Tarif Listrik Naik, UMKM Menjerit
A
A
A
JAKARTA - Tidak dapat dipungkiri, kenaikan tarif listrik untuk pelanggan 1.300 VA dan 2.200 VA bakal membebani nasib para pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM).
"Memang bakal terpukul, karena mereka banyak menggunakan listrik 1.300 VA," ujar Ketua Komite UKM bidang Industri Makanan dan Minuman Kadin Indonesia, Thomas Darmawan, Selasa (1/12/2015).
Sekecil apapun kenaikan tarif listrik, terang dia, tetap berpengaruh terhadap UMKM. Bukan tidak mungkin mereka akan menghitung ulang harga jual barang dagangannya.
Seperti mereka yang menjual air isi ulang, garmen, laundry bukan tidak mungkin menyesuaikan harga, jika biaya yang mereka keluarkan naik.
Bahkan, pabrik es juga menaikkan harga jual, jika tarif listrik naik. Kenaikan harga es ini berdampak terhadap harga produk makanan lainnya, terutama yang memakai storage atau pendingin.
Harga ikan dan daging bakal naik lagi. Buntutnya produk makanan yang berbahan baku ikan dan daging bisa naik, seperti bakso dan sebagainya.
Thomas khawatir produksi bakso ikan dan daging dari Malaysia bakal semakin menyerbu pasar dalam negeri.
Harga bakso ikan dan daging dari Malaysia dalam setahun ini naik 239,6%, karena harga jualnya lebih murah dibanding produk lokal.
Mahalnya harga bakso lokal, karena tingginya harga ikan dan daging. Ditambah tarif listrik naik, harga bakso lokal bakal semakin mahal.
Di Malaysia, harganya bisa murah, karena pemerintah memberi subsidi listrik dan BBM kepada para pelaku usaha, termasuk para UMKM. "Di Indonesia justru sebaliknya, subsidi malah dicabut," ucap Thomas, yang juga ketua Asosiasi Pengusaha Pengolahan dan Pemasaran Produk Perikanan Indonesia (AP5I).
Dia menambahkan pencabutan subsidi ini dimaksudkan agar masyarakat dan pelaku usaha menghemat listrik. Tapi untuk kegiatan ekonomi, pemerintah seharusnya memberi kompensasi, termasuk buat para UMKM. "Ini seharusnya dipikirkan juga oleh pemerintah, jangan main pukul rata," pungkas Thomas.
"Memang bakal terpukul, karena mereka banyak menggunakan listrik 1.300 VA," ujar Ketua Komite UKM bidang Industri Makanan dan Minuman Kadin Indonesia, Thomas Darmawan, Selasa (1/12/2015).
Sekecil apapun kenaikan tarif listrik, terang dia, tetap berpengaruh terhadap UMKM. Bukan tidak mungkin mereka akan menghitung ulang harga jual barang dagangannya.
Seperti mereka yang menjual air isi ulang, garmen, laundry bukan tidak mungkin menyesuaikan harga, jika biaya yang mereka keluarkan naik.
Bahkan, pabrik es juga menaikkan harga jual, jika tarif listrik naik. Kenaikan harga es ini berdampak terhadap harga produk makanan lainnya, terutama yang memakai storage atau pendingin.
Harga ikan dan daging bakal naik lagi. Buntutnya produk makanan yang berbahan baku ikan dan daging bisa naik, seperti bakso dan sebagainya.
Thomas khawatir produksi bakso ikan dan daging dari Malaysia bakal semakin menyerbu pasar dalam negeri.
Harga bakso ikan dan daging dari Malaysia dalam setahun ini naik 239,6%, karena harga jualnya lebih murah dibanding produk lokal.
Mahalnya harga bakso lokal, karena tingginya harga ikan dan daging. Ditambah tarif listrik naik, harga bakso lokal bakal semakin mahal.
Di Malaysia, harganya bisa murah, karena pemerintah memberi subsidi listrik dan BBM kepada para pelaku usaha, termasuk para UMKM. "Di Indonesia justru sebaliknya, subsidi malah dicabut," ucap Thomas, yang juga ketua Asosiasi Pengusaha Pengolahan dan Pemasaran Produk Perikanan Indonesia (AP5I).
Dia menambahkan pencabutan subsidi ini dimaksudkan agar masyarakat dan pelaku usaha menghemat listrik. Tapi untuk kegiatan ekonomi, pemerintah seharusnya memberi kompensasi, termasuk buat para UMKM. "Ini seharusnya dipikirkan juga oleh pemerintah, jangan main pukul rata," pungkas Thomas.
(dmd)