BPS Catat September Alami Deflasi 0,05%
A
A
A
JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat September 2015 Indonesia mengalami deflasi 0,05% jika dibanding bulan sebelumnya. Jadi, inflasi tahun kalender sebesar 2,24% dan 6,83% secara year on year.
Sementara inflasi inti 0,44% dan inflasi inti tahun ke tahun sebesar 5,07%. Dari 82 kota IHK, 36 kota mengalami deflasi dan 46 kota lainnya mengalami inflasi. Deflasi tertinggi terjadi di Sibolga sebesar 1,85%, terendah di Bandung 0,01%. Untuk inflasi tertinggi terjadi di Merauke sebesar 1,33%.
"Yang menyebabkan kita deflasi, paling berpengaruh adalah bahan makanan senilai 1,07%. Pada bahan makanan, daging dan hasilnya mengalami deflasi 5,12%. Daging ayam juga berpengaruh," kata Kepala BPS Suryamin di Gedung BPS, Kamis (1/10/2015).
Dia mengatakan, terjadinya deflasi bahan makanan karena sudah lewat masa lebaran, maka harga-harga bahan makanan menjadi normal kembali. Selain itu, kontrol pemerintah dalam pengendalian harga juga bagus.
Terutama daerah-daerah di Indonesia sudah baik dalam mengendalikan inflasi daerah. Bahkan beberapa kota yang tidak menjadi sampel konsumen, sudah ada Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID).
"Secara keseluruhan, Indonesia pengendalian inflasinya cukup bagus, karena memang sudah ada TPID. Bahkan di kota yang tidak menjadi sampel kita pun, dia sudah ada TPID-nya. Semua Pemda memiliki prinsip bahwa pengendalian harga menjadi kegiatan penting," pungkas Suryamin.
Sementara inflasi inti 0,44% dan inflasi inti tahun ke tahun sebesar 5,07%. Dari 82 kota IHK, 36 kota mengalami deflasi dan 46 kota lainnya mengalami inflasi. Deflasi tertinggi terjadi di Sibolga sebesar 1,85%, terendah di Bandung 0,01%. Untuk inflasi tertinggi terjadi di Merauke sebesar 1,33%.
"Yang menyebabkan kita deflasi, paling berpengaruh adalah bahan makanan senilai 1,07%. Pada bahan makanan, daging dan hasilnya mengalami deflasi 5,12%. Daging ayam juga berpengaruh," kata Kepala BPS Suryamin di Gedung BPS, Kamis (1/10/2015).
Dia mengatakan, terjadinya deflasi bahan makanan karena sudah lewat masa lebaran, maka harga-harga bahan makanan menjadi normal kembali. Selain itu, kontrol pemerintah dalam pengendalian harga juga bagus.
Terutama daerah-daerah di Indonesia sudah baik dalam mengendalikan inflasi daerah. Bahkan beberapa kota yang tidak menjadi sampel konsumen, sudah ada Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID).
"Secara keseluruhan, Indonesia pengendalian inflasinya cukup bagus, karena memang sudah ada TPID. Bahkan di kota yang tidak menjadi sampel kita pun, dia sudah ada TPID-nya. Semua Pemda memiliki prinsip bahwa pengendalian harga menjadi kegiatan penting," pungkas Suryamin.
(izz)