Pertamina Tak PHK Pegawai meski Tergerus Pelemahan Rupiah
A
A
A
JAKARTA - PT Pertamina (Persero) mengungkapkan, hingga saat ini perseroan tidak memangkas alias melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK), meski terdampak pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD).
"Kalau perusahaan lain sudah mem-PHK karyawannya, Pertamina enggak melakukan itu. Manajemen-lah yang harus berupaya keras, agar kita beroperasi seperti biasa," kata Vice President Corporate Communication Pertamina Wianda Pusponegoro di Kantor Pusat Pertamina, Jakarta, Jumat (25/9/2015).
Dia mengungkapkan, perseroan memilih untuk melakukan sejumlah efisiensi ketimbang memangkas karyawan yang jumlahnya sekitar 16.000 orang.
"Karena pelemahan ini dirasakan semua pelaku usaha, khususnya di industri migas. Makanya kita melakukan efisiensi dari berbagai segi," imbuh dia.
Menurutnya, pelemahan nilai tukar ini memang membuat biaya operasional perseroan meningkat karena BUMN minyak dan gas (migas) ini memiliki beban impor dalam jumlah cukup besar. Namun, perseroan telah menggunakan fasilitas lindung nilai (hedging) dengan plafon sekitar USD2,5 miliar untuk mengurangi dampak nilai tukar tersebut.
"Jadi ada angka dolar tertentu yang bisa kita pacu dan kita targetkan. Ini sangat positif mengurangi kerentanan kita terhadap rupiah," pungkasnya
"Kalau perusahaan lain sudah mem-PHK karyawannya, Pertamina enggak melakukan itu. Manajemen-lah yang harus berupaya keras, agar kita beroperasi seperti biasa," kata Vice President Corporate Communication Pertamina Wianda Pusponegoro di Kantor Pusat Pertamina, Jakarta, Jumat (25/9/2015).
Dia mengungkapkan, perseroan memilih untuk melakukan sejumlah efisiensi ketimbang memangkas karyawan yang jumlahnya sekitar 16.000 orang.
"Karena pelemahan ini dirasakan semua pelaku usaha, khususnya di industri migas. Makanya kita melakukan efisiensi dari berbagai segi," imbuh dia.
Menurutnya, pelemahan nilai tukar ini memang membuat biaya operasional perseroan meningkat karena BUMN minyak dan gas (migas) ini memiliki beban impor dalam jumlah cukup besar. Namun, perseroan telah menggunakan fasilitas lindung nilai (hedging) dengan plafon sekitar USD2,5 miliar untuk mengurangi dampak nilai tukar tersebut.
"Jadi ada angka dolar tertentu yang bisa kita pacu dan kita targetkan. Ini sangat positif mengurangi kerentanan kita terhadap rupiah," pungkasnya
(izz)