Beranda
Nasional
Internasional
Metro
Daerah
Lifestyle
Sports
Ekonomi Bisnis
Teknologi
Sains
Otomotif
Edukasi
Kalam
GenSINDO
Infografis
Video
Foto
Indeks
Pemerintah Akan Kerepotan Bangun Kilang Blok Masela di Darat
Pemerintah Akan Kerepotan Bangun Kilang Blok Masela di Darat
A
A
A
JAKARTA - Tim Ahli Pusat Studi Energi Universitas Gadjah Mada Fahmy Radhi menduga pemerintah akan kerepotan dalam merealisasikan pembangunan kilang di Blok Masela dengan skema pipanisasi di darat atau onshore. Karena era pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menetapkan pengembangan di laut (offshore).
(Baca: Jokowi Akhirnya Putuskan Kilang Blok Masela Dibangun di Darat)
"Sebetulnya sejak 2008 sudah menyiapkan untuk floating. 2010 sudah disetujui oleh pemerintah untuk floating pas pemerintah SBY. Kemudian diubah untuk onshore, ini merepotkan karena harus persiapan dari awal lagi. Dan enggak bisa dihindari, waktu oprasionalnya akan tertunda," kata dia saat dihubungi Sindonews, Jakarta, Jumat (25/3/2016).
Selain itu, sebetulnya apapun keputusan yang diambil pemerintah melalui pengembangan Masela baik di darat maupun di laut, sama-sama akan memberikan multiplier effect untuk masyarakat sekitar. (Baca: Gawat! Lokasi Pengembangan Blok Masela Rawan Gempa)
"Presiden mengambil keputusan sesuai usulan Menteri Rizal Ramli yang mengatakan kalau onshore bisa menumbuhkan perekonomian daerah. Padahal, kalau dampak multiplier effect offshore dan onshore itu memberikan kontribusi sama untuk pembangunan daerah. Tapi biar bagaimana juga keputusan sudah dibuat, sudah final, harus dilaksanakan. Memang sebagian besar ini akan merepotkan kedepannya," tutur Fahmy.
Dari segi persiapan, kata dia, memang harus menyiapkan dari ulang dan uang yang akan dikeluarkan menjadi lebih banyak. Karena persiapan awal membutuhkan waktu setidaknya dua tahun. (Baca: Jokowi Pilih Saran Rizal Ramli, Ini Reaksi Sudirman Said)
"Di samping itu, pemilihan di darat kita akan membutuhkan lahan yang luas, baik untuk terminal atau lainnya. 500 hektare itu belum untuk tempat menaruh pipa-pipa. Itu butuh jarak setidaknya 10 km dan butuh lahan juga," pungkasnya.
Baca Juga:
Jokowi Pilih Kilang Darat, Menteri ESDM Pastikan Blok Masela Molor
Pengusaha Lokal Diminta Tak Hanya Jadi Penonton Blok Masela
Hipmi Kaget Jokowi Ambil Keputusan Cepat Soal Blok Masela
(Baca: Jokowi Akhirnya Putuskan Kilang Blok Masela Dibangun di Darat)
"Sebetulnya sejak 2008 sudah menyiapkan untuk floating. 2010 sudah disetujui oleh pemerintah untuk floating pas pemerintah SBY. Kemudian diubah untuk onshore, ini merepotkan karena harus persiapan dari awal lagi. Dan enggak bisa dihindari, waktu oprasionalnya akan tertunda," kata dia saat dihubungi Sindonews, Jakarta, Jumat (25/3/2016).
Selain itu, sebetulnya apapun keputusan yang diambil pemerintah melalui pengembangan Masela baik di darat maupun di laut, sama-sama akan memberikan multiplier effect untuk masyarakat sekitar. (Baca: Gawat! Lokasi Pengembangan Blok Masela Rawan Gempa)
"Presiden mengambil keputusan sesuai usulan Menteri Rizal Ramli yang mengatakan kalau onshore bisa menumbuhkan perekonomian daerah. Padahal, kalau dampak multiplier effect offshore dan onshore itu memberikan kontribusi sama untuk pembangunan daerah. Tapi biar bagaimana juga keputusan sudah dibuat, sudah final, harus dilaksanakan. Memang sebagian besar ini akan merepotkan kedepannya," tutur Fahmy.
Dari segi persiapan, kata dia, memang harus menyiapkan dari ulang dan uang yang akan dikeluarkan menjadi lebih banyak. Karena persiapan awal membutuhkan waktu setidaknya dua tahun. (Baca: Jokowi Pilih Saran Rizal Ramli, Ini Reaksi Sudirman Said)
"Di samping itu, pemilihan di darat kita akan membutuhkan lahan yang luas, baik untuk terminal atau lainnya. 500 hektare itu belum untuk tempat menaruh pipa-pipa. Itu butuh jarak setidaknya 10 km dan butuh lahan juga," pungkasnya.
Baca Juga:
Jokowi Pilih Kilang Darat, Menteri ESDM Pastikan Blok Masela Molor
Pengusaha Lokal Diminta Tak Hanya Jadi Penonton Blok Masela
Hipmi Kaget Jokowi Ambil Keputusan Cepat Soal Blok Masela
(izz)
Explore More