Kilang Terapung Diklaim Terbaik untuk Blok Masela
A
A
A
JAKARTA - Perdebatan mengenai cara pembangunan apa yang terbaik untuk kilang di Blok Masela, Maluku masih terjadi, meski sebelumnya Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said menyebutkan bahwa konsultan memberikan rekomendasi sistem LNG terapung (floating LNG/offshore) disarankan untuk blok Masela.
(Baca Juga: Konsultan Rekomendasikan Kilang Blok Masela Dibangun di Laut)
Dukungan soal LNG terapung kali ini datang dari Pengamat energi Mamit Setiawan yang juga menjabat sebagai Direktur Eksekutif Energy Watch, menekankan bahwa penggunaan FLNG pada blok Masela adalah pilihan terbaik di bandingkan dengan onshore liquefied natural gas (OLNG) atau pipanisasi.
"Secara teknis bisa berjalan dengan cepat dan lebih siap. Apalagi dengan OLNG, kita harus membebaskan lahan dalam jumlah yang cukup besar. Belum lagi terkendala dengan masyarakat sekitar," jelasnya dalam keterangan terulis di Jakarta, Rabu (6/1/2015).
Dia menambahkan terkait keputusan mengelola blok gas sejatinya harus berpihak pada kepentingan masyarakat setempat dan nasional. Diterangkan Dia setidaknya ada tiga aspek yang harus menjadi prioritas pemerintah dalam pengembil keputusan soal blok gas Masela yakni bentuk multiplier effect bagi masyarakat setempat, pemerintah daerah, dan kepentingan nasional.
"Pertama, dampak yang harus dirasakan masyarakat adalah penyerapan tenaga kerja. Kedua untuk pemerintah daerah adalah peningkatan pendapatan asli daerah (PAD), termasuk kemungkinan participating interest (PI) pemerintah provinsi Maluku melalui BUMD," lanjutnya.
"Terakhir yakni multiplier effect bagi kepentingan nasional adalah keselarasan pembangunan industri migas yang selaras dengan arah kebijakan nasional tentang kemaritiman," tandasnya.
(Baca Juga: Konsultan Rekomendasikan Kilang Blok Masela Dibangun di Laut)
Dukungan soal LNG terapung kali ini datang dari Pengamat energi Mamit Setiawan yang juga menjabat sebagai Direktur Eksekutif Energy Watch, menekankan bahwa penggunaan FLNG pada blok Masela adalah pilihan terbaik di bandingkan dengan onshore liquefied natural gas (OLNG) atau pipanisasi.
"Secara teknis bisa berjalan dengan cepat dan lebih siap. Apalagi dengan OLNG, kita harus membebaskan lahan dalam jumlah yang cukup besar. Belum lagi terkendala dengan masyarakat sekitar," jelasnya dalam keterangan terulis di Jakarta, Rabu (6/1/2015).
Dia menambahkan terkait keputusan mengelola blok gas sejatinya harus berpihak pada kepentingan masyarakat setempat dan nasional. Diterangkan Dia setidaknya ada tiga aspek yang harus menjadi prioritas pemerintah dalam pengembil keputusan soal blok gas Masela yakni bentuk multiplier effect bagi masyarakat setempat, pemerintah daerah, dan kepentingan nasional.
"Pertama, dampak yang harus dirasakan masyarakat adalah penyerapan tenaga kerja. Kedua untuk pemerintah daerah adalah peningkatan pendapatan asli daerah (PAD), termasuk kemungkinan participating interest (PI) pemerintah provinsi Maluku melalui BUMD," lanjutnya.
"Terakhir yakni multiplier effect bagi kepentingan nasional adalah keselarasan pembangunan industri migas yang selaras dengan arah kebijakan nasional tentang kemaritiman," tandasnya.
(akr)