BPS: Kesenjangan Kaya-Miskin di Papua Barat dan Jabar Tertinggi
A
A
A
JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat tingkat kesenjangan pengeluaran penduduk tertinggi sebesar 0,43 poin ada di Papua Barat ditemani Jawa Barat (Jabar) dengan angka yang sama. Hal ini berdasarkan Gini Ratio Indonesia pada September 2015 dibandingkan Maret 2015.
Kepala BPS, Suryamin menjelaskan kesenjangan di Papua Barat paling tinggi bila dilihat dari jumlah penduduknya yang lebih sedikit, sehingga perbedaan antara orang kaya dan miskin cukup lebar. "Karena Papua penduduknya tidak banyak, maka menunjukkan perbedaan antara yang kaya miskin," ujarnya di Jakarta, Senin (18/4/2016).
(Baca Juga: Kesenjangan Penduduk Indonesia 2015 Turun)
Sementara kata dia untuk Jawa Barat, mempunyai penduduk yang beragam terutama jumlah pendatang yang cukup besar serta maraknya beberapa daerah yang belum tergali potensinya. "Jawa Barat, penduduknya heterogen serta pendatang banyak. Ada yang berada di daerah kumuh, daerah belum tergali. Seperti Jawa Barat bagian selatan, seharusnya bisa tergali dari pertanian," katanya.
Di sisi lain, lanjut Suryamin, angka gini ratio secara nasional sudah sangat baik. Sebab, menurutnya susah untuk mengurangi angka kesenjangan meski hanya 0,01 poin. "Ini sangat baik karena sudah menurun, walaupun kecil penurunannya 0,01. Sangat susah karena skalanya 0-1. Itu 0,01 suatu pergerakan ke arah yang baik, ketimpangan turun. Tadinya lebar sekarang turun terus," pungkasnya.
Kepala BPS, Suryamin menjelaskan kesenjangan di Papua Barat paling tinggi bila dilihat dari jumlah penduduknya yang lebih sedikit, sehingga perbedaan antara orang kaya dan miskin cukup lebar. "Karena Papua penduduknya tidak banyak, maka menunjukkan perbedaan antara yang kaya miskin," ujarnya di Jakarta, Senin (18/4/2016).
(Baca Juga: Kesenjangan Penduduk Indonesia 2015 Turun)
Sementara kata dia untuk Jawa Barat, mempunyai penduduk yang beragam terutama jumlah pendatang yang cukup besar serta maraknya beberapa daerah yang belum tergali potensinya. "Jawa Barat, penduduknya heterogen serta pendatang banyak. Ada yang berada di daerah kumuh, daerah belum tergali. Seperti Jawa Barat bagian selatan, seharusnya bisa tergali dari pertanian," katanya.
Di sisi lain, lanjut Suryamin, angka gini ratio secara nasional sudah sangat baik. Sebab, menurutnya susah untuk mengurangi angka kesenjangan meski hanya 0,01 poin. "Ini sangat baik karena sudah menurun, walaupun kecil penurunannya 0,01. Sangat susah karena skalanya 0-1. Itu 0,01 suatu pergerakan ke arah yang baik, ketimpangan turun. Tadinya lebar sekarang turun terus," pungkasnya.
(akr)