BI Waspadai Pergerakan Inflasi Jelang Puasa dan Lebaran

Jum'at, 01 April 2016 - 17:57 WIB
BI Waspadai Pergerakan...
BI Waspadai Pergerakan Inflasi Jelang Puasa dan Lebaran
A A A
JAKARTA - Bank Indonesia (BI) mengaku akan mewaspadai pergerakan inflasi jelang puasa Ramadan dan Lebaran. Meskipun, angka inflasi pada Maret 2016 berada pada level 0,19% atau masih berada di bawah perkiraan BI. (Baca: BPS Catat Inflasi Maret 0,19%).

Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara menuturkan, meski pergerakan inflasi bulan ini masih berada di bawah prediksi BI, namun tetap harus diwaspadai. Apalagi, jika dibanding bulan lalu, inflasi Maret 2016 sedikit mengalami kenaikan.

"Hasil dari ini kalau survei BI angka month on month sedikit di atas angka realisasi. Maka dari itu kita pelu waspadai angka month and month ini," katanya di Gedung BI, Jakarta, Jumat (1/4/2016).

Menurutnya, kenaikan inflasi ini lebih disebabkan karena masalah produksi dan distribusi makanan olahan (volatile food) seperti cabai dan bawang. "Itu kan masalah distribusi sama kredibiliti," ucap dia.

Selain akan memasuki bulan puasa dan Lebaran, sambung Mirza, pada Juni mendatang diperkirakan akan memasuki musim panen. Karena itu, pergerakan inflasi perlu diwaspadai.

"Jadi memang ke depan apalagi kita mau masuki bulan puasa, bulan Juni nanti panen kita sudah lewat masa panen padi itu juga perlu kita waspadai inflasi bahan pangan," ujarnya.

Sekadar informasi, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi Maret 2016 sebesar 0,19%, sementara inflasi tahunan (year on year/yoy) sebesar 4,45%, dan untuk inflasi tahun kalender (year to date) yakni 0,62%.

Sementara, inflasi komponen inti month to month tercatat 0,21% dan inflasi komponen inti secara year on year pada angka 3,5%. Kepala BPS Suryamin menilai semuanya cukup terkendali. "Inflasi Maret 2016 ini cukup terkendali. Dari 82 kota IHK hanya satu kota yang inflasinya mencapai 1%," jelas dia di kantornya, Jumat (1/4/2016).

Dari 82 kota Indeks Harga Konsumen (IHK), 58 kota mengalami inflasi dan 24 deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Bukitinggi yakni 1,18% dan terendah di Tangerang, Yogyakarta, Malang dan Singkawang 0,02%. Sedangkan untuk deflasi tertinggi di Tanjung Pandan 1,22%.

"Dari kota-kota itu, yang inflasi dan deflasi, hanya sedikit inflasi yang kurang dari 1. Yang 1% hanya Bukitinggi. Ini artinya, pemerintah sudah kendalikan harga sampai ke kota-kota," tandas Suryamin.
(izz)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5273 seconds (0.1#10.140)