RI Cepat Pulih dari Krisis 1998 meski Industri Lemah
A
A
A
DEPOK - Menteri Koordiantor (Menko) bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan, sektor industri sangat lemah, meski pemulihan krisis 1998 tergolong cepat. Karena, Indonesia terbantu dengan adanya boom komoditas, namun ada yang dilupakan pemimpin saat itu.
Pemimpin pada saat itu, lanjut Darmin, lupa bahwa sektor industri dalam negeri masih tergolong lemah bahkan hingga lebih dari 1,5 dekade, Indonesia belum mampu memperbaiki sektor industri yang masih lemah.
"Meski kita mampu bangkit dari ekonomi krisis waktu itu, tapi ada yang kita lupa, suatu ekonomi negara yang berkembang perlu sektor industri untuk melahirkan tranformasi ekonomi," katanya saat memberikan kuliah umum di Universitas Indonesia (UI), Depok, Senin (9/11/2015).
Bahkan, kata dia, banyak yang memandang bahwa ekonomi Indonesia cenderung mundur dan tidak berkembang ke arah positif. Hal ini terbukti pada pelemahan nilai tukar rupiah.
"Industri kita sudah melemah, jadi pada waktu terjadi gejolak mata uang, rupiah kita melemah. Seharusnya pertambangan bisa, tapi sejak 2012 super siklus berbalik, harga produk pertambangan mulai menurun konsisten, itu melahirkan defisit transaksi berjalan di neraca dagang kita," pungkas Darmin.
Pemimpin pada saat itu, lanjut Darmin, lupa bahwa sektor industri dalam negeri masih tergolong lemah bahkan hingga lebih dari 1,5 dekade, Indonesia belum mampu memperbaiki sektor industri yang masih lemah.
"Meski kita mampu bangkit dari ekonomi krisis waktu itu, tapi ada yang kita lupa, suatu ekonomi negara yang berkembang perlu sektor industri untuk melahirkan tranformasi ekonomi," katanya saat memberikan kuliah umum di Universitas Indonesia (UI), Depok, Senin (9/11/2015).
Bahkan, kata dia, banyak yang memandang bahwa ekonomi Indonesia cenderung mundur dan tidak berkembang ke arah positif. Hal ini terbukti pada pelemahan nilai tukar rupiah.
"Industri kita sudah melemah, jadi pada waktu terjadi gejolak mata uang, rupiah kita melemah. Seharusnya pertambangan bisa, tapi sejak 2012 super siklus berbalik, harga produk pertambangan mulai menurun konsisten, itu melahirkan defisit transaksi berjalan di neraca dagang kita," pungkas Darmin.
(izz)