Empat Pendorong Utama Ketimpangan Sosial di Indonesia
A
A
A
JAKARTA - Tingginya ketimpangan sosial di Indonesia mendapat perhatian serius dari Bank Dunia (World Bank). Bank Dunia mencatat ada empat pendorong utama ketimpangan di Indonesia yang akan berpengaruh terhadap generasi sekarang dan di masa mendatang.
Hal tersebut disampaikan Kepala Perwakilan Bank Dunia untuk Indonesia Rodrigo A Chaves. Menurutnya, meskipun pertumbuhan ekonomi dan pengurangan kemiskinan di Indonesia mengesankan, namun kesetaraan dalam pertumbuhan lebih sulit tercapai.
"Pertama, ketimpangan peluang dimana anak-anak miskin sering kali tidak memiliki kesempatan awal yang adil dalam hidup. Sehingga mengurangi kemampuan mereka untuk sukses di masa depan," ujarnya di Jakarta, Selasa (8/12/2015)
Kedua, kata Chaves, pekerjaan yang tidak merata yakni pasar tenaga kerja terbagi menjadi pekerja terampil dengan upah semakin meningkat, dan pekerja tidak terampil yang tidak memiliki kesempatan mengembangkan keterampilan dan upah yang rendah.
"Ketiga, tingginya konsentrasi kekayaan, yaitu segelintir warga Indonesia meraup keuantungan lewat kepemilikan aset keuangan yang kadang diperoleh melalui korupsi," imbuh Rodrigo.
Keempat, lanjut dia, ketahanan ekonomi rendah yaitu guncangan semakin umum terjadi dan sangat memengaruhi rumah tangga miskin dan renta sehingga mengikis kemampuan mereka memperoleh penghasilan dan berinvestasi dalam kesehatan dan pendidikan yang diperlukan untuk meningkatkan derajat ekonomi.
Hal tersebut disampaikan Kepala Perwakilan Bank Dunia untuk Indonesia Rodrigo A Chaves. Menurutnya, meskipun pertumbuhan ekonomi dan pengurangan kemiskinan di Indonesia mengesankan, namun kesetaraan dalam pertumbuhan lebih sulit tercapai.
"Pertama, ketimpangan peluang dimana anak-anak miskin sering kali tidak memiliki kesempatan awal yang adil dalam hidup. Sehingga mengurangi kemampuan mereka untuk sukses di masa depan," ujarnya di Jakarta, Selasa (8/12/2015)
Kedua, kata Chaves, pekerjaan yang tidak merata yakni pasar tenaga kerja terbagi menjadi pekerja terampil dengan upah semakin meningkat, dan pekerja tidak terampil yang tidak memiliki kesempatan mengembangkan keterampilan dan upah yang rendah.
"Ketiga, tingginya konsentrasi kekayaan, yaitu segelintir warga Indonesia meraup keuantungan lewat kepemilikan aset keuangan yang kadang diperoleh melalui korupsi," imbuh Rodrigo.
Keempat, lanjut dia, ketahanan ekonomi rendah yaitu guncangan semakin umum terjadi dan sangat memengaruhi rumah tangga miskin dan renta sehingga mengikis kemampuan mereka memperoleh penghasilan dan berinvestasi dalam kesehatan dan pendidikan yang diperlukan untuk meningkatkan derajat ekonomi.
(dmd)