Cadev Turun, JK Instruksikan BI Genjot Ekspor
A
A
A
JAKARTA - Wakil Presiden (Wapres) RI Jusuf Kalla (JK) menginstruksikan Bank Indonesia (BI) untuk menggenjot ekspor serta menjaga dan mengefektifkan impor, guna terjadi keseimbangan perdagangan dalam negeri. Ini mengingat kondisi cadangan devisa (cadev) Indonesia terus menurun.
Gubernur BI Agus Martowardojo menuturkan, JK juga menginstruksikan agar neraca transaksi berjalan (current account deficit/CAD) dapat terjaga di tengah kondisi perekonomian global yang kurang baik.
"Kita diminta mengaktifkan upaya untuk mendorong ekspor, dan upaya untuk mengefektifkan impor. Dalam arti impor, mengupayakan betul-betul bagaimana trade balance kita bisa baik. Upaya untuk pengendalian transaksi berjalan agar lebih baik," katanya di Kantor Wapres, Jakarta, Selasa (22/9/2015).
Agus menuturkan, di tengah situasi perekonomian global yang tidak menentu ini, pihaknya juga diminta untuk membuka pasar ekspor baru agar para eksportir dapat memiliki daya saing yang lebih besar.
"Tentu di situasi sekarang bagaimana kita bisa melakukan ekspor, membuka pasar yang baru, bisa membuat eksportir jadi lebih mempunyai daya saing dan juga bisa secara umum memperbaiki trade balance kita," imbuh dia.
Kendati demikian, Agus membantah bahwa pertemuannya dengan JK tersebut lantaran kondisi cadev Indonesia periode September 2015 menurun menjadi sekitar USD103 miliar atau sekitar Rp1.491 triliun (kurs Rp14.480/USD).
"Enggak (karena cadev turun). Ini hanya koordinasi biasa untuk membicarakan bagaimana ekspor kita bisa lebih baik," pungkasnya.
Sebelumnya, Agus mengungkapkan bahwa cadev RI saat ini berada di posisi USD103 miliar atau sekitar Rp1.491 triliun (kurs Rp14.480/USD). Angka ini turun dibandingkan cadev akhir Agustus 2015, sebesar USD105,6 miliar atau senilai Rp1.529 triliun.
Namun, lanjut dia, angka ini masih bisa naik dengan dukungan ekspor dalam negeri ke negara-negara mitra dagang Indonesia. "Tapi itu, masih bisa naik dari ekspor minyak dan lain-lain ya," ujar Agus saat rapat kerja di DPR RI, Senin (21/9/2015)
Menurutnya, pada semester II pembayaran utang luar negeri pihak swasta masih cukup tinggi. Jadi, penggunaan valuta asing masih cukup tinggi juga, terlebih pinjaman yang jatuh tempo sejak 2011 meningkat tajam.
Agus juga mengatakan, utang swasta jatuh temponya lebih pendek daripada utang pemerintah. Sehingga sepanjang kuartal III cukup banyak juga yang jatuh tempo. "Penurunan cadangan devisa ini masih dinamis, masih bisa berubah,” katanya.
Gubernur BI Agus Martowardojo menuturkan, JK juga menginstruksikan agar neraca transaksi berjalan (current account deficit/CAD) dapat terjaga di tengah kondisi perekonomian global yang kurang baik.
"Kita diminta mengaktifkan upaya untuk mendorong ekspor, dan upaya untuk mengefektifkan impor. Dalam arti impor, mengupayakan betul-betul bagaimana trade balance kita bisa baik. Upaya untuk pengendalian transaksi berjalan agar lebih baik," katanya di Kantor Wapres, Jakarta, Selasa (22/9/2015).
Agus menuturkan, di tengah situasi perekonomian global yang tidak menentu ini, pihaknya juga diminta untuk membuka pasar ekspor baru agar para eksportir dapat memiliki daya saing yang lebih besar.
"Tentu di situasi sekarang bagaimana kita bisa melakukan ekspor, membuka pasar yang baru, bisa membuat eksportir jadi lebih mempunyai daya saing dan juga bisa secara umum memperbaiki trade balance kita," imbuh dia.
Kendati demikian, Agus membantah bahwa pertemuannya dengan JK tersebut lantaran kondisi cadev Indonesia periode September 2015 menurun menjadi sekitar USD103 miliar atau sekitar Rp1.491 triliun (kurs Rp14.480/USD).
"Enggak (karena cadev turun). Ini hanya koordinasi biasa untuk membicarakan bagaimana ekspor kita bisa lebih baik," pungkasnya.
Sebelumnya, Agus mengungkapkan bahwa cadev RI saat ini berada di posisi USD103 miliar atau sekitar Rp1.491 triliun (kurs Rp14.480/USD). Angka ini turun dibandingkan cadev akhir Agustus 2015, sebesar USD105,6 miliar atau senilai Rp1.529 triliun.
Namun, lanjut dia, angka ini masih bisa naik dengan dukungan ekspor dalam negeri ke negara-negara mitra dagang Indonesia. "Tapi itu, masih bisa naik dari ekspor minyak dan lain-lain ya," ujar Agus saat rapat kerja di DPR RI, Senin (21/9/2015)
Menurutnya, pada semester II pembayaran utang luar negeri pihak swasta masih cukup tinggi. Jadi, penggunaan valuta asing masih cukup tinggi juga, terlebih pinjaman yang jatuh tempo sejak 2011 meningkat tajam.
Agus juga mengatakan, utang swasta jatuh temponya lebih pendek daripada utang pemerintah. Sehingga sepanjang kuartal III cukup banyak juga yang jatuh tempo. "Penurunan cadangan devisa ini masih dinamis, masih bisa berubah,” katanya.
(izz)