Minapadi Pangkas Biaya Pengeluaran Petani Hingga 50%
A
A
A
SLEMAN - Program budi daya ikan air tawar di lahan sawah pertanian padi atau yang disebut dengan minapadi memberikan beberapa keuntungan bagi para petani. Ketua Kelompok minapadi dari mina makmur Yogyakarta, Ariyantono mengatakan dengan sistem minapadi bisa mengurangi cost petani hingga 50%.
"Misalnya, kita pakai Rp150 ribu untuk biaya penyiangan per 1000 meter persegi, semenjak kita ikut program ini, cost untuk pupuk berkurang 50%. Itu untuk pupuk saja, belum buat yang lainnya," jelasnya di Sleman, Yogyakarta, Jumat (11/3/2016).
(Baca Juga: Kementerian KKP Dorong Pengembangan Minapadi Sleman)
Dia menambahkan selain penghematan pupuk, tidak adanya penggunaan pestisida sehingga menghasilkan padi organik yang lebih sehat dengan bantuan ikan Nila Sa asli Yogyakarta dan dialiri dari mata air yang sumbernya berasal dari selokan mataram, dan sumber mata airnya bernama Toksibedu.
"Minimal kita mengurangi penggunaan pupuk kimia, karena kita tidak gunakan pestisida, jadi untuk biaya penyiangan juga berkurang karena kita rendam air terus. Awalnya memang pakai pupuk urea, tapi selebihnya kita pakai ikan saja," kata dia.
Lanjut dia, menjelaskan di sekitar tanaman padi, di tepi-tepinya dipasang jaring-jaring untuk mencegah adanya burung yang memakan ikan Nila Sa ketika baru ditebar.
"Jadi ini ada jaringnya untuk mengantisipasi adanya burung. Jadi ketika tanaman masih kecil, kita tebar ikannya. Nah ikannya ini berwarna, jadi memancing peredaran burung predator. Akhirnya untuk pengamanan, kita pasang jaring," sambungnya.
Sedangkan untuk keamanan padi dan lahannya dari tangan-tangan jahil yang tidak bertanggung jawab, dia mengatakan sama sekali tidak khawatir karena pemilik-pemiliknya adalah warga sekitar.
"Kalau keamanan, yang artinya takut lahannya diracun terus ikannya mati, saya rasa ini cukup aman. Karena ini terbuka, tapi ini milik masyarakat sekitar sini. Jadi kita tidak perlu khawatir kalau misalnya ini dituang racun atau dirusak. Insya Allah aman. Semuanya memiliki," pungkasnya.
"Misalnya, kita pakai Rp150 ribu untuk biaya penyiangan per 1000 meter persegi, semenjak kita ikut program ini, cost untuk pupuk berkurang 50%. Itu untuk pupuk saja, belum buat yang lainnya," jelasnya di Sleman, Yogyakarta, Jumat (11/3/2016).
(Baca Juga: Kementerian KKP Dorong Pengembangan Minapadi Sleman)
Dia menambahkan selain penghematan pupuk, tidak adanya penggunaan pestisida sehingga menghasilkan padi organik yang lebih sehat dengan bantuan ikan Nila Sa asli Yogyakarta dan dialiri dari mata air yang sumbernya berasal dari selokan mataram, dan sumber mata airnya bernama Toksibedu.
"Minimal kita mengurangi penggunaan pupuk kimia, karena kita tidak gunakan pestisida, jadi untuk biaya penyiangan juga berkurang karena kita rendam air terus. Awalnya memang pakai pupuk urea, tapi selebihnya kita pakai ikan saja," kata dia.
Lanjut dia, menjelaskan di sekitar tanaman padi, di tepi-tepinya dipasang jaring-jaring untuk mencegah adanya burung yang memakan ikan Nila Sa ketika baru ditebar.
"Jadi ini ada jaringnya untuk mengantisipasi adanya burung. Jadi ketika tanaman masih kecil, kita tebar ikannya. Nah ikannya ini berwarna, jadi memancing peredaran burung predator. Akhirnya untuk pengamanan, kita pasang jaring," sambungnya.
Sedangkan untuk keamanan padi dan lahannya dari tangan-tangan jahil yang tidak bertanggung jawab, dia mengatakan sama sekali tidak khawatir karena pemilik-pemiliknya adalah warga sekitar.
"Kalau keamanan, yang artinya takut lahannya diracun terus ikannya mati, saya rasa ini cukup aman. Karena ini terbuka, tapi ini milik masyarakat sekitar sini. Jadi kita tidak perlu khawatir kalau misalnya ini dituang racun atau dirusak. Insya Allah aman. Semuanya memiliki," pungkasnya.
(akr)