HT Resmikan Pelabuhan Batubara di Kaltim
A
A
A
SAMARINDA - CEO MNC Group Hary Tanoesoedibjo (HT) meresmikan Pelabuhan Batubara PT Nuansacipta Coal Investment (NCI)-MNC Infrastruktur Utama (MNCIU).
Pelabuhan yang berada di Desa Bantuas, Kecamatan Palaran, Samarinda, Kalimantan Timur tersebut seluas 35 hektare (ha) berkapasitas 100.000 ton batubara per bulan. Kapasitas tersebut rencananya akan ditingkatkan menjadi 250.000 ton.
HT menjelaskan, pelabuhan ini akan membuka lapangan pekerjaan di Kaltim. Apalagi, Kaltim temasuk salah satu daerah penghasil batubara terbesar di Indonesia. Namun, turunnya harga batubara menyebabkan terjadinya pemutusan hubungan kerja )PHK) besar-besaran di Kaltim.
Berdasarkan catatan Kementerian Tenaga Kerja, PHK terbesar terjadi di provinsi tersebut, yakni sedikitnya 10.721 orang di-PHK dan sektor batubara merupakan penyumbang terbesar.
"Adanya pelabuhan batubara ini memberikan lapangan pekerjaan," ujar HT usai penandatanganan prasasti Pelabuhan Batubara NCI-MNCIU.
Dia menjelaskan, harga batubara yang tengah merosot harus diatasi dengan terobosan. Di antaranya menggunakan batubara tersebut untuk memenuhi kebutuhan energi dalam negeri. Di Kaltim, saat ini masih terjadi krisis pasokan listrik.
Meski daerah tersebut sebagai penghasil batubara terbesar, namun hingga saat ini Kalimantan masih mengimpor listrik dari Malaysia.
"Jadi bergandengan antara tambang batubara dan powerplant-nya sehingga batubaranya terpakai, kemudian dijadikan listrik, listriknya dipakai untuk masyarakat," tutur HT.
Menurutnya, pengoptimalan pemanfaatan batubara itu, akan mengatasi persoalan PHK atau pengangguran yang tinggi. "Kalau power plant dari batubara bisa dikerjakan di sini, bisa menyerap tenaga kerja banyak. Jadi batubaranya di sini, power supply-nya di sini, jadi power plant itu tidak perlu kemana-mana," tuturnya.
Di sisi lain, lanjut HT, dengan pengoptimalan tersebut produksi batubara bisa kembali meningkat, sehingga lapangan pekerjaan akan kembali terbuka.
Pelabuhan yang berada di Desa Bantuas, Kecamatan Palaran, Samarinda, Kalimantan Timur tersebut seluas 35 hektare (ha) berkapasitas 100.000 ton batubara per bulan. Kapasitas tersebut rencananya akan ditingkatkan menjadi 250.000 ton.
HT menjelaskan, pelabuhan ini akan membuka lapangan pekerjaan di Kaltim. Apalagi, Kaltim temasuk salah satu daerah penghasil batubara terbesar di Indonesia. Namun, turunnya harga batubara menyebabkan terjadinya pemutusan hubungan kerja )PHK) besar-besaran di Kaltim.
Berdasarkan catatan Kementerian Tenaga Kerja, PHK terbesar terjadi di provinsi tersebut, yakni sedikitnya 10.721 orang di-PHK dan sektor batubara merupakan penyumbang terbesar.
"Adanya pelabuhan batubara ini memberikan lapangan pekerjaan," ujar HT usai penandatanganan prasasti Pelabuhan Batubara NCI-MNCIU.
Dia menjelaskan, harga batubara yang tengah merosot harus diatasi dengan terobosan. Di antaranya menggunakan batubara tersebut untuk memenuhi kebutuhan energi dalam negeri. Di Kaltim, saat ini masih terjadi krisis pasokan listrik.
Meski daerah tersebut sebagai penghasil batubara terbesar, namun hingga saat ini Kalimantan masih mengimpor listrik dari Malaysia.
"Jadi bergandengan antara tambang batubara dan powerplant-nya sehingga batubaranya terpakai, kemudian dijadikan listrik, listriknya dipakai untuk masyarakat," tutur HT.
Menurutnya, pengoptimalan pemanfaatan batubara itu, akan mengatasi persoalan PHK atau pengangguran yang tinggi. "Kalau power plant dari batubara bisa dikerjakan di sini, bisa menyerap tenaga kerja banyak. Jadi batubaranya di sini, power supply-nya di sini, jadi power plant itu tidak perlu kemana-mana," tuturnya.
Di sisi lain, lanjut HT, dengan pengoptimalan tersebut produksi batubara bisa kembali meningkat, sehingga lapangan pekerjaan akan kembali terbuka.
(izz)