BI: Indonesia Hadapi Situasi Dilematis Ekonomi
A
A
A
JAKARTA - Deputi Direktur Departemen Kebijakan Makroprudensial Bank Indonesia Dwityapoetra Soeyasa Besar menyatakan Indonesia saat ini tengah menghadapi situasi yang dilematis dalam hal ekonomi. Dia menjelaskan Indonesia saat ini tersandera beberapa masalah global yang efeknya ke perekonomian Tanah Air
Salah satunya adalah tersanderanya ekonomi domestik terhadap kenaikan Fed rate (suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat) karena pengaruh dari perilaku pasar global. Meski kenaikannya belum terealisasi. (Baca Juga: Penurunan BI Rate Tersandera Kenaikan Suku Bunga Amerika)
"Yang kita hadapi dilematis. Kita tersandera kenaikan fed rate karena akan berpengaruh ke perilaku pasar global. Ini juga akan berdampak ke kondisi pasar keuangan domestik khususnya saham karena pasar saham sangat bergantung pola pertumbuhan ekonomi," jelasnya di Bank Indonesia, Kamis (10/12/2015)
Sementara itu, Indonesia masih bisa berharap banyak dengan pertumbuhan ekonomi yang sekarang bergerak naik sedikit demi sedikit. Menurutnya pelaku pasar saham intinya akan melihat pertumbuhan ekonomi.
"Kalau PE (pertumbuhan ekonomi) bagus maka perusahaan akan punya profit dan returnnya tinggi. Sehingga ekspektasi yang ada harus dijaga agar pemain global bisa bertahan dan terus percaya. Tapi kita menghadapi dilema dan harus tetap percaya diri. Maka yang paling cepat bisa dilakukan adalah reformasi struktural jangka panjang. Upaya BI adalah menjadi kepercayaan dan bisa menambah likuiditas di pasar," pungkas dia.
Salah satunya adalah tersanderanya ekonomi domestik terhadap kenaikan Fed rate (suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat) karena pengaruh dari perilaku pasar global. Meski kenaikannya belum terealisasi. (Baca Juga: Penurunan BI Rate Tersandera Kenaikan Suku Bunga Amerika)
"Yang kita hadapi dilematis. Kita tersandera kenaikan fed rate karena akan berpengaruh ke perilaku pasar global. Ini juga akan berdampak ke kondisi pasar keuangan domestik khususnya saham karena pasar saham sangat bergantung pola pertumbuhan ekonomi," jelasnya di Bank Indonesia, Kamis (10/12/2015)
Sementara itu, Indonesia masih bisa berharap banyak dengan pertumbuhan ekonomi yang sekarang bergerak naik sedikit demi sedikit. Menurutnya pelaku pasar saham intinya akan melihat pertumbuhan ekonomi.
"Kalau PE (pertumbuhan ekonomi) bagus maka perusahaan akan punya profit dan returnnya tinggi. Sehingga ekspektasi yang ada harus dijaga agar pemain global bisa bertahan dan terus percaya. Tapi kita menghadapi dilema dan harus tetap percaya diri. Maka yang paling cepat bisa dilakukan adalah reformasi struktural jangka panjang. Upaya BI adalah menjadi kepercayaan dan bisa menambah likuiditas di pasar," pungkas dia.
(akr)