Sinar Mas Siapkan Investasi USD20 Juta Cegah Karlahut
A
A
A
JAKARTA - Anak usaha Sinar Mas, Asia Pulp & Paper (APP) menyiapkan investasi sebesar USD20 juta untuk pencegahan dan penanggulangan kebakaran hutan. Perusahaan terus memperkuat upaya pencegahan kebakaran lahan dan hutan (karlahut) tahun ini.
"Tahun ini kami menginvestasikan dana sebesar USD20 juta untuk pencegahan dan penanggulangan kebakaran," kata Direktur Sinar Mas Forestry Elim Sritaba dalam rilisnya, Jumat (18/3/2016).
Dia menjelaskan, selain meluncurkan program berbasis peningkatan ekonomi daerah melalui program Desa Makmur Peduli Api (DMPA), peningkatan skill regu pemadam kebakaran, modernisasi peralatan pemadaman, sekaligus mengembangkan sistem pemadaman terintegrasi, APP juga menggunakan teknologi geothermal yang baru pertama kali digunakan di Indonesia untuk deteksi dini titik api.
"Target 2016 ini kami sudah siap menghadapi kemarau, dalam kondisi ekstrem sekalipun, seperti bencana el nino tahun lalu," katanya.
Sementara, General Manager Fire Management APP-Sinar Mas Sujica Lusaka mengatakan, ide menggunakan teknologi geothermal muncul setelah melihat kondisi tahun sebelumnya. Di mana, upaya deteksi dini api belum berlangsung optimal. "Sebelumnya kami masih menggunakan data hotspot dari beberapa website yang kemudian kami overlay dengan peta lokasi," ujarnya.
Pemantauan melalui tower api dirasakan belum optimal, karena titik api kerap terlihat saat membesar dan timbul asap. Dalam kondisi asap yang pekat, bahkan pemadaman dari udarapun sukar dilakukan dengan tepat akibat jarak pandang yang terbatas.
Teknologi thermal yang telah digunakan di Australia, Kanada, serta Afrika Selatan ini dengan kemampuannya menangkap perbedaan suhu di muka tanah, mampu mendeteksi titik api di lahan gambut yang kerap tidak terlihat secara kasat mata.
"Prinsip kerjanya mendeteksi suhu di permukaan, titik api akan terdeteksi jika pada area tertentu terdeteksi suhu panas yang berbeda (ekstrem)," jelas Sujica.
Thermal camera yang dibawa mengudara menggunakan pesawat Cessna 206H Stationair ini, akan bermarkas di Jambi. Pertimbangannya, rute perjalanan harian untuk memantau wilayah Jambi-Riau-Jambi-Sumatera Selatan hanya akan memakan waktu sekitar dua jam.
"Begitu panas terdeteksi, maka sistem akan mengirimkan data serta mengoverlay ke dalam peta konsesi, di mana lokasi titik api akan langsung terlihat. Keseluruhan waktu yang dibutuhkan mulai dari informasi ini awal hingga posisi api, akan sampai kepada tim forest fire kamimaksimal 50 menit," tuturnya.
Pesawat yang diawaki seorang pilot, didampingi operator ini akan terbang harian sesuai kondisi region yang dimonitor berpedoman pada fire danger rating system (FDRS). Apabila FDRS menunjukan warna kuning atau merah maka frekuensi patroli di daerah tersebut akan di tingkatkan menjadi 2-3 kali lipat.
Dalam pengoperasiannya, kata dia, tidak menutup kemungkinan, sistem ini akan mendeteksi titik api yang berasal dari luar konsesi APP. Hal ini akan dinformasikan ke pemerintah daerah dan BPBD terkait.
Sementara pihak pengembang teknologi geothermal ini, Paul M Dare selaku CEO Aeroscientific yang berbasis di Australia mengungkapkan, APP-Sinar Mas merupakan perusahaan swasta pertama di dunia yang memanfaatkan teknologi geothermal dalam deteksi dini titik api.
"Sistem ini terbilang baru dikembangkan, serta menggunakan teknogi terkini. Kami percaya sistem ini yang terbaik saat ini," ungkap Paul.
