Ketimpangan RI Diprediksi Balik Terpuruk Tahun Ini
A
A
A
JAKARTA - Ketimpangan antara orang kaya dan miskin di Indonesia diperkirakan oleh Institute Development of Economics and Finance (Indef) akan kembali terpuruk pada tahun ini. Pernyataan ini disampaikan menanggapi rilis Badan Pusat Statistik (BPS) terkait tingkat kesenjangan pengeluaran penduduk di Indonesia sebesar 0,40 pada September 2015, atau menurun 0,01 poin dibanding Maret 2015 sebanyak 0,41.
Direktur Eksekutif Indef, Enny Sri Hartati mengatakan menurunnya angka kesenjangan di Tanah Air pada periode tersebut terjadi lantaran Nilai Tukar Petani (NTP) pada periode April hingga akhir 2015 mengalami peningkatan. Kala itu terjadi peningkatan hasil di sektor pertanian, serta inflasi di pedesaan juga terjadi perbaikan.
"Jadi nilai tukar itu hasil trade antara sektor pertanian dengan biaya yang dikeluarkan. Memang waktu itu produk-produk ada peningkatan hasil di sektor pertanian dan sebagainya. Inflasi di sektor pertanian memang tidak terlalu tinggi sehingga ada perbaikan," katanya di Universitas Atmajaya, Jakarta, Senin (18/4/2016).
(Baca Juga: Kesenjangan Penduduk Indonesia 2015 Turun)
Namun menurutnya yang menjadi persoalan yakni peningkatan NTP tersebut berhenti pada Desember 2015. Sementara sejak awal tahun hingga saat ini nilai tukar di sektor pertanian kembali jatuh. "Sehingga saya khawatir nanti kesenjangan dan gini ratio yang membaik di September 2015 itu akan kembali terpuruk lagi di 2016," imbuh dia.
(Baca Juga: BPS: Kesenjangan Kaya-Miskin di Papua Barat dan Jabar Tertinggi)
Dia memberikan catatan yang perlu diperhatikan dalam menganalisa tingkat kesenjangan sosial adalah peningkatan kesejahteraan dari masyarakat berpenghasilan rendah. Jika mereka tetap tidak memiliki peningkatan, maka hal tersebut sama saja tingkat kesenjangan sosial belum menurun karena hanya ditopang oleh menurunnya penduduk berpenghasilan tinggi.
"Apa ada perbaikan pada masyarakat yang berpenghasilan rendah, serta adakah peningkatan daya beli tidak? Ada peningkatan kesejahteraan mereka tidak? Kalau penurunan kesenjangan ini lebih disebabkan karena yang atas ini menurun, tetapi yang rendah stag ya percuma. Tidak ada peningkatan kualitas," tandasnya.
Direktur Eksekutif Indef, Enny Sri Hartati mengatakan menurunnya angka kesenjangan di Tanah Air pada periode tersebut terjadi lantaran Nilai Tukar Petani (NTP) pada periode April hingga akhir 2015 mengalami peningkatan. Kala itu terjadi peningkatan hasil di sektor pertanian, serta inflasi di pedesaan juga terjadi perbaikan.
"Jadi nilai tukar itu hasil trade antara sektor pertanian dengan biaya yang dikeluarkan. Memang waktu itu produk-produk ada peningkatan hasil di sektor pertanian dan sebagainya. Inflasi di sektor pertanian memang tidak terlalu tinggi sehingga ada perbaikan," katanya di Universitas Atmajaya, Jakarta, Senin (18/4/2016).
(Baca Juga: Kesenjangan Penduduk Indonesia 2015 Turun)
Namun menurutnya yang menjadi persoalan yakni peningkatan NTP tersebut berhenti pada Desember 2015. Sementara sejak awal tahun hingga saat ini nilai tukar di sektor pertanian kembali jatuh. "Sehingga saya khawatir nanti kesenjangan dan gini ratio yang membaik di September 2015 itu akan kembali terpuruk lagi di 2016," imbuh dia.
(Baca Juga: BPS: Kesenjangan Kaya-Miskin di Papua Barat dan Jabar Tertinggi)
Dia memberikan catatan yang perlu diperhatikan dalam menganalisa tingkat kesenjangan sosial adalah peningkatan kesejahteraan dari masyarakat berpenghasilan rendah. Jika mereka tetap tidak memiliki peningkatan, maka hal tersebut sama saja tingkat kesenjangan sosial belum menurun karena hanya ditopang oleh menurunnya penduduk berpenghasilan tinggi.
"Apa ada perbaikan pada masyarakat yang berpenghasilan rendah, serta adakah peningkatan daya beli tidak? Ada peningkatan kesejahteraan mereka tidak? Kalau penurunan kesenjangan ini lebih disebabkan karena yang atas ini menurun, tetapi yang rendah stag ya percuma. Tidak ada peningkatan kualitas," tandasnya.
(akr)