Selain Vietnam, RI Diminta Waspadai Kekuatan Ekonomi Myanmar
A
A
A
JAKARTA - Pengusaha yang tergabung dalam Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) memperingatkan Indonesia agar mewaspadai kekuatan ekonomi Myanmar di ASEAN, terutama dalam kaitannya dengan menarik investasi masuk ke negaranya. Selama ini, pemerintah hanya mengkhawatirkan Vietnam yang menjadi pesaing terberat Indonesia di level ASEAN.
Wakil Ketua Umum Kadin bidang Ketenagakerjaan dan Hubungan Industrial Antonius Joenoes Supit mengatakan, secara potensi Indonesia memiliki pasar besar yang mampu menjadi daya tarik untuk meningkatkan arus modal yang masuk ke Tanah Air. Apalagi, terdapat potensi investasi yang hijrah dari China sekitar USD300 miliar dan mencari negara investasi baru.
"Ada USD300 miliar potensial ekspor (dari China) yang harus keluar. Artinya bukan dikeluarkan oleh China. Karena China pun ingin pertahankan, tetapi karena karakteristik dan competitiveness di sana lantas harus keluar, sehingga tentu mencari daerah investasi baru," katanya di Hotel Le Meredien, Jakarta, Kamis (17/3/2016).
Selain Vietnam, sambung Antonius, Indonesia juga menjadi salah satu negara yang dipertimbangkan untuk daerah investasi baru. Namun, Indonesia juga harus mengamati pergerakan Myanmar yang mulai melakukan reformasi terhadap ekonomi negaranya.
"Yang harus kita amati adalah Myanmar. Setelah partainya Aung San Su Kyi menang, dan memang dia tidak menjadi presiden tapi peranananya tetap besar, di sana mulai melakukan reformasi," imbuh dia.
Sebelumnya, kata Antonius, perusahaan atau warga negara asing (WNA) di Myanmar tidak diperbolehkan memiliki apartemen. Namun kini, asing sudah diperbolehkan dengan sistem sewa. Meskipun baru hanya diperbolehkan untuk sistem sewa, namun tidak menutup kemungkinan ke depannya mereka akan mengizinkan properti dimiliki WNA.
"Saya yakin sebentar lagi dia (Myanmar) akan ubah. Kalau itu yang dilakukan, reformasi secara tegas ini pasti akan ada pengaruh," tuturnya.
Menurutnya, bagi investor yang terpenting adalah mencari negara yang aman dan memiliki posisi tawar (bargaining position) yang tinggi untuk menanamkan investasinya. Mereka juga melihat kawasan ASEAN menjadi satu market.
"Tapi over all, dilihat bahwa pada akhirnya investasi di Vietnam atau Myanmar, ataupun di Indonesia lebih menguntungkan, maka dia akan datang kesitu," tandas Antonius.
Wakil Ketua Umum Kadin bidang Ketenagakerjaan dan Hubungan Industrial Antonius Joenoes Supit mengatakan, secara potensi Indonesia memiliki pasar besar yang mampu menjadi daya tarik untuk meningkatkan arus modal yang masuk ke Tanah Air. Apalagi, terdapat potensi investasi yang hijrah dari China sekitar USD300 miliar dan mencari negara investasi baru.
"Ada USD300 miliar potensial ekspor (dari China) yang harus keluar. Artinya bukan dikeluarkan oleh China. Karena China pun ingin pertahankan, tetapi karena karakteristik dan competitiveness di sana lantas harus keluar, sehingga tentu mencari daerah investasi baru," katanya di Hotel Le Meredien, Jakarta, Kamis (17/3/2016).
Selain Vietnam, sambung Antonius, Indonesia juga menjadi salah satu negara yang dipertimbangkan untuk daerah investasi baru. Namun, Indonesia juga harus mengamati pergerakan Myanmar yang mulai melakukan reformasi terhadap ekonomi negaranya.
"Yang harus kita amati adalah Myanmar. Setelah partainya Aung San Su Kyi menang, dan memang dia tidak menjadi presiden tapi peranananya tetap besar, di sana mulai melakukan reformasi," imbuh dia.
Sebelumnya, kata Antonius, perusahaan atau warga negara asing (WNA) di Myanmar tidak diperbolehkan memiliki apartemen. Namun kini, asing sudah diperbolehkan dengan sistem sewa. Meskipun baru hanya diperbolehkan untuk sistem sewa, namun tidak menutup kemungkinan ke depannya mereka akan mengizinkan properti dimiliki WNA.
"Saya yakin sebentar lagi dia (Myanmar) akan ubah. Kalau itu yang dilakukan, reformasi secara tegas ini pasti akan ada pengaruh," tuturnya.
Menurutnya, bagi investor yang terpenting adalah mencari negara yang aman dan memiliki posisi tawar (bargaining position) yang tinggi untuk menanamkan investasinya. Mereka juga melihat kawasan ASEAN menjadi satu market.
"Tapi over all, dilihat bahwa pada akhirnya investasi di Vietnam atau Myanmar, ataupun di Indonesia lebih menguntungkan, maka dia akan datang kesitu," tandas Antonius.
(izz)