menghindar dari emerging market. Lebih banyak yang outflow dibanding yang inflow, sehingga otomatis kalau hal itu terjadi, bisa berdampak pada likuiditas dan suku bunga. Ujungnya kemarin pada nilai tukar kita yang tergerus," imbuh menkeu.
Kemudian, kata Bambang, transmisi melalui sektor rill, menjadi dampak paling terasa, apalagi China sedang tumbuh melemah dan demand global juga melemah.
Akibatnya, ekspor Indonesia turun. Belum lagi devaluasi yuan, dan membuat semua negara berlomba-lomba untuk mendevaluasi mata uangnya, dan ini mengakibatkan ekspor kita semakin berat.
"Kemudian, depresiasi rupiah, biaya impor bahan baku dan bangunan juga meningkat sehingga biaya produksi juga meningkat, jadi dari sisi cost meningkat. Persaingan barang juga sedang terjadi pertarungan yang sangat ketat karena pertarungan nilai mata uang di beberapa negara yang mengekspor barang yang kira-kira sama," pungkas dia.
"Ini sangat sulit untuk suatu negara mengisolasi dirinya dari ekonomi global baik positif atau negatif. Jalur pertama yang paling utama adalah dari segi pasar keuangan, di mana sentimen negatif dari pasar keuangan global langsung berpengaruh negatif pada harga saham kita dan persepsi negatif dari investor," jelasnya di Gedung DPR RI, Selasa (15/9/2015).
Kedua, lanjut dia, soal capital outflow yang besar. Pada 2011-2012 emerging market Indonesia tumbuh luar biasa. Ini karena capital flow larinya ke emerging market.
"Tapi hari-hari ini, capital flow seolah menghindar dari emerging market. Lebih banyak yang outflow dibanding yang inflow, sehingga otomatis kalau hal itu terjadi, bisa berdampak pada likuiditas dan suku bunga. Ujungnya kemarin pada nilai tukar kita yang tergerus," imbuh menkeu.
Kemudian, kata Bambang, transmisi melalui sektor rill, menjadi dampak paling terasa, apalagi China sedang tumbuh melemah dan demand global juga melemah.
Akibatnya, ekspor Indonesia turun. Belum lagi devaluasi yuan, dan membuat semua negara berlomba-lomba untuk mendevaluasi mata uangnya, dan ini mengakibatkan ekspor kita semakin berat.
"Kemudian, depresiasi rupiah, biaya impor bahan baku dan bangunan juga meningkat sehingga biaya produksi juga meningkat, jadi dari sisi cost meningkat. Persaingan barang juga sedang terjadi pertarungan yang sangat ketat karena pertarungan nilai mata uang di beberapa negara yang mengekspor barang yang kira-kira sama," pungkas dia.
(izz)