Angka Kemiskinan Meningkat Tembus 28,51 Juta Orang
A
A
A
JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat penduduk Indonesia yang masih hidup di bawah garis kemiskinan hingga September 2015 mencapai 28,51 juta atau 11,13% dari total penduduk Indonesia. Namun, jika dibanding periode September 2014 angka terus meningkat.
Kepala BPS Suryamin menyebutkan, pada periode September 2014 jumlah penduduk miskin masih sekitar 27,73 juta jiwa atau 10,96% dari penduduk Indonesia. Dibanding September 2015, jumlah penduduk miskin meningkat sekitar 780 ribu jiwa.
Menurutnya, cukup tingginya lonjakan angka kemiskinan dibanding September 2014 lantaran harga komoditas beras yang naik. Selain itu, pada periode tersebut gejolak perekonomian global belum terjadi. (Baca: Kemiskinan RI Disorot Dunia, Jokowi Peringatkan Jajaran Menteri)
"Harga beras meningkat, sehingga garis kemiskinan masih meningkat dibanding September 2014, dan gejolak perekonomian global juga belum terjadi pada September 2014," katanya di Gedung BPS, Jakarta, Senin (4/1/2015).
Suryamin menambahkan, harga bahan bakar minyak (BBM) pada periode Januari 2014 hingga September 2014 juga belum mengalami kenaikan. Kenaikan harga BBM baru terjadi pada November 2014, sehingga angka kemiskinan kala itu belum cukup melonjak.
"Setelah kondisi BBM naik, terus ada bantuan sosial untuk pendidikan, raskin juga masih ada, dan bantuan sosial lainnya. Sehingga untuk 2015, dari Maret ke September ada penurunan (angka kemiskinan)," jelasnya.
Suryamin menuturkan, jumlah penduduk miskin secara total menurun 80 ribu orang dibanding Maret 2015. "Dibanding Maret 2015 terjadi penurunan (angka kemiskinan) secara total. Menurun 80 ribu orang. Sehingga persentasenya menurun dari 11,22% jadi 11,13%," ujarnya.
Dia mengatakan, penurunan ini terjadi baik di perkotaan maupun di pedesaan. Di perkotaan, jumlah penduduk miskin menurun sekitar 30 ribu orang. Pada Maret 2015, penduduk miskin mencapai 10,65 juta orang dan kini menjadi 10,62 juta orang. Sementara di pedesaan dari 17,94 juta orang turun menjadi 17,89 juta orang.
Kendati menurun, lanjut Suryamin, namun penurunan angka kemiskinan tersebut sangat tipis sekali. Oleh sebab itu, harus ada strategi khusus untuk mengurangi angka kemiskinan tersebut.
"Karena karakteristik penduduk miskin yang sekarang itu di antaranya sebagian besar di sektor pertanian sebagai buruh sekitar 54%," imbuhnya.
Tak hanya itu, tipisnya penurunan angka kemiskinan juga disebabkan karena kepala rumah tangga sebagian besar berada di usia sekitar 50 tahun dengan pendidikannya mayoritas tidak tamat sekolah dasar. Selain itu, jumlah anggota rumah tangga yang harus ditanggung cukup banyak, antara empat hingga lima orang.
"Jadi karakteristik itu, penurunan kemiskinan itu harus ada strategi khusus. Usianya 50 tahun, makanya dengan adanya raskin, atau cash yang diberikan, dan kesehatan gratis itu membantu," tandasnya.
Kepala BPS Suryamin menyebutkan, pada periode September 2014 jumlah penduduk miskin masih sekitar 27,73 juta jiwa atau 10,96% dari penduduk Indonesia. Dibanding September 2015, jumlah penduduk miskin meningkat sekitar 780 ribu jiwa.
Menurutnya, cukup tingginya lonjakan angka kemiskinan dibanding September 2014 lantaran harga komoditas beras yang naik. Selain itu, pada periode tersebut gejolak perekonomian global belum terjadi. (Baca: Kemiskinan RI Disorot Dunia, Jokowi Peringatkan Jajaran Menteri)
"Harga beras meningkat, sehingga garis kemiskinan masih meningkat dibanding September 2014, dan gejolak perekonomian global juga belum terjadi pada September 2014," katanya di Gedung BPS, Jakarta, Senin (4/1/2015).
Suryamin menambahkan, harga bahan bakar minyak (BBM) pada periode Januari 2014 hingga September 2014 juga belum mengalami kenaikan. Kenaikan harga BBM baru terjadi pada November 2014, sehingga angka kemiskinan kala itu belum cukup melonjak.
"Setelah kondisi BBM naik, terus ada bantuan sosial untuk pendidikan, raskin juga masih ada, dan bantuan sosial lainnya. Sehingga untuk 2015, dari Maret ke September ada penurunan (angka kemiskinan)," jelasnya.
Suryamin menuturkan, jumlah penduduk miskin secara total menurun 80 ribu orang dibanding Maret 2015. "Dibanding Maret 2015 terjadi penurunan (angka kemiskinan) secara total. Menurun 80 ribu orang. Sehingga persentasenya menurun dari 11,22% jadi 11,13%," ujarnya.
Dia mengatakan, penurunan ini terjadi baik di perkotaan maupun di pedesaan. Di perkotaan, jumlah penduduk miskin menurun sekitar 30 ribu orang. Pada Maret 2015, penduduk miskin mencapai 10,65 juta orang dan kini menjadi 10,62 juta orang. Sementara di pedesaan dari 17,94 juta orang turun menjadi 17,89 juta orang.
Kendati menurun, lanjut Suryamin, namun penurunan angka kemiskinan tersebut sangat tipis sekali. Oleh sebab itu, harus ada strategi khusus untuk mengurangi angka kemiskinan tersebut.
"Karena karakteristik penduduk miskin yang sekarang itu di antaranya sebagian besar di sektor pertanian sebagai buruh sekitar 54%," imbuhnya.
Tak hanya itu, tipisnya penurunan angka kemiskinan juga disebabkan karena kepala rumah tangga sebagian besar berada di usia sekitar 50 tahun dengan pendidikannya mayoritas tidak tamat sekolah dasar. Selain itu, jumlah anggota rumah tangga yang harus ditanggung cukup banyak, antara empat hingga lima orang.
"Jadi karakteristik itu, penurunan kemiskinan itu harus ada strategi khusus. Usianya 50 tahun, makanya dengan adanya raskin, atau cash yang diberikan, dan kesehatan gratis itu membantu," tandasnya.
(dmd)