IHSG Diproyeksi Masih Rawan Koreksi
A
A
A
JAKARTA - Analis First Asia Capital David Sutyanto memproyeksikan laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan hari ini akan bergerak variatif masih rawan akan terkoreksi. Hal ini diakibatkan aksi ambil untung jangka pendek.
Dia menuturkan, sentimen pasar akan digerakan dengan sejumlah isu individual seperti rilis kinerja keuangan 2015 emiten yang banyak dirilis menjelang akhir Maret. Sehingga, hal tersebut bisa saja memengaruhi pergerakan IHSG.
"IHSG akan bergerak pada kisaran support 4.860 dan resisten di level 4.910, rawan koreksi," kata David di Jakarta, Senin (21/3/2016).
Menurutnya, pasaca penurunan BI rate sebesar 25 bp menjadi 6,75%, IHSG bergerak bervaiasi pada perdagangan akhir pekan lalu dan tutup stagnan di level 4.885,70 setelah sempat menguat menembus level 4.900 di sesi pertama.
Pelaku pasar terutama pemodal lokal melakukan aksi ambil untung atas saham-saham di sektor pertambangan setelah reli dalam beberapa pekan terakhir. Di sisi lain arus dana asing terus membanjiri pasar saham, tercermin dari pembelian bersih asing hingga Rp747 miliar di tengah nilai transaksi di Pasar Reguler yang mencapai Rp7,1 triliun.
Sentimen positif pasar akhir pekan lalu turut ditopang putusan The Fed yang menahan tingkat bunganya di 0,5% dan menurunkan proyeksi kenaikan tingkat bunga FFR tahun ini menjadi dua kali dari rencana sebelumnya empat kali. Indeks MSCI Emerging Market akhir pekan lalu naik 1,2% merespon kebijakan The Fed tersebut.
Selama sepekan, IHSG berhasil rebound 1,5% setelah pekan sebelumnya koreksi 0,76%. Pasar digerakkan oleh derasnya arus dana asing yang masuk seiring kebijakan dana murah (easy money) yang dipilih banyak negara saat ini untuk menahan perlambatan ekonomi global. Pembelian bersih asing sepekan kemarin mencapai Rp875,81 miliar.
Selain IHSG, rupiah pekan lalu kembali menguat 0,3% di Rp13.048/USD. Sepanjang tahun ini rupiah telah menguat 5,4% (YTD). Penguatan IHSG pekan kemarin terutama ditopang penguatan sejumlah saham unggulan seperti TLKM, ASII, BBCA dan sejumlah saham lapis dua yang bergerak di properti. Selain itu juga ditopang saham sektor energi dan logam seiring tren penguatan harga komoditasnya.
Dia menuturkan, sentimen pasar akan digerakan dengan sejumlah isu individual seperti rilis kinerja keuangan 2015 emiten yang banyak dirilis menjelang akhir Maret. Sehingga, hal tersebut bisa saja memengaruhi pergerakan IHSG.
"IHSG akan bergerak pada kisaran support 4.860 dan resisten di level 4.910, rawan koreksi," kata David di Jakarta, Senin (21/3/2016).
Menurutnya, pasaca penurunan BI rate sebesar 25 bp menjadi 6,75%, IHSG bergerak bervaiasi pada perdagangan akhir pekan lalu dan tutup stagnan di level 4.885,70 setelah sempat menguat menembus level 4.900 di sesi pertama.
Pelaku pasar terutama pemodal lokal melakukan aksi ambil untung atas saham-saham di sektor pertambangan setelah reli dalam beberapa pekan terakhir. Di sisi lain arus dana asing terus membanjiri pasar saham, tercermin dari pembelian bersih asing hingga Rp747 miliar di tengah nilai transaksi di Pasar Reguler yang mencapai Rp7,1 triliun.
Sentimen positif pasar akhir pekan lalu turut ditopang putusan The Fed yang menahan tingkat bunganya di 0,5% dan menurunkan proyeksi kenaikan tingkat bunga FFR tahun ini menjadi dua kali dari rencana sebelumnya empat kali. Indeks MSCI Emerging Market akhir pekan lalu naik 1,2% merespon kebijakan The Fed tersebut.
Selama sepekan, IHSG berhasil rebound 1,5% setelah pekan sebelumnya koreksi 0,76%. Pasar digerakkan oleh derasnya arus dana asing yang masuk seiring kebijakan dana murah (easy money) yang dipilih banyak negara saat ini untuk menahan perlambatan ekonomi global. Pembelian bersih asing sepekan kemarin mencapai Rp875,81 miliar.
Selain IHSG, rupiah pekan lalu kembali menguat 0,3% di Rp13.048/USD. Sepanjang tahun ini rupiah telah menguat 5,4% (YTD). Penguatan IHSG pekan kemarin terutama ditopang penguatan sejumlah saham unggulan seperti TLKM, ASII, BBCA dan sejumlah saham lapis dua yang bergerak di properti. Selain itu juga ditopang saham sektor energi dan logam seiring tren penguatan harga komoditasnya.
(izz)