Harga Beras Pemicu Utama Inflasi November 2015
A
A
A
JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi November 2015 sebesar 0,21 persen atau terendah dalam lima tahun disebabkan oleh kenaikan harga beras dan rokok. Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Sasmito Hadi Wibowo menegaskan kenaikan harga besar jadi penyebab utama inflasi pada bulan November 2015, meski ada juga beberapa faktor lainnya.
"Paling utama adalah beras. Sebetulnya kenaikan Beras tidak terlalu tajam hanya 0,55 persen pada tingkat konsumen. Walaupun di tingkat petani naiknya sudah melebihi 3 persen. Ini semua memberi andil 0,02 persen. Tertinggi di Batam 11 persen serta di Meulaboh dan Bukitinggi naik 8 persen," kata Sasmito dalam konferensi pers di Gedung BPS, Selasa (1/12/2015).
Bukan hanya beras, faktor lainnya yang punya pengaruh besar terhadap Inflasi adalah kenaikan harga ayam ras sebesar 1,69 persen. Kenaikan tersebut memberikan dampak 0,02 persen, dimana kenaikan harga ayam disebabkan pasokan berkurang. "Tadinya harganya turun tajam kemudian produsen ayam mengurangi DOC nya sehingga harga disesuaikan kembali. Terjadi kenaikan di 56 kota. Tertinggi di Tanjung, Kalimantan 21 persen dan di Palangkayara 21 persen," sambungnya.
Penyebab ketiga yakni kenaikan rokok kretek filter sebesar 1,16 persen. Kenaikan rokok memiliki andil 0,02 persen dan bobot dalam IHK 1,85 persen. Kenaikan harga rokok ini disebabkan dari peraturan Menkeu, nomor 20 PMK 2014 mengenai pungutan cukai 2016 yang seharusnya dibayar mulai Januari-Februari 2016, dimajukan Desember 2015 pembayarannya.
"Adanya rencana pemerintah untuk menaikkan target cukai rokok dan PPN di 2016 jadi pemicu. Sehingga pihak produsen dan penjual rokok sudah mengantisipasi dengan menaikkan harga lebih dulu. Buat yang sudah ketergantungan kepada rokok, tidak bisa berbuat apa-apa," ucap Sasmito.
Faktor lainnya adalah tarif sewa rumah dan kontrak rumah. Kontrak rumah naik 0,22 persen, sewa rumah naik 0,25 persen yang punya andil dalam inflasi 0,01 persen. Namun bobotnya kontrak rumah cukup besar sebesar 3,77 persen. "Sebetulnya kenaikannya tidak terlalu tinggi. Paling signifikan di Cilacap 3 persen untuk kontrak rumah, dan Padang. Untuk sewa rumah tertinggi di Pontianak 2 persen," tutupnya.
"Paling utama adalah beras. Sebetulnya kenaikan Beras tidak terlalu tajam hanya 0,55 persen pada tingkat konsumen. Walaupun di tingkat petani naiknya sudah melebihi 3 persen. Ini semua memberi andil 0,02 persen. Tertinggi di Batam 11 persen serta di Meulaboh dan Bukitinggi naik 8 persen," kata Sasmito dalam konferensi pers di Gedung BPS, Selasa (1/12/2015).
Bukan hanya beras, faktor lainnya yang punya pengaruh besar terhadap Inflasi adalah kenaikan harga ayam ras sebesar 1,69 persen. Kenaikan tersebut memberikan dampak 0,02 persen, dimana kenaikan harga ayam disebabkan pasokan berkurang. "Tadinya harganya turun tajam kemudian produsen ayam mengurangi DOC nya sehingga harga disesuaikan kembali. Terjadi kenaikan di 56 kota. Tertinggi di Tanjung, Kalimantan 21 persen dan di Palangkayara 21 persen," sambungnya.
Penyebab ketiga yakni kenaikan rokok kretek filter sebesar 1,16 persen. Kenaikan rokok memiliki andil 0,02 persen dan bobot dalam IHK 1,85 persen. Kenaikan harga rokok ini disebabkan dari peraturan Menkeu, nomor 20 PMK 2014 mengenai pungutan cukai 2016 yang seharusnya dibayar mulai Januari-Februari 2016, dimajukan Desember 2015 pembayarannya.
"Adanya rencana pemerintah untuk menaikkan target cukai rokok dan PPN di 2016 jadi pemicu. Sehingga pihak produsen dan penjual rokok sudah mengantisipasi dengan menaikkan harga lebih dulu. Buat yang sudah ketergantungan kepada rokok, tidak bisa berbuat apa-apa," ucap Sasmito.
Faktor lainnya adalah tarif sewa rumah dan kontrak rumah. Kontrak rumah naik 0,22 persen, sewa rumah naik 0,25 persen yang punya andil dalam inflasi 0,01 persen. Namun bobotnya kontrak rumah cukup besar sebesar 3,77 persen. "Sebetulnya kenaikannya tidak terlalu tinggi. Paling signifikan di Cilacap 3 persen untuk kontrak rumah, dan Padang. Untuk sewa rumah tertinggi di Pontianak 2 persen," tutupnya.
(izz)