Industri kreatif Harus Jadi Mesin Pertumbuhan

Kamis, 21 Januari 2016 - 02:36 WIB
Industri kreatif Harus...
Industri kreatif Harus Jadi Mesin Pertumbuhan
A A A
JAKARTA - Industri kreatif harus menjadi mesin pertumbuhan ekonomi dunia. Karena industri kreatif saat ini merupakan satu dari sektor-sektor yang paling mampu berkembang di tengah hantaman perlambatan ekonomi dunia.

Dalam sesi kedua sidang tahunan Asia Pacific Parliamentary Forum (APPF) ke-24, Wakil Ketua DPR RI Fadli Zon mengatakan bahwa industri kreatif adalah sektor yang paling tangguh bertahan di tengah situasi ekonomi global yang melambat. "Banyak perusahaan besar jatuh akibat krisis keuangan global, namun hal itu tidak berlaku bagi kelompok UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah) yang berbasis industri kreatif. Mereka adalah sektor yang lebih mampu bertahan terhadap krisis,’’ kata Fadli Zon saat menyampaikan pidato yang berjudul "Fostering Innovation and Connectivity" di Vancouver, Kanada pada Selasa (19/1/2015) waktu setempat dan Rabu (20/1/2015) WIB.

Daya tahan industri kreatif ini telah menginspirasi negara anggota APPF untuk mendorong munculnya inovasi-inovasi baru. Industri kreatif merupakan sumber utama timbulnya ide-ide inovasi untuk terciptanya produk-produk dan pelayanan yang baru. Terbukti indutri kreatif seperti seni dan kerajinan tangan, buku-buku, desain, film, musik, seni pertunjukan dan visual terus bergerak maju. Hal ini menandakan era baru dimana industri kreatif sangat berperan dalam ketahanan ekonomi.

Dengan basis industri kreatif tersebut, UMKM telah menjadi mesin pertumbuhan dan penciptaan lapangan kerja di Asia Pasifik. ‘’Kuncinya harus terus ada inovasi,’’ paparnya.

Menurut Fadli Zon, keragaman budaya Indonesia yang berpenduduk 260 juta jiwa merupakan sumber penting untuk menciptakan industri kreatif. Sedikitnya ada 14 jenis industri kreatif yang berkembang pesat seperti fesyen, periklanan, desain, film dan pengembangan software.

Dalam indutri kreatif, fesyen telah memberikan kontribusi yang paling besar pada GDP sebesar 63,3% yang disusul sektor seni kerajinan 33,2%. "Di Indonesia, industri kreatif (UMKM) memberikan kontribusi yang besar, 57% dari total GDP. Kunci dari majunya sektor ini, didorong setidaknya oleh dua faktor: human capital dan pasar domestik yang besar."

Melihat potensi yang sangat besar pada sektor industri kreatif, Indonesia terus mendorong agar industri kreatif semakin terkoneksi, tidak hanya dengan pasar domestik, tapi juga pasar global. "Sebagai sebuah negara kepulauan, konektifitas adalah tantangan sekaligus hal yang sangat esensial.Indonesia saat ini sangat gencar melakukan pembangunan infrastruktur dan juga informasi teknologi," paparnya.

Dalam hal ini, peran parlemen sangat penting mendorong inisiatif pemerintah membangun konektifitas industri kreatif dengan pasar baik domestik maupun global.

Apalagi, isu integrasi ekonomi telah menjadi agenda di kawasan Asia Pasifik. Dan integrasi ekonomi menawarkan peluang-peluang yang bagus bagi tumbuhnya UMKM di pasar global. Dalam arti, integrasi ekonomi akan membuat UMKM meng-upgrade model bisnisnya agar dapat bersaing di pasar dunia. Hal ini juga akan membuka lapangan kerja yang pada gilirannya bisa meningkatkan pertumbuhan ekonomi. ‘’Disinilah konektivitas menjadi sangat penting. Integrasi pasar memerlukan adanya konektivitas,’’ papar Wakil Ketua Umum Gerindra ini.

Dan Indonesia perlu segera membangun konektivitas yang sangat baik untuk menghubungkan ribuan pulau. Salah satunya bisa dengan cara mengembangkan media digital. Dengan lebih dari 100 juta pengguna internet, pengembangan teknologi informasi di Indonesia akan meningkatkan pertumbuhan dan kesejahteraan masyarakat. "Dalam konteks ini, kami mendorong pemerintah untuk mengalokasikan anggaran dalam upaya membangun infrastruktur, pelabuhan dan transportasi laut,’’ katanya.

Hal ini penting agar konektivitas antarkawasan di Indonesia bisa cepat diwujudkan. Di sini pengawasan terhadap implementasi ketentuan yang mengatur teknologi informasi juga sangat penting.

Senada, anggota BKSAP DPR Irine Yusiana Roba Putri berharap ada kesepakatan Parlemen se-Asia Pasifik untuk mendorong peningkatan pendidikan kecakapan wirausaha anak muda, khususnya sektor ekonomi kreatif. “Ekonomi kreatif yang memanfaatkan beragam keunggulan internet sudah terbukti memberikan kontribusi besar bagi banyak negara, secara ekonomi maupun sosial politik,’’ kata Irine Yusiana. Karena itu, forum strategis ini perlu langkah kerjasama lebih konkret untuk mengaktualisasikan potensi itu.

Politikus PDI Perjuangan itu menyatakan bahwa sejauh ini, negara-negara Asia Pasifik sudah melakukan sejumlah kerjasama untuk meningkatkan mobilitas pelajar, pendidik, dan peneliti di antara mereka. Negara APEC bahkan menargetkan satu juta mahasiswa melakukan mobilitas antarnegara di Asia Pasifik sebelum 2020.

Namun, Irine menekankan bahwa semua program pendidikan yang dibuat harus juga mengarah pada pengembangkan semangat dan kecakapan wirausaha. "Sebab hanya dengan orientasi pada tataran praktis itu, angka pengagguran anak muda bisa diturunkan secara memadai, tanpa perlu menunggu campur tangan investor besar," papar Irine.

Sidang APPF ke-24 berlangsung di Vancouver sejak 17-22 Januari 2016. Pada pertemuan tahun ini, dibahas tiga sektor isu: Politik dan Keamanan, Ekonomi dan Perdagangan, serta Kerjasama Kawasan Asia Pasifik.

APPF adalah forum Parlemen negara-negara Asia Pasifik yang dibentuk pada 1991 oleh 9 negara, dimana Indonesia adalah salah satu negara pendiri. Pada pertemuan ini hadir 20 delegasi negara, seperti Kanada, Jepang, Australia, Malaysia, Rusia, Korea Selatan, Fiji dan Selandia Baru.
(dmd)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8060 seconds (0.1#10.140)