Empat Sektor Usaha Berpotensi Berkembang Hadapi MEA
A
A
A
JAKARTA - Empat sektor usaha di wilayah Solo, Jawa Tengah memiliki potensi pengembangan tinggi dalam menghadapi pasar bebas Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Keempat sektor ini diharapkan menjadi peluang bagi pelaku usaha di Indonesia dalam mengembangkan bisnis.
Head of Industry and Region Research Office of Chief Economic Bank Mandiri, Dendi Ramdani mengatakan, empat sektor yang memiliki potensi tinggi pertama adalah usaha tekstil dan produk tekstil. Kedua adalah batik, ketiga mebel kayu, rotan dan metal, serta keempat kerajinan kayu dan rotan.
"Keempat sektor memiliki potensi tinggi untuk menembus pasar baru di ASEAN, dan juga negara-negara eropa," ujar Dendi dalam diskusi media dengan tema industri kreatif kuat, MEA menjadi pasar yang menjanjikan di Solo, Jawa Tengah, Jumat (29/1/2016) siang.
Guna mencapai hal itu, pelaku usaha harus meningkatkan produktivitasnya. Selain juga juga harus membuat desain yang kreatif serta menggunakan teknik marketing dan advertising yang inovatif.
Selanjutnya, industri percetakan dan reproduksi media rekaman adalah sektor usaha yang juga memiliki produktivitas tinggi di Solo. Produktivitas yang dihitung berdasarkan rasio nilai tambah dibagi jumlah tenaga produksi, menunjukkan sektor tersebut memiliki nilai Rp135,3 juta/pekerja.
Dari data yang dimiliki, industri tekstil dan produk tekstil merupakan ekspor terbesar di Solo pada 2014 lalu. Disusul batik dan kantong plastik. Tekstil dan produk tekstil mencapai USD20 miliar. Batik USD9,4 miliar, kantong plastik USD3,2 miliar. Sementara, mebel rotan sebesar USD784 juta, mebel kayu USD635 juta.
Dia mengatakan, MEA bukan ancaman tetapi peluang bagi Indonesia. Pasalnya Indonesia merupakan negara terluas dengan jumlah penduduk terbanyak di ASEAN. Selain itu juga memiliki pendapatan domestic bruto (PDB) terbesar disusul Thailand, Malaysia dan singapura. "Indonesia juga merupakan tujuan investasi terbesar kedua di asean setelah Singapura," imbuh Dendi.
Ketua Forum Economic Development and Employment Promotion (Fedep) Kota Solo, David R Wijaya mengatakan, industri kreatif memiliki peran strategis. Pasalnya, Indonesia memiliki lebih daru 53 juta unit usaha dan memberikan kontribusi PDB sekitar 57%. Sementara kelompok usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) menyerap banyak tenaga kerja mencapai 97%. "Salah satu persoalan yang dihadapi UMKM adalah keterbatasan networking dan akses pasar," tandasnya.
Head of Industry and Region Research Office of Chief Economic Bank Mandiri, Dendi Ramdani mengatakan, empat sektor yang memiliki potensi tinggi pertama adalah usaha tekstil dan produk tekstil. Kedua adalah batik, ketiga mebel kayu, rotan dan metal, serta keempat kerajinan kayu dan rotan.
"Keempat sektor memiliki potensi tinggi untuk menembus pasar baru di ASEAN, dan juga negara-negara eropa," ujar Dendi dalam diskusi media dengan tema industri kreatif kuat, MEA menjadi pasar yang menjanjikan di Solo, Jawa Tengah, Jumat (29/1/2016) siang.
Guna mencapai hal itu, pelaku usaha harus meningkatkan produktivitasnya. Selain juga juga harus membuat desain yang kreatif serta menggunakan teknik marketing dan advertising yang inovatif.
Selanjutnya, industri percetakan dan reproduksi media rekaman adalah sektor usaha yang juga memiliki produktivitas tinggi di Solo. Produktivitas yang dihitung berdasarkan rasio nilai tambah dibagi jumlah tenaga produksi, menunjukkan sektor tersebut memiliki nilai Rp135,3 juta/pekerja.
Dari data yang dimiliki, industri tekstil dan produk tekstil merupakan ekspor terbesar di Solo pada 2014 lalu. Disusul batik dan kantong plastik. Tekstil dan produk tekstil mencapai USD20 miliar. Batik USD9,4 miliar, kantong plastik USD3,2 miliar. Sementara, mebel rotan sebesar USD784 juta, mebel kayu USD635 juta.
Dia mengatakan, MEA bukan ancaman tetapi peluang bagi Indonesia. Pasalnya Indonesia merupakan negara terluas dengan jumlah penduduk terbanyak di ASEAN. Selain itu juga memiliki pendapatan domestic bruto (PDB) terbesar disusul Thailand, Malaysia dan singapura. "Indonesia juga merupakan tujuan investasi terbesar kedua di asean setelah Singapura," imbuh Dendi.
Ketua Forum Economic Development and Employment Promotion (Fedep) Kota Solo, David R Wijaya mengatakan, industri kreatif memiliki peran strategis. Pasalnya, Indonesia memiliki lebih daru 53 juta unit usaha dan memberikan kontribusi PDB sekitar 57%. Sementara kelompok usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) menyerap banyak tenaga kerja mencapai 97%. "Salah satu persoalan yang dihadapi UMKM adalah keterbatasan networking dan akses pasar," tandasnya.
(dmd)