Jumlah Rig Berkurang, Harga Minyak Mentah Mendidih

Senin, 12 Oktober 2015 - 09:30 WIB
Jumlah Rig Berkurang,...
Jumlah Rig Berkurang, Harga Minyak Mentah Mendidih
A A A
SINGAPURA - Harga minyak mentah mendidih pada awal perdagangan Asia, pagi ini, setelah pengebor Amerika Serikat (AS) mengurangi rig minyak selama enam pekan berturut-turut. Di samping itu, pedagang menunggu data perdagangan China yang akan dirilis setelah satu pekan libur nasional.

Perusahaan jasa minyak Baker Hughes Inc (BHI.N) menyatakan, pengebor AS mengurangi sembilan rig minyak pada pekan yang berakhir 9 Oktober 2015, sehingga jumlah total rig menjadi 605. Total rig itu terus berkurangb sejak Juli 2010. Pengebor telah memangkas total sebanyak 61 rig selama lima pekan sebelumnya.

Jumlah rig tertinggi mingguan terbanyak mencapai 1.609 setahun lalu, namun mengalami pengurangan secara mingguan rata-rata sebanyak 20 unit.

"Berkurangnya jumlah rig minyak mendukung harga minyak WTI (tapi) fokus pada rilis data perdagangan China, yang akan menunjukkan apakah harga rendah telah akan mendorong permintaan impor yang tinggi," kata ANZ Bank, seperti dilansir dari Reuters, Senin (12/10/2015).

Minyak AS West Texas Intermediate (WTI) diperdagangkan di USD49,79/barel, naik 16 sen dari penutupan terakhir. Minyak Brent naik 11 sen menjadi USD52,76/barel.

Minyak juga didukung oleh melemahnya dolar AS (USD) karena itu membuat impor di negara-negara yang menggunakan mata uang yang berbeda menjadi lebih murah.

Dolar AS (USD) berada pada level terendah tiga pekan terhadap euro karena risalah pertemuan kebijakan September Federal Reserve menunjukkan Fed tidak terburu-buru untuk menaikkan suku bunga.

Data dari China dalam beberapa hari mendatang kemungkinan akan menunjukkan pelemahan lebih lanjut dalam perekonomian terbesar kedua di dunia, dimulai dengan data impor dan ekspor data yang akan dipublikasikan pada Selasa.

Beberapa investor khawatir perekonomian China beresiko membahayakan ekonomi internasional yang semakin rapuh, meskipun sebagian besar analis memperkirakan perlambatan mereda didukung kebijakan yang akan dilakukan.
(rna)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0722 seconds (0.1#10.140)