HT Ingatkan Pemerintah Ketimpangan Sosial di Indonesia Makin Lebar
A
A
A
JAKARTA - Chief Executive Officer (CEO) MNC Group Hary Tanoesoedibjo mengingatkan Indonesia bahwa saat ini jurang ketimpangan dan kesenjangan sosial di Indonesia semakin lebar. Jika ingin membangun Indonesia yang kokoh ke depannya, maka pemerintah harus segera mempersempit kesenjangan sosial tersebut.
Dia menyebutkan, sebesar 30% masyarakat di Indonesia hidup pada tatanan menengah ke atas, sementara 70% lainnya masih hidup dalam tatanan menengah ke bawah atau bahkan hidup di bawah garis kemiskinan.
"Ketimpangan semakin lebar. Karena pertumbuhan ekonomi hanya tertumpu ke masyarakat mapan. Karena proyek-proyek banyak ke masyarakat mapan. Akibatnya kalangan menengah bawah tumbuhnya lebih kecil dari yang mapan," katanya dalam acara Wisuda Program Pendidikan Profesi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Trisakti di Hotel Pullman, Jakarta, Sabtu (27/2/2016).
Pria yang akrab disapa HT ini menuturkan, selama 70 tahun merdeka namun pendapatan per kapita di Indonesia masih USD3.400 per tahun. Padahal, batas minimum negara dikatakan sebagai negara maju jika pendapatan per kapitanya sekitar USD12.000 per tahun.
"Batas minimum negara dikatakan negara maju jika pendapatan per kapita USD12.000 per tahun. Di mana Indonesia? Indo masih (pendapatan per kapita) USD3.400 per tahun. Untuk mencapai ke batas minimum itu masih harus lompat dari USD3.400-USD12.000," tutur dia.
Hal ini terjadi lantaran pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya ditopang oleh masyarakat menengah ke atas yang jumlahnya hanya sekitar 30%. Untuk mengubah hal tersebut, Indonesia mau tidak mau harus memperhatikan masyarakat menengah ke bawah. Pertumbuhannya bahkan harus jauh lebih tinggi dari masyarakat menengah ke atas.
" Kalau yang bawah (pertumbuhannya) lebih tinggi dari mapan, maka mereka akan naik kelas sehingga akan jadi penopang ekonomi supaya tumbuh lebih cepat lagi. Ini yang menyebabkan Indonesia masih 28% dari batas minimum negara maju," tandasnya.
Dia menyebutkan, sebesar 30% masyarakat di Indonesia hidup pada tatanan menengah ke atas, sementara 70% lainnya masih hidup dalam tatanan menengah ke bawah atau bahkan hidup di bawah garis kemiskinan.
"Ketimpangan semakin lebar. Karena pertumbuhan ekonomi hanya tertumpu ke masyarakat mapan. Karena proyek-proyek banyak ke masyarakat mapan. Akibatnya kalangan menengah bawah tumbuhnya lebih kecil dari yang mapan," katanya dalam acara Wisuda Program Pendidikan Profesi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Trisakti di Hotel Pullman, Jakarta, Sabtu (27/2/2016).
Pria yang akrab disapa HT ini menuturkan, selama 70 tahun merdeka namun pendapatan per kapita di Indonesia masih USD3.400 per tahun. Padahal, batas minimum negara dikatakan sebagai negara maju jika pendapatan per kapitanya sekitar USD12.000 per tahun.
"Batas minimum negara dikatakan negara maju jika pendapatan per kapita USD12.000 per tahun. Di mana Indonesia? Indo masih (pendapatan per kapita) USD3.400 per tahun. Untuk mencapai ke batas minimum itu masih harus lompat dari USD3.400-USD12.000," tutur dia.
Hal ini terjadi lantaran pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya ditopang oleh masyarakat menengah ke atas yang jumlahnya hanya sekitar 30%. Untuk mengubah hal tersebut, Indonesia mau tidak mau harus memperhatikan masyarakat menengah ke bawah. Pertumbuhannya bahkan harus jauh lebih tinggi dari masyarakat menengah ke atas.
" Kalau yang bawah (pertumbuhannya) lebih tinggi dari mapan, maka mereka akan naik kelas sehingga akan jadi penopang ekonomi supaya tumbuh lebih cepat lagi. Ini yang menyebabkan Indonesia masih 28% dari batas minimum negara maju," tandasnya.
(dol)