Gas Masela Diprioritaskan untuk Kebutuhan Domestik
A
A
A
JAKARTA - Indonesia di masa mendatang akan sangat membutuhkan pasokan gas untuk memenuhi kebutuhan energi domestik. Karena itu, produksi gas/LNG dari lapangan Abadi, Blok Masela, yang berlokasi di lepas pantai Maluku akan diprioritaskan untuk memenuhi kebutuhan domestik.
Untuk Indonesia Timur, yang terdiri dari ratusan atau bahkan ribuan pulau, maka untuk menransportasikan gas/LNG tersebut maka pilihannya adalah menggunakan kapal-kapal LNG ukuran kecil ke pulau-pulau tersebut, yang nantinya diharapkan sudah memiliki Terminal Penerima dan Regasifikasi LNG (Floating/Onshore Storage and Regasification Unit).
"Menteri ESDM sudah mengatakan hal itu dan di dalam skenario kita untuk Indonesia Timur akan dibangun beberapa Terminal Penerima dan Regasifikasi LNG, baik di pantai maupun di darat. Karena itu, produksi gas/LNG dari lapangan Abadi, Blok Masela akan diprioritaskan untuk domestik," ungkap mantan Deputi Pengembangan SKK Migas Aussie Gautama di Jakarta, Rabu (4/11/2015).
Staf Ahli Direktur Utama Pertamina ini mengatakan dalam rencana pengembangan (Plan of Development/PoD) lapangan Abadi, Blok Masela bahwa skenario pasokan tersebut sudah ada. Diproyeksikan pada 2024 ketika pengolahan gas di laut Masela mulai beroperasi (onstream) maka Indonesia akan mampu menyerap 1,9 juta ton per tahun (mtpa) LNG dari FLNG Masela.
"Silakan dikawal kalau nanti alokasi gas untuk domestik ini mau dinaikkan menjadi 60%-70% dari total produksi FLNG Masela. Untuk itu, ketersediaan infrastruktur gas di dalam negeri menjadi prasyaratan utama," ujar dia.
Sebagaimana diketahui, Inpex corporation, Jepang, selaku operator blok Masela berencana mengembangkan dan memproduksi gas dari lapangan Abadi melalui kilang LNG terapung (Floating LNG) berkapasitas 7,5 mtpa. Biaya pengembangan lapangan gas diperkirakan sebesar USD14,8 miliar.
Untuk Indonesia Timur, yang terdiri dari ratusan atau bahkan ribuan pulau, maka untuk menransportasikan gas/LNG tersebut maka pilihannya adalah menggunakan kapal-kapal LNG ukuran kecil ke pulau-pulau tersebut, yang nantinya diharapkan sudah memiliki Terminal Penerima dan Regasifikasi LNG (Floating/Onshore Storage and Regasification Unit).
"Menteri ESDM sudah mengatakan hal itu dan di dalam skenario kita untuk Indonesia Timur akan dibangun beberapa Terminal Penerima dan Regasifikasi LNG, baik di pantai maupun di darat. Karena itu, produksi gas/LNG dari lapangan Abadi, Blok Masela akan diprioritaskan untuk domestik," ungkap mantan Deputi Pengembangan SKK Migas Aussie Gautama di Jakarta, Rabu (4/11/2015).
Staf Ahli Direktur Utama Pertamina ini mengatakan dalam rencana pengembangan (Plan of Development/PoD) lapangan Abadi, Blok Masela bahwa skenario pasokan tersebut sudah ada. Diproyeksikan pada 2024 ketika pengolahan gas di laut Masela mulai beroperasi (onstream) maka Indonesia akan mampu menyerap 1,9 juta ton per tahun (mtpa) LNG dari FLNG Masela.
"Silakan dikawal kalau nanti alokasi gas untuk domestik ini mau dinaikkan menjadi 60%-70% dari total produksi FLNG Masela. Untuk itu, ketersediaan infrastruktur gas di dalam negeri menjadi prasyaratan utama," ujar dia.
Sebagaimana diketahui, Inpex corporation, Jepang, selaku operator blok Masela berencana mengembangkan dan memproduksi gas dari lapangan Abadi melalui kilang LNG terapung (Floating LNG) berkapasitas 7,5 mtpa. Biaya pengembangan lapangan gas diperkirakan sebesar USD14,8 miliar.
(rna)