JK: Harga Minyak Turun karena Ekonomi dan Konspirasi
A
A
A
JAKARTA - Wakil Presiden (Wapres) RI Jusuf Kalla (JK) mengemukakan, harga minyak dunia yang terus merosot hingga di bawah USD30 per barel bisa dikarenakan murni masalah ekonomi atau ada politik konspirasi.
Hal tersebut dikatakannya dalam "News Forum Indonesia 2016 Challenges and Opportunities" bersama Wapres RI Jusuf Kalla dan CEO MNC Group Hary Tanoesoedibjo (HT) yang digelar MNC Media.
"Harga minyak dunia menurun, akibat permintaan menurun. Ada dua masalah, ekonomi dan politik atau konspirasi. Dua-duanya bisa," katanya di Gedung MNC News Center, Jakarta, Kamis (21/1/2016).
Dia menjelaskan, harga minyak dunia yang turun ini lantaran sikap negara di Timur Tengah yang ingin mematikan bisnis shale gas yang tengah dikembangkan Amerika Serikat (AS). Negara Timur Tengah seperti Arab Saudi tidak mau bisnis shale gas Paman Sam berkembang.
"Timur Tengah enggak mau itu (shale gas AS) berkembang. Akibatnya dia (Arab Saudi) bikin harganya turun," imbuh JK.
Wapres menuturkan, kendati ditengarai ada aksi konspirasi yang terjadi atas penurunan harga minyak, namun penyebabnya tetap lebih karena murni masalah ekonomi. Apalagi, belum lama ini sanksi ekonomi AS dan Eropa kepada Iran telah dicabut.
"Iran damai tambah turun lagi (harga minyak dunia). Jadi lebih besar karena masalah ekonominya," tuturnya.
Menurutnya, jika penurunan ini karena konspirasi, maka yang paling menderita ke depan adalah Arab Saudi. Sebab, jika harga minyak dunia terus dibiarkan merosot maka dalam lima tahun mendatang Arab Saudi akan bangkrut. "Artinya kalau lima tahun begini, Saudi bisa bangkrut," ungkap dia.
Selain itu, penurunan harga minyak dunia ini juga karena langkah negara anggota OPEC untuk tidak memangkas produksi minyaknya. Belajar dari pengalaman krisis pada 1980-an, begitu harga minyak dunia turun mereka memangkas produksi, namun justru kehilangan market share.
"Belajar dari situ, sekarang dia (OPEC) enggak mau turunkan produksi. Akibatnya kena, ditambah sebenarnya dengan ISIS, Irak, dimana dia jual murah minyaknya untuk perang. Ini terjadi dan tidak ada ujung pangkal. Apa ini konspirasi, urusan perang, atau apa," tandas JK.
Hal tersebut dikatakannya dalam "News Forum Indonesia 2016 Challenges and Opportunities" bersama Wapres RI Jusuf Kalla dan CEO MNC Group Hary Tanoesoedibjo (HT) yang digelar MNC Media.
"Harga minyak dunia menurun, akibat permintaan menurun. Ada dua masalah, ekonomi dan politik atau konspirasi. Dua-duanya bisa," katanya di Gedung MNC News Center, Jakarta, Kamis (21/1/2016).
Dia menjelaskan, harga minyak dunia yang turun ini lantaran sikap negara di Timur Tengah yang ingin mematikan bisnis shale gas yang tengah dikembangkan Amerika Serikat (AS). Negara Timur Tengah seperti Arab Saudi tidak mau bisnis shale gas Paman Sam berkembang.
"Timur Tengah enggak mau itu (shale gas AS) berkembang. Akibatnya dia (Arab Saudi) bikin harganya turun," imbuh JK.
Wapres menuturkan, kendati ditengarai ada aksi konspirasi yang terjadi atas penurunan harga minyak, namun penyebabnya tetap lebih karena murni masalah ekonomi. Apalagi, belum lama ini sanksi ekonomi AS dan Eropa kepada Iran telah dicabut.
"Iran damai tambah turun lagi (harga minyak dunia). Jadi lebih besar karena masalah ekonominya," tuturnya.
Menurutnya, jika penurunan ini karena konspirasi, maka yang paling menderita ke depan adalah Arab Saudi. Sebab, jika harga minyak dunia terus dibiarkan merosot maka dalam lima tahun mendatang Arab Saudi akan bangkrut. "Artinya kalau lima tahun begini, Saudi bisa bangkrut," ungkap dia.
Selain itu, penurunan harga minyak dunia ini juga karena langkah negara anggota OPEC untuk tidak memangkas produksi minyaknya. Belajar dari pengalaman krisis pada 1980-an, begitu harga minyak dunia turun mereka memangkas produksi, namun justru kehilangan market share.
"Belajar dari situ, sekarang dia (OPEC) enggak mau turunkan produksi. Akibatnya kena, ditambah sebenarnya dengan ISIS, Irak, dimana dia jual murah minyaknya untuk perang. Ini terjadi dan tidak ada ujung pangkal. Apa ini konspirasi, urusan perang, atau apa," tandas JK.
(izz)