Rupiah Merana Sentuh Rp14.150/USD
A
A
A
JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) pada penutupan hari pertama pekan ini terpuruk di atas Rp14.000/USD, setelah pada perdagangan siang sempat menguat.
Berdasarkan data Yahoo Finance, rupiah ditutup menyentuh Rp14.150/USD, dengan kisaran harian Rp13.908-Rp14162/USD. Angka tersebut lebih rendah sebesar 242 poin dari penutupan pekan lalu di posisi Rp13.957/USD.
Rupiah berdasarkan data Sindonews bersumber dari Limas berada di level Rp14.158/USD, melamah 88 poin dari perdagangan Rp14.070/USD pada pekan lalu.
Sementara rupiah berdasarkan data Bloomberg berada pada level Rp14.122/USD, terdepresiasi 130 poin dari pekan lalu sebesar Rp13.992/USD.
Selanjutnya, posisi rupiah berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) BI berada pada level Rp14.009/USD melemah 72 poin dari Rp13.937/USD pada penutupan pekan lalu.
Dikutip dari Reuters, Senin (14/10/2015), dolar naik tipis terhadap sekeranjang mata uang lain di dunia karena investor fokus pada prospek kenaikan suku bunga bank sentral AS (Fed rate) pertama dalam hampir satu dekade.
Yuan mencapai titik terendah dalam 4 setengah tahun di perdagangan CNY = CFXS setelah bank sentral negara itu kembali menurunkan mata uang ke titik tengah CNY = SAEC. Indeks USD naik 0,3% dari akhir pekan kemrain, di angka 97,874 DXY. Sementara yuan tergelincir hingga 2% hanya dalam waktu sepekan.
"Setelah devaluasi pada Agustus, hal ini akan menjadi jalan panjang dan terbukti," kata Neil Mellor, ahli strategi mata uang di Bank of New York Mellon, London.
"Ini tidak akan mengejutkan saya jika mereka terus membiarkannya jatuh. China memiliki masalah struktural yang sangat besar. Devaluasi ini terjadi karena jelas diperlukan jika mereka ingin memenuhi target pertumbuhan mereka," tandasnya.
Berdasarkan data Yahoo Finance, rupiah ditutup menyentuh Rp14.150/USD, dengan kisaran harian Rp13.908-Rp14162/USD. Angka tersebut lebih rendah sebesar 242 poin dari penutupan pekan lalu di posisi Rp13.957/USD.
Rupiah berdasarkan data Sindonews bersumber dari Limas berada di level Rp14.158/USD, melamah 88 poin dari perdagangan Rp14.070/USD pada pekan lalu.
Sementara rupiah berdasarkan data Bloomberg berada pada level Rp14.122/USD, terdepresiasi 130 poin dari pekan lalu sebesar Rp13.992/USD.
Selanjutnya, posisi rupiah berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) BI berada pada level Rp14.009/USD melemah 72 poin dari Rp13.937/USD pada penutupan pekan lalu.
Dikutip dari Reuters, Senin (14/10/2015), dolar naik tipis terhadap sekeranjang mata uang lain di dunia karena investor fokus pada prospek kenaikan suku bunga bank sentral AS (Fed rate) pertama dalam hampir satu dekade.
Yuan mencapai titik terendah dalam 4 setengah tahun di perdagangan CNY = CFXS setelah bank sentral negara itu kembali menurunkan mata uang ke titik tengah CNY = SAEC. Indeks USD naik 0,3% dari akhir pekan kemrain, di angka 97,874 DXY. Sementara yuan tergelincir hingga 2% hanya dalam waktu sepekan.
"Setelah devaluasi pada Agustus, hal ini akan menjadi jalan panjang dan terbukti," kata Neil Mellor, ahli strategi mata uang di Bank of New York Mellon, London.
"Ini tidak akan mengejutkan saya jika mereka terus membiarkannya jatuh. China memiliki masalah struktural yang sangat besar. Devaluasi ini terjadi karena jelas diperlukan jika mereka ingin memenuhi target pertumbuhan mereka," tandasnya.
(dmd)