Kelemahan Tenaga Kerja RI Ini Wajib Diperbaiki

Minggu, 28 Februari 2016 - 19:00 WIB
Kelemahan Tenaga Kerja...
Kelemahan Tenaga Kerja RI Ini Wajib Diperbaiki
A A A
JAKARTA - Wardour and Oxford mengemukakan memasuki bulan kedua pemberlakuan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), kualitas tenaga kerja Indonesia dinilai masih belum meningkat. Tipe pekerja RI masih didominasi golongan terampil dan terampil rendah.

CEO Wardour and Oxford Wempy Dyocta Koto menjelaskan, jumlah tenaga kerja profesional Indonesia yang memiliki sertifikat atau mengikuti sertifikasi profesi terbilang minim. Padahal, pemerintah mengeklaim mereka telah melakukan percepatan dari sektor-sektor prioritas.
Wempy menyayangkan kenyataan tersebut dan salah satu kelemahan lainnya yang wajib diperbaiki yakni keterampilan manajerial.

“Kelemahan tenaga kerja Indonesia yang pertama adalah tidak memiliki keterampilan manajerial. Jika tenaga kerja Indonesia tidak menyiapkan kompetensi mereka masing-masing, mereka akan terpuruk di era MEA karena serbuan tenaga asing,” ujarnya, dalam keterangan tertulis di Jakarta, Minggu (28/2/2016).

Dia mengungkapkan, keterampilan manajerial tenaga kerja Indonesia terbilang rendah, setelah Kamboja, Laos dan Myanmar. Indikatornya adalah kemampuan menerapkan pengetahuan khusus atau keahlian spesialisasi yang rendah pula.

“Terbukti, sebanyak 83% masyarakat Indonesia tidak bekerja sesuai dengan studi yang mereka ambil semasa kuliah atau sekolah kejuruan. Misalnya, semasa kuliah mereka mengambil studi kebidanan tetapi di dunia kerja, mereka bekerja sebagai tenaga administrasi," katanya.

Ada juga, lanjut Wempy, yang menuntut ilmu komputer atau informatika tetapi di dunia kerja, mereka menjadi kasir. Ini dinilainya fatal di era MEA sehingga wajib diperbaiki.

Menurutnya, terkait dengan keterampilan manajerial, efektivitas kinerja dan efisiensi waktu tenaga kerja asal Indonesia dalam bekerja dianggap masih di bawah rata-rata. Kecepatan kerja mereka juga minim dan lebih banyak membuang waktu, sedikit bekerja, istirahat dan mengobrol berjam-jam.

“Sekitar 77% tenaga kerja Indonesia diketahui memiliki efektivitas kinerja dan efisiensi waktu dalam bekerja yang rendah,” pungkas Wempy.
(dmd)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0730 seconds (0.1#10.140)