Teknologi geothermal camera ini akan siap beroperasi penuh pada akhir Maret tahun ini, setelah izin terbang diperoleh.
"Tahun ini kami menginvestasikan dana sebesar USD20 juta untuk pencegahan dan penanggulangan kebakaran," kata Direktur Sinar Mas Forestry Elim Sritaba dalam rilisnya, Jumat (18/3/2016).
Dia menjelaskan, selain meluncurkan program berbasis peningkatan ekonomi daerah melalui program Desa Makmur Peduli Api (DMPA), peningkatan skill regu pemadam kebakaran, modernisasi peralatan pemadaman, sekaligus mengembangkan sistem pemadaman terintegrasi, APP juga menggunakan teknologi geothermal yang baru pertama kali digunakan di Indonesia untuk deteksi dini titik api.
"Target 2016 ini kami sudah siap menghadapi kemarau, dalam kondisi ekstrem sekalipun, seperti bencana el nino tahun lalu," katanya.
Sementara, General Manager Fire Management APP-Sinar Mas Sujica Lusaka mengatakan, ide menggunakan teknologi geothermal muncul setelah melihat kondisi tahun sebelumnya. Di mana, upaya deteksi dini api belum berlangsung optimal. "Sebelumnya kami masih menggunakan data hotspot dari beberapa website yang kemudian kami overlay dengan peta lokasi," ujarnya.
Pemantauan melalui tower api dirasakan belum optimal, karena titik api kerap terlihat saat membesar dan timbul asap. Dalam kondisi asap yang pekat, bahkan pemadaman dari udarapun sukar dilakukan dengan tepat akibat jarak pandang yang terbatas.
Teknologi thermal yang telah digunakan di Australia, Kanada, serta Afrika Selatan ini dengan kemampuannya menangkap perbedaan suhu di muka tanah, mampu mendeteksi titik api di lahan gambut yang kerap tidak terlihat secara kasat mata.
"Prinsip kerjanya mendeteksi suhu di permukaan, titik api akan terdeteksi jika pada area tertentu terdeteksi suhu panas yang berbeda (ekstrem)," jelas Sujica.
Thermal camera yang dibawa mengudara menggunakan pesawat Cessna 206H Stationair ini, akan bermarkas di Jambi. Pertimbangannya, rute perjalanan harian untuk memantau wilayah Jambi-Riau-Jambi-Sumatera Selatan hanya akan memakan waktu sekitar dua jam.
"Begitu panas terdeteksi, maka sistem akan mengirimkan data serta mengoverlay ke dalam peta konsesi, di mana lokasi titik api akan langsung terlihat. Keseluruhan waktu yang dibutuhkan mulai dari informasi ini awal hingga posisi api, akan sampai kepada tim forest fire kamimaksimal 50 menit," tuturnya.
Pesawat yang diawaki seorang pilot, didampingi operator ini akan terbang harian sesuai kondisi region yang dimonitor berpedoman pada fire danger rating system (FDRS). Apabila FDRS menunjukan warna kuning atau merah maka frekuensi patroli di daerah tersebut akan di tingkatkan menjadi 2-3 kali lipat.
Dalam pengoperasiannya, kata dia, tidak menutup kemungkinan, sistem ini akan mendeteksi titik api yang berasal dari luar konsesi APP. Hal ini akan dinformasikan ke pemerintah daerah dan BPBD terkait.
Sementara pihak pengembang teknologi geothermal ini, Paul M Dare selaku CEO Aeroscientific yang berbasis di Australia mengungkapkan, APP-Sinar Mas merupakan perusahaan swasta pertama di dunia yang memanfaatkan teknologi geothermal dalam deteksi dini titik api.
"Sistem ini terbilang baru dikembangkan, serta menggunakan teknogi terkini. Kami percaya sistem ini yang terbaik saat ini," ungkap Paul.
Teknologi geothermal camera ini akan siap beroperasi penuh pada akhir Maret tahun ini, setelah izin terbang diperoleh.
(izz